Ujian masuk akademi

.

.

Keesokan paginya, Jaden bersemangat untuk pergi ke akademi dan menjalankan ujian. Bahkan koki sudah membekali Jaden dengan dengan bekal penyemangat, berupa sandwich daging cincang goreng dan sandwich buah manis kesukaan Jaden.

Ujian pertama adalah ujian tulis atau teori, Jaden dapat melakukannya dengan mudah, dia bahkan yakin akan mendapat nilai yang bagus.

Akan tetapi... ujian selanjutnya adalah ujian praktik.

Di ujian praktik, Jaden harus pergi ke aula khusus untuk menunjukkan kemampuan sihirnya.

Pertama-tama, ada pengukuran sihir dengan bola kristal. Calon murid duduk di aula besar, maju satu persatu secara bergantian untuk mengukur tingkat sihir mereka setelah nama disebutkan.

“Ternyata kau nekat pergi kemari juga ya? Dasar bodoh! Jangan sampai orang-orang tahu jika aku pernah berurusan denganmu!”

Jaden menoleh cepat pada asal suara.

Astaga, itu Christian, atau biasa dipanggil pangeran Tian, saudara Jaden yang merundung pemuda gemuk putra Duke Ergreen. Padahal Tian sudah mendapatkan pelajaran dan kena marah, setelah bertemu pemuda gemuk lagi, dia kembali mempermalukannya.

Jaden yang marah langsung mendekat dan mengajak pemuda itu duduk dengannya.

“Hah, baguslah, dia pantas berteman dengan anak bangsawan rendahan juga!” ucap Tian, masih belum mengenali Jaden sebagai saudaranya yaitu pangeran Christopher.

“Hei, kamu lagi!” ucap pemuda gemuk itu.

“Aku Jaden, kamu?”

“Oh, aku David Ergreen, soal minuman yang waktu itu terimakasih ya? Beratku turun tapi tidak drastis, meski begitu aku berusaha mengurangi makan kue enak, aku juga banyak makan makanan bergizi lalu minum air putih seperti saranmu!”

Jaden tersenyum mendengar ucapan David, “syukurlah, jika kamu terus seperti itu lalu diimbangi dengan olahraga, tubuhmu akan membaik perlahan-lahan” ucap Jaden.

David mengangguk, “terimakasih.”

Mereka pun kembali diam, menunggu giliran mereka dipanggil.

Jaden berdebar-debar saat itu, dia berharap suratnya untuk Kaisar supaya merahasiakan identitasnya sampai, jadi Jaden tidak akan dipanggil dengan nama lengkapnya, tapi hanya Jaden saja.

‘Ku mohon... aku tidak mau ketahuan jika aku itu pangeran Christopher yang malang’ ucap Jaden dalam hati.

“David Ergreen!”

David terlihat ketakutan, “namaku disebut, sampai nanti ya Jaden!”

Jaden mengangguk lemah, dia sendiri juga gugup, takut nama aslinya disebut.

“David Ergreen, tingkat A!”

Pengumuman tersebut membuat Jaden tersenyum, ternyata memang keluarga Ergreen memiliki sihir tingkat atas, tidak pernah mengecewakan.

“Si gendut itu kelas A? Sial!” Jaden dapat mendengar gerutuan Tian dari belakang.

Dasar bodoh, ada alasan kenapa keluarga Ergreen sangat hebat, tentu saja karena sihirnya yang luar biasa.

“Jaden!”

Deg!

Jaden kembali berdebar-debar tak karuan, meski nama lengkapnya tidak disebut dan dia senang, tetap saja dia gugup untuk maju ke depan.

“Namanya hanya Jaden? Tidak punya marga?”

“Apa-apaan itu? Apa dia dari bangsawan rendahan?”

“Kelihatan sih, dia pasi rendahan!”

“Sttt pelankan suaramu!”

“Biar sajadia dengar, aku tidak peduli.”

Yah, Jaden juga tidak peduli dengan kalian, dia terlalu gugup untuk mendengarkan bisik-bisik menyebalkan tersebut.

“Kamu tinggal sentuh bolanya, lalu tunggu sampai warnanya berubah ya...”

Jaden menghirup nafas dalam-dalam, lalu mengeluarkannya perlahan, setelah merasa tenang, dia pun menyentuh bola kristal.

“HAH? Apa ini?”

Jaden bingung melihat bola yang tidak hanya berubah warna merah, namun ada semacam sengatan listrik biru.

Padahal tadi David hanya berubah merah saja.

“Ce-cepat lepaskan!”

Jaden pun melepaskan tangannya dari kristal, bola itu pun kembali normal.

Gawat! Hampir saja jantung Jaden copot, takut merusak bola kristal.

“Jaden, tingkat A!”

Terjadi keheningan di ruangan tersebut, tapi Jaden tidak peduli dan ingin segera pergi ke tempat selanjutnya.

“Jaden, semangat!”

Suara teriakan tersebut merebut perhatian seluruh orang, mereka tidak percaya dengan apa yang mereka lihat dan dengar.

Putri Selen, seorang putri kesayangan Kaisar tersenyum dan menyemangati pemuda tidak jelas yang bahkan tidak memiliki marga?

Sementara itu Jaden tersenyum kecil pada gadis itu, gadis yang dia tolong kemarin, setelah itu dia buru-buru keluar karena tidak tahan menjadi pusat perhatian.

Jaden masih belum tahu, jika gadis itu adalah putri Selen.

“Cih, siapa sih dia sampai disemangatin putri Kaisar segala?” gumam Tian kesal, padahal putri Selen itu seharusnya menjadi tunangannya!

Kembali pada Jaden.

Dia sudah pergi ke tempat selanjutnya, lapangan.

Disana sudah menunggu beberapa guru untuk melihat kekuatan apa yang dimiliki oleh calon murid.

Ada yang menunjukkan sihir api, sihir air, ada yang menunjukkan kemampuan berpedang.

David baru selesai menunjukkan kemampuannya, sekarang ganti Jaden yang gugup.

Jaden tidak berpikir kemampuannya cukup untuk diperlihatkan, padahal tingkat sihirnya sudah bagus, tapi jika prakteknya nol besar, maka itu sama saja bohong.

“Silahkan menunjukkan kemampuan, dengan sihir atau berpedang” ucap salah satu pengawas.

Jaden yang sudah merasa lebih tenang, kini fokus dengan sasaran yang murid lain gunakan untuk menunjukkan sihir.

Jaden tidak tahu apakah sihirnya itu istimewa, tapi dia bisa mengeluarkan sedikit sihir api, misalnya untuk menyalakan perapian, untuk memasak. Dia juga bisa sedikit sihir air, angin, dan cahaya. Hanya saja sihirnya itu sedikit-sedikit, Jaden bahkan tidak mengerti kenapa dia menjadi tingkat A.

Padahal menurut kemampuan, harusnya Jaden ada di tingkat paling tinggi itu D untuk sihir.

Jaden bahkan sudah melihat sihir milik David sebelumnya yang sungguhan tingkat A, dan dia bisa mengeluarkan bilah air yang luar biasa. Elemen milik keluarga Ergreen adalah Air dan cahaya.

Bagaimana bisa Jaden yang hanya mampu mengeluarkan sihir kecil sebanding dengan David? Tidak masuk akal tapi Jaden akan mencoba sebisanya.

Jaden memikirkan sihir yang cukup bagus, yaitu api. Dia membayangkan sebuah panah api setelah itu mengulurkan tangannya menuju papan sasaran.

Saat Jaden membuka mata, dia sendiri terkejut dengan sihirnya, sebuah panah api melaju kencang dan ukurannya jauh lebih besar dari yang sebelumnya bisa dia gunakan.

Jaden menatap tangannya tidak percaya.

“Apa yang terjadi denganku?” gumam Jaden.

Bagaimana bisa sihir Jaden sebesar itu?

Prok prok prok

Jaden menoleh pada David yang bertepuk tangan dengan bangga, kemudian mengacungkan jempolnya.

“Bagus, Jaden! Ada lagi kemampuan yang kau miliki?” tanya pengawas.

“A-aku bisa sedikit berpedang, pak” jawab Jaden.

Dia berusaha menenangkan diri, harus fokus dengan ujian, karena dia ingin lulus dan belajar di akademi.

Untuk berpedang, seorang pengawas maju untuk menjadi lawan calon murid.

Pengawas itu tidak terlihat seperti amatir dalam berpedang, jadi Jaden yakin pengawas itu merupakan prajurit pedang terbaik milik kekaisaran.

“Kamu bisa memilih pedang kayu yang tersedia.”

Jaden mengangguk lalu memilih pedang dengan asal.

***

“Kau sangat hebat tadi!” ucap David yang tidak bisa berhenti tersenyum dan membahas kemampuan Jaden.

Padahal Jaden sendiri tidak yakin dirinya bisa seperti itu tapi – entahlah.

Memang kekaisaran mengundangnya karena berpikir mungkin Jaden memiliki kemampuan berpedang sihir seperti ayah kandungnya. Tapi selama ini Jaden hanya berpedang biasa, tidak ada tanda-tanda dia bisa pedang sihir, walaupun Jaden sangat percaya diri dengan kemampuan pedangnya. Karena kemampuan sihir Jaden saja biasa.

Namun yang tadi itu, tiba-tiba dia bisa sihir sehebat itu.

Tidak pernah terpikir olehnya.

Bisa dibilang, Jaden masih shock dengan kemampuannya.

Atau jangan-jangan kemampuan pedang sihir itu tiba-tiba Jaden peroleh tepat sebelum ujian? Itu mungkin saja...

“Hey!”

Jaden terlonjak saat David menepuk bahunya.

“Iya, David?”

David berdecak malas, “kamu nglamun! Aku laper nih, ayo kita cari restoran terbaik!”

Jaden mengangguk, “baiklah... aku tahu restoran yang enak!”

“Sungguh! Ayo!”

Mereka pun berjalan keluar dari akademi.

Namun, Tian dan teman-temannya tiba-tiba saja menghadang mereka.

“Mau kemana kalian pecundang? Kalian pasti curang karena bisa mendapat tingkat A! Ini tidak adil! Lalu, siapa pemuda tidak jelas ini?” Tian menatap Jaden dengan tatapan tidak bersahabat.

“Bukan urusanmu, biarkan kami pergi!” ucap Jaden.

Akan tetapi, teman-teman Tian malah menahan mereka.

Sebenarnya Jaden bisa saja menghempaskan mereka dengan kekuatan ototnya, apalagi dia sudah memiliki sihir besar. Tapi, menjadi mencolok dan pusat perhatian tidak Jaden sukai.

Jaden tidak mau lagi menjadi populer seperti dahulu, dia takut.

“Lepaskan!”

“Tidak sebelum aku puas menghajarmu!”

.

.

Terpopuler

Comments

Min sua

Min sua

Tian nggak tau aja kalau yang diolok-olok nya itu adiknya sendiri

2022-11-04

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!