Teman dari Bumi

.

.

Hanya sepuluh anak yang berada di kelas A, sedangkan kelas lain bisa memiliki 15 sampai 30 anak, semuanya benar-benar dibagi menurut kemampuan masing-masing. Belum lagi urutan kursi juga berdasarkan peringkat, jadi Jaden berada di depan, di samping kirinya ada Arrabelle, lalu di samping kanannya ada Selen. Tapi paling tidak, David ada di belakang Jaden, di sebelah David juga ada June. Tian berada di belakang, dia jadi pendiam di kelas, tapi dia juga sok akrab dengan June dan Selen.

Padahal jelas-jelas June itu dekat-dekat dengan Selen, tapi Tian tidak mengamuk atau menantangnya. Itu mengherankan, karena akrabnya Jaden tidak lebih dari bagaimana June akrab dengan Selen.

Harusnya dia lebih cemburu dengan June, dong? Atau, dia hanya menargetkan Jaden karena sudah tahu Jaden itu – ah, tidak mungkin si bodoh Tian itu mengetahuinya kan?

“Selamat pagi anak-anak, kenalkan, saya adalah Robert, wali kelas kalian, pertama-tama kita absen dulu, Arrabelle!”

Abel berdiri dari duduknya.

“Perkenalkan dirimu!” ujar Robert.

“Nama saya Arrabelle, panggil saja Abel, saya harap kalian berteman dengan saya dan membantu saya disini, terimakasih!”

“Oke, bagus Abel, selanjutnya – Jaden... kau tidak memiliki nama belakang?” tanya Robert bingung. Jika Putri Selen sudah diketahui oleh setiap pengajar di akademi, sedangkan Jaden memang dirahasiakan, yang tahu hanyalah Kaisar. Bahkan Pangeran Solon dan putri Selen saja tidak mengetahuinya.

Kaisar menyembunyikannya atas perintah Jaden.

Kaisar diam-diam bertemu dengan Jaden setelah Jaden menolong Selen, Kaisar juga mengatakan dia mengundang Jaden ke akademi karena menginginkan kekuatan Blackwolf yang terdapat dalam darah Jaden, dimana Blackwolf memiliki kemampuan menggunakan senjata sihir tingkat tinggi, terutama keturunan kerajaan.

Jadi, Jaden memiliki kesepakatan sendiri dengan Kaisar. Jaden tidak ingin satupun mengetahui identitasnya, baik sebagai keturunan Whitebold maupun Blackwolf.

Jaden berdiri, “saya hanya bangsawan biasa, tidak memiliki nama belakang, saya bisa masuk kemari karena kemurahan baginda Kaisar” ucap Jaden.

“Mengetahui kamu ada di peringkat dua saja itu membuatku yakin pilihan baginda Kaisar tidak pernah salah, silahkan kembali duduk, selanjutnya, Selen...”

Tian yang duduk di belakang menggeram tidak suka, apalagi saat Robert memuji kemampuan Jaden. Sangat menyebalkan! Dia tidak percaya dia yang seorang pangeran Whitebold kalah dengan bangsawan miskin rendahan yang bahkan nama belakang saja tidak punya.

Setelah Absen dan pengenalan diri untuk basa-basi, Robert mulai memperkenalkan sejarah akademi, yang dibentuk oleh kekaisaran untuk menyatukan semua kerajaan sekaligus memberikan pelajaran sihir yang sangat dibutuhkan.

Tidak semua orang bisa sihir, tapi orang yang bisa sihir biasa dari kalangan bangsawan. Jika ada orang biasa yang dapat melakukan sihir, hal itu bisa menjadikannya seorang bangsawan, dengan catatan, dia harus mendedikasikan keluatannya untuk membantu masyarakat.

Kekaisaran tidak menyukai bangsawan yang menggunakan kekuatan untuk urusan pribadi, apalagi sampai menyakiti rakyat tidak bersalah. Jika ada bangsawan yang melakukannya, maka hukuman besar kan menunggu.

Robert juga menjelaskan asal-usul sihir serta pengembangannya, setelah itu membahas perkembangan sihir jaman sekarang, yang membuat gadis elf cantik bernama Abel menjadi pusat perhatian.

Dia sangat cerdas serta memiliki kreatifitas yang tidak semua orang bisa memikirkannya. Namun, Jaden mengetahui jika semua desain alat sihir yang Abel katakan itu tidak asing baginya, bisa jadi Abel berasal dari dunia asal yang sama dengan Jaden, yaitu Bumi.

Karena itu, setelah bel istirahat berbunyi Jaden diam-diam mengikuti Abel yang pergi ke perpustakaan. Jaden mengatakan pada yang lain seperti Selen, David, June jika dia ingin pergi ke toilet, jadi dia mengatakan pada mereka untuk duluan saja ke kantin. Padahal, Jaden sedang mengikuti Abel.

Abel tiba-tiba berhenti berjalan saat mereka sudah berada di lorong sepi, tidak ada siapapun disana.

Jaden juga ikut berhenti, kemudian Abel berbalik, menatap Jaden dengan tatapan datar.

“Untuk apa kamu mengikutiku? Apa ada yang ingin kau tanyakan? Seputar alat sihir atau senjata sihir?” tanya Abel.

Jaden maju dua langkah untuk mendekati Abel, kemudian berkata, “apa kamu berasal dari Bumi, Abel?”

Abel membelalakkan matanya, kemudian menoleh ke sekitarnya, memastikan tidak ada siapapun yang berada disekitar mereka. Setelah tahu hanya ada mereka, baru Abel kembali menatap Jaden.

“Kau – tahu dari mana tentang semua itu? Apa kau –”

“Aku berasal dari sana... tapi sepertinya kamu lebih beruntung dariku, karena berada di kerajaan yang semua orang menyayangimu” ucap Jaden.

Abel tersenyum kecil, “kamu tahu apa, Jaden? Aku masuk dunia ini sejak bayi, aku bukan sepenuhnya elf, tapi juga memiliki darah manusia, ibuku adalah manusia, itulah kenapa umurku tidak sepanjang elf lain, pertumbuhanku juga seperti manusia biasa, aku hampir saja dibuang, jika tidak menunjukkan sihir di usia yang masih sangat muda, aku juga memiliki kesulitan, lalu bagaimana denganmu? Bukankah kamu berasal dari keluarga bangsawan kecil? Seharusnya keluargamu lebih harmonis bukan?”

Jaden menggeleng pelan, “tidak, semua itu bohong, tapi aku tidak bisa mengatakannya padamu,” ucap Jaden, kemudian dia mengulurkan tangannya.

“Abel, mau bekerjasama denganku?” tanya Jaden.

Abel menatap tangan Jaden yang terulur padanya, “kerjasama macam apa itu?”

“Kita sama-sama dari bumi, bukan? Kamu butuh seseorang yang mengerti kamu, aku akan mendukung apapun yang kau kerjakan, begitupun sebaliknya, kita juga berasal dari kerajaan berbeda. Lalu, aku sebenarnya tidak mau kekuasaan kok, aku disini hanya ingin hidup damai dan tenang... menghindari kesalah yang ku lakukan di bumi.”

Abel menjabat tangan Jaden, “baiklah... tapi, boleh aku tahu kesalahan apa itu? Apa itu yang membuatmu dibuang di dunia ini?” tanya Abel.

Jaden mengangguk, “benar, aku adalah seorang aktor, yang sudah bekerja di dunia entertain sejak kecil, hidup mewah dan bahagia sudah ku lakukan sejak lahir, namun itu membuat mentalku lemah, saat aku dikhianati, aku membunuh diriku sendiri, membuat dewa murka dan disinilah aku...”

Abel tersenyum prihatin, “Aku juga tidak jauh berbeda, Jaden, aku adalah wanita karir yang memiliki banyak kreatifitas, namun semuanya terhalang oleh uang dan kekuasaan, aku wanita miskin yang terbunuh karena keserakahan orang berduit.”

Entah mengapa, Jaden senang sekali bertemu Abel, dia merasa memiliki teman yang mengerti satu sama lain.

“Jaden, ayo kita berteman mulai sekarang, jujur saja... sebagai putri Elvestra, aku kesepian” ucap Abel.

“Aku juga tidak memiliki banyak teman selain David, berteman dengan Selen saja baru disini, dulu sebagai aktor, orang-orang hanya berteman karena menginginkan sesuatu, tidak ada yang tulus.”

Abel mengangguk, “aku mengerti itu, kamu mau ikut ke perpustakaan atau ke kantin?” tanya Abel.

Jaden menarik lengan Abel, “ayo ke kantin bersama, kamu jangan menyendiri terus... nani disangka sombong lho.”

“Ta-tapi... Jaden!”

Akhirnya Abel diam saja saat Jaden mengajaknya ke kantin.

Tanpa mereka ketahui, Solon yang kebetulan lewat melihat kedekatan mereka.

“Solon, itu anak yang kemarin kan? mereka dekat sepertinya” ucap salah satu pengikut Solon.

“Mereka satu kelas, ku rasa itu tidak aneh” sahut Solon, masih berusaha berpikir positif, padahal, dalam hati dia sangat cemburu. Abel yang biasanya pendiam dan sulit didekati, tiba-tiba bersama dengan seseorang, jelas itu membuat Solon cemburu.

.

.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!