Bocah ras naga

.

.

Tian juga tidak mengerti apa yang terjadi padanya, dia hanya tidak menyukai Jaden sama sekali. Dia hanya anak bangsawan rendah, tapi memiliki kemampuan kelas A, apalagi dia dikelilingi oleh beberapa bangsawan tingkat tinggi, Selen yang merupakan putri Kaisar incaran Tian juga dekat dengan Jaden.

Dia hanya iri.

Benar, iri dengki.

Jadi, dengan kesempatan even berburu kali ini, dia ingin menjebak Jaden lalu menyingkirkan Jaden selamanya. Awalnya dia menantang Jaden, membuat Jaden menyetujui tantangannya.

Membuat Jaden yang selalu tidak enak hati itu untuk menerima tantangan mudah saja. Jaden juga tidak kelihatan gentar, mungkin dia juga ingin menunjukkan kebolehannya, atau itu hanya agar Tian diam saja.

Apapun itu, yang pasti Tian sudah berhasil menantang Jaden.

Jadinya mereka pergi ke arah yang sama, agak jauh ke dalam hutan.

Selama Jaden sibuk sendiri dengan lahan dan peternakannya, Tian dan teman-temannya sudah pergi ke dalam hutan untuk melihat-lihat dan mencari peluang. Dan kemudian Tian menemukan tempat yang tepat untuk melenyapkan Jaden.

Yaitu sebuah jurang tinggi di tepi hutan yang agak jauh.

Tentu saja jika jatuh tidak akan selamat dan mungkin akan terbawa arus sungai deras yang ada dibawah jurang.

Jaden tidak tahu, jika teman-teman Tian sudah menunggu disana.

Jaden yang berpikiran positif itu sedang menarik busur panahnya untuk memanah burung besar yang bertengger di pohon tinggi. Jaden yang sangat fokus itu tidak sadar jika dirinya semakin mendekati jurang.

Tian sendiri juga menarik busur panahnya, tapi bukan untuk membidik burung, melainkan Jaden.

Anak panah Jaden terkena burung hingga jatuh, sedangkan panah Tian berhasil melukai lengan Jaden, hingga Jaden pun terjatuh.

“Kak Tian!”

Itulah teriakan terakhir yang Tian dengar dari Jaden.

“Dia memanggiku kakak? Apa dia sudah gila ya?” gumam Tian bingung.

“Pangeran Tian! Burung itu memiliki poin yang tinggi!” ujar salah satu teman Tian.

Tian mengangguk pelan, “kalian bisa mengambilnya, katakan saja kalian bekerja sama untuk menjatuhkannya, guru pasti membagi poinnya untuk kalian” ucap Tian.

“Wah, terimakasih pangeran!”

“Tapi pangeran sendiri bagaimana?”

Tian menggeleng, “aku akan mencari buruan lain, kalian pergi saja duluan.”

Setelah menyimpan burung yang terpanah ke dalam kantung penyimpanan, mereka pun pergi meninggalkan Tian.

Sedangkan Tian berjalan menuju tepi jurang, lalu melongok ke bawah.

Tidak terdengar suara Jaden terjatuh sama sekali, entah itu ke tanah atau ke sungai.

“Jaden memang sudah jatuh kan? kenapa dia menganggil ku kak tadi ya?” gumam Tian lagi.

Entah mengapa, tiba-tiba Tian merasa bersalah. Tidak seharusnya dia berbuat sejauh itu sampai melenyapkan nyawa seseorang.

Tian menggelengkan kepalanya, “tidak, apa yang aku pikirkan sih? Dia harus lenyap dari akademi.”

***

Perlahan Jaden membuka matanya, hal pertama yang dia lihat hanya buram, dia tidak dapat melihat apapun dengan jelas. Namun setelah beberapa lama, akhirnya dia bisa melihat dengan jelas, jika dia ada di dalam gua.

Dia pun berusaha untuk bangkit.

“Kau sudah bangun?”

Sebuah suara asing terdengar, Jaden menoleh pada suara tersebut.

Dia bisa melihat seorang bocah laki-laki dengan rambut putih menatapnya dengan tatapan serius.

“Kamu siapa?” tanya Jaden.

“Seharusnya aku yang bertanya, kamu siapa? Tiba-tiba jatuh, suara teriakanmu membuatku kesal, jadi aku menangkapmu, lalu mengobati lenganmu yang terpanah, kemudian menunggumu bangun, ngomong-ngomong ini sudah dua hari kamu pingsan, aku sudah tidak bisa tidur lagi karena khawatir – tidak, maksudku, aku tidak khawatir kok...”

Jaden mengernyitkan dahinya, kemudian menoleh pada lengannya yang tadinya ada panahan menusuk, tapi sekarang sudah lenyap, bahkan bekasnya pun sudah hilang. Saat itu Jaden baru sadar jika pakaian atasnya sudah dilepaskan.

Bocah laki-laki itu turun dari tempat duduknya, berupa batu bulat besar, kemudian berjalan menghampiri Jaden yang berada diatas batu pipih.

“Aku sudah bilang mengobatimu kan... jadi tentu sudah hilang” ucap bocah itu.

Jaden mendongak menatap si bocah, “bekas luka bisa hilang sempurna begini berarti itu pengobatan tingkat tinggi, lagipula seingatku panahnya masuk cukup dalam.”

“Aku menggunakan mantra penyembuhan biasa saja kok.”

“Kau yakin itu biasa?” tanya Jaden.

“Kenapa kau tidak mempercayaiku?” si bocah berkacak pinggang karena kesal.

Namun, kemudian Jaden merasakan perutnya sakit melilit.

Dia kelaparan.

“Kau tadi bilang aku tidur sudah dua hari?” tanya Jaden.

“Iya, sudah dua hari sejak kau jatuh, mungkin teman-temanmu mencari, berkali-kali akumendengar teriakannya” ucap si bocah.

“Lalu kenapa kau tidak keluar dan mengatakan aku ada disini?” tanya Jaden bingung.

“Karena aku tidak boleh ketahuan! Apa yang akan mereka lakukan jika tahu aku ini ras naga –” bocah itu buru-buru membekap mulutnya sendiri.

Jaden mengangguk-angguk mengerti, “Ah, jadi karena itu... terimakasih ya, kamu sudah mengobatiku, apa kamu lapar? Aku lapar sekali... ayo kita cari makan” ucap Jaden, dia pun turun dari batu pipih.

Saat Jaden dan si bocah naga keluar gua, Jaden langsung melihat sungai besar dan di sekitar mereka adalah hutan lebat.

Jaden memakai pakaiannya kembali, kemudian berjalan mencari apapun yang ada di hutan.

“Hei, kamu mencari apa?” tanya si bocah.

Jaden menoleh padanya, “sesuatu untuk dimakan... apa kamu mau membantu? Misalnya mencari ikan di sungai.”

Si bocah mengangguk kemudian pergi ke sungai.

Jaden kembali mencari bahan lain.

Dia menemukan berbagai rempah liar di hutan, ada pula jamur berwarna orange yang juga ada di sekitar rumah Jaden di Whitebold. Itu adalah jamur yang enak dimakan dan rasanya seperti daging ayam. Bahkan jika dibuat kaldupun rasanya seperti kaldu ayam.

Jaden pun memetik banyak jamur dan dia taruh di kotak dimensi yang dapat dia sihir sendiri. Kotak dimensi Jaden hampir seperti panel sistem yang ada di game dulu, mungkin karena Jaden membayangkannya seperti itu sejak awal. Jadi, semua yang Jaden masukkan kotak dimensinya akan muncul gambar ikon kecilnya juga di panel.

Setelah semua rempah terkumpulkan, Jaden kembali ke dalam gua, dia mengambil tiga batu berukuran sama besar, kemudian dia tata sedemikian rupa agar wajan yang dia simpan di kotak penyimpanan bisa stabil diatasnya.

“Aku membawa ikan!”

Si bocah membawa tiga ikan gurame besar, yang membuat Jaden melongo.

Kemudian Jaden mengacungkan jempolnya, “kerja yang bagus... wah, kau bahkan telah membersihkan ikannya ya?”

“Tentu saja, aku tidak butuh kotorannya, kamu akan membuat makanan yang enak kan?” tanya si bocah.

Jaden mengangguk yakin, “tentu, aku akan menggoreng ikannya, kebetulan aku punya minyak disini,” Jaden mengeluarkan sebotol minyak kelapa untuk memasak, menuangkannya diatas wajan, lalu menyalakan api dengan sihir kecil.

Sementara menunggu minyaknya panas, Jaden memotong-motong bahan lain untuk dijadikan bumbu.

Si bocah juga menunggu dengan sabar sambil duduk diatas batu.

Bau masakannya saja sudah membuat si naga yang sebelumnya tidak pernah kelaparan jadi kelaparan.

“Sudah selesai! Ayo kita makan bersama!”

Si bocah naga sangat senang, dia pun makan bersama Jaden.

“Wah, ini enak sekali! Biasanya aku makan ikan tidak seenak ini!”

“Apa kamu memberi bumbu?” tanya Jaden, si bocah pun menggeleng, “aku tidak bisa memasak.”

“Padahal rempah di hutan banyak sekali... atau jika tidak mau repot, kamu bisa mencari jamur orange seperti ini, lalu membakarnya hingga sedikit kecoklatan, rasanya sudah sangat enak, tapi lebih enak diberi garam.”

Si bocah hanya mengangguk-angguk saja.

Setelah makanan selesai, si bocah naga sadar jika Jaden bisa pergi kapanpun.

“A-anu... kamu namanya siapa? Aku naga putih, kamu bisa memanggilku Shino” ucap si bocah naga.

“Aku Jaden, salam kenal ya...”

“Apa kamu akan pergi?”

Jaden mengangguk, “tentu saja, aku harus pergi kan? aku sedang menimba ilmu di akademi sihir, aku akan sering mampir deh.”

Si bocah pun mendekati Jaden lalu memegangi lengannya, “jangan pergi... aku akan membagi ilmu sihirku denganmu asal kamu tidak pergi, aku baru kali ini bisa merasakan masakan yang enak, jadi... jangan pergi ya?”

Jaden pun tidak tega melihat mata Shino yang berkaca-kaca seperti mau menangis. Meski penampilannya seperti bocah, karena dia iu ras naga, bisa jadi umurnya sudah puluhan tahun.

“Aku tertarik dengan sihir itu... tapi aku sungguhan harus pergi...”

“Ku mohon?”

“Bagaimana jika kamu yang ikut denganku? Jika penampilanmu seperti ini, ku rasa tidak akan ada yang tahu kamu ini ras naga kan?”

.

.

Terpopuler

Comments

Dewi Ratna Wulansari

Dewi Ratna Wulansari

lanjut kak

2023-01-08

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!