RAHIM 500 JUTA~ BAB 11

Bara hendak mengikuti OB itu namun langkah nya terhenti mendengar Vino memanggilnya dengan lirih.

"Pak Vino... " Bara segera menghampiri direkturnya itu yang terlihat memejamkan mata sambil memijit keningnya.

Bara memapah Vino dan memindahkannya disofa agar lebih nyaman, kemudian mengambil ponsel Vino untuk menghubungi dokter pribadinya. Mungkin saja direkturnya ini sedang kelelahan pikir Bara.

Belum sempat Bara menghubungi dokter pribadi Vino, satu panggilan lebih dulu masuk, Bara langsung menjawabnya melihat nama penelpon itu adalah ART yang dipekerjakan diapartemen tempat Tania tinggal.

"Pak Vino, saya mohon izin untuk membukakan Non Tania pintu kamar. Ini sudah siang dan Non Tania belum makan apapun dari pagi."

Ucapan ART diseberang telepon membuat Bara terperangah. Ia pun menanyakan apa maksud ucapan ART itu dan seteleh ART itu menceritakan apa yang dilihat dan didengarnya tadi pagi tentang pertengkaran kedua majikannya membuat Bara menggelengkan kepalanya, tak menyangka jika Vino bisa-bisanya menuduh Tania dan dirinya bersekongkol untuk menipu dan sampai mengurung Tania didalam kamar.

"Oh ya, Den Bara. Tadi juga ada perempuan datang kemari tapi Bibi gak tahu dia siapa, Bibi tanya dia siapa gak jawab dan malah nyelonong masuk. Tolong ya Den, nanti minta Pak Vino buat taruh satpam disini buat jaga-jaga, soalnya Bibi takut tadi itu orang jahat, apa lagi tadi dia nanya-nanyain Non Tania, terus udah itu dia pergi gitu aja."

Dan kali ini Bara dibuat terkejut bahkan sampai berdiri dari tempat duduknya mendengar penuturan ART itu. Sampai sini ia mulai sedikit paham apa yang terjadi, seteleh mengatakan pada ART untuk menunggunya datang Bara pun memutuskan sambungan telepon itu.

"Itu pasti Bu Elzara." Ucap Bara dalam hati, lalu kembali duduk disamping Vino.

"Pak Vino, apa yang Bapak rasakan sekarang?" tanya Bara, ingin memastikan dugaannya itu.

"Kepala saya sakit, dan rasa nya ngantuk banget." jawab Vino dengan lirih, bahkan hampir tak terdengar.

Yah, sampai sini Bara mengerti sekarang apa yang terjadi, tak ingin membuang waktu lagi ia segera memapah Vino dan membawanya keluar dari ruangan. Sementara Vino yang kini setengah sadar dan merasakan tubuhnya semakin lemas menurut saja apa yang dilakukan asistennya itu.

Di lobi, Bara melihat Elzara yang berjalan menghampiri nya dan ia semakin mempercepat langkahnya menuju parkiran. Seteleh sampai diparkiran ia segera memasukkan Vino kedalam mobil.

"Cepat pindahkan Vino kedalam mobilku!" Elzara menghadang Bara yang hendak masuk kedalam mobil.

Laki-laki itu tersenyum simpul sambil menggelengkan kepalanya sebagai jawaban penolakannya terhadap perintah istri pertama direkturnya itu. Bara tahu apa yang direncanakan Elzara dan ia tidak akan membiarlan itu berhasil, dan yang akan dilakukannya sekarang adalah memanfaatkan situasi ini untuk mendekatkan Vino dan Tania serta meluruskan kesalahpahaman diantara kedua nya.

"Berani kamu menentang perintah saya!" tunjuk Elzara tepat diwajah Bara.

"Maaf, Bu Elza, saya bekerja dengan Pak Vino dan saya hanya akan menuruti perintah dari Pak Vino saja. Permisi, saya harus segera pergi." Bara dengan beraninya menggeser tubuh Elzara dari hadapannya lalu masuk kedalam mobil nya.

Ia tidak perduli jika nanti Elzara akan melaporkannya pada Vino atas sikap lancangnnya, yang terpenting baginya sekarang adalah meluruskan kesalahpahaman diantara Vino dan Tania yang melibatkan dirinya juga.

Bara melajukan mobil nya dengan kecepatan penuh, dan tak membutuhkan waktu lama ia pun telah sampai diapartemen. Bara langsung membawa Vino kedalam apartemen dengan cara memikulnya seperti karung beras karena Vino telah kehilangan kesadarannya. Entah obat apa yang dicampurkan Elzara kedalam minuman Vino.

Setelah berada didalam apartemen, Bara meminta ART untuk membuka kamar Tania dan setelah terbuka Bara dan ART terkejut melihat Tania yang duduk dilantai dengan wajah yang pucat. Dengan cepat Bara membaringkan Vino ditempat tidur kemudian menghampiri Tania.

"Kamu tidak apa-apa?" Tanya Bara, Tania menggeleng lemah sebagai jawabannya.

Sementara ART langsung bergegas menuju dapur untuk mengambilkan makanan buat Tania, Tania yang terlihat lemas dan pucat pasti karena dari pagi perutnya belum terisi apapun.

"Apa yang terjadi dengan Pak Vino, kenapa dia sampai tak sadarkan diri seperti itu?" tanya Tania setelah beberapa saat merasa baikkan sehabis mengisi perutnya.

"Pak Vino tidak apa-apa dia hanya kelelahan saja, jadi kamu tidak perlu khawatir." jawab Bara sembari tersenyum. Ia terpaksa berbohong agar Tania tidak khawatir yang bisa berpengaruh dengan kandungannya.

Tania pun mengangguk paham, ia berajak dan menghampiri Vino lalu membuka sepatu dan jas suaminya. Bara yang menyaksikan itu turut senang dan lagi ia berdoa semoga setelah Vino sadar nanti semua permasalah gadis malang itu akan terselesaikan.

"Bara...!"

Tania dan Bara terkejut mendengar teriakkan itu. Bara tahu itu suara siapa dan ia segera keluar menghampiri si pemilik suara yang sudah meneriaki namanya dengan lantang.

"Berani kamu membawa Vino pergi dan menentang perintah saya. Kamu harusnya sadar diri kamu itu siapa? Kamu tak lebih hanya seorang pesuruh Vino Erlangga!"

Bara tersenyum simpul. "Yah, Bu Elzara benar saya hanya seorang pesuruh Pak Vino. Dan itu artinya saya hanya berkewajiban melaksanakan perintah Pak Vino dan bukan yang lain nya termasuk Bu Elzara sekalipun. Dan apa yang saya lakukan sekarang hanyalah menjalankan tugas untuk melindungi Nona Tania dari rencana licik Bu Elzara, saya tahu pasti Bu Elzara kan yang sudah mencampurkan sesuatu kedalam minuman Pak Vino melalui bantuan OB?"

Elzara mengepalkan kedua tangannya, tatapannya begitu tajam menatap Bara.

"Dan kamu seorang kacung yang berani-beraninya menggagalkan rencana saya!" sentak Elzara seraya menunjuk Bara.

"Dan jangan-jangan dua bulan lalu Nona Tania hampir kehilangan janinanya itu adalah ulah Bu Elzara juga?" Bara memicingkan matanya, ia ingin melihat bagaiman reaksi Elzara atas tuduhannya itu.

"Kalau iya kenapa? Kamu bisa apa, huh! Kamu tidak bisa berbuat apa-apa kamu tidak punya bukti." ucap Elzara kemudian tertawa.

Bara menggeleng-gelengkan kepalanya, ia tidak menyangka jika Elzara lah pelakunya padahal tadi ia hanya menduga-duga saja dan pelakunya sendiri yang mengungkapkan kebenarannya. Ah kenapa tadi ia tidak merekamnya, benar apa yang dikatakan Elzara ia tidak bisa berbuat apa-apa karena tidak mempunyai bukti.

"Bara memang tidak bisa berbuat apa-apa, tapi aku bisa!"

Suara yang begitu menggelegar mengejutkan Elzara dan Bara, kedua nya serentak menoleh keasal suara.

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***