"Sudah sampai." Ju-Hwan mematikan musik lalu membangunkan Sera.
"Hhmm.." Sera merenggangkan tubuhnya.
"Cepat sekali sih sampainya."
"Tidur mu terlalu lulas makanya berasa cepat."
"Begitu ya?" Sera mulai bercermin merapihkan rambut dan riasan wajahnya.
"Jangan terlalu menor, penampilan mu akan menarik orang-orang di rumah sakit." Ju-Hwan mengomel ke Sera.
"Biar saja, memang aku cantik dan menarik kan oppa? Jadi mau disembunyikan pun tetap akan terlihat." Sera sudah selesai dengan urusan make-upnya, lalu memakai kaca mata hitam dan turun dari mobil.
Set..
"Ini rumah sakit bukan di pantai." Ju-Hwan memarik kaca mata dari wajah Sera.
"Hihhh.. berisik." Sera berjalan menuju pintu masuk rumah sakit.
"Jangan lama-lama Lee Seraaaa!" Ju-Hwan meneriaki Sera.
"Oppa pulang saja! Aku bisa pulang sendiri!"
Ju-Hwan hanya bisa bergeleng-geleng melihat kelakuan artis yang dia layani.
Sera berhenti di depan ruangan yang bertulis 'Manager Operasional - Gong Tae-Hyun'. Sera merapihkan sedikit rambutnya, sebelum masuk ke ruangan itu.
"Samchon!" Sera resmi masuk ke ruangan Tae-Hyun.
*Samchon \= Paman.
Tae-Hyun sedang menyiapkan bekal makan siang yang dia buat untuknya dan Sera di meja tamunya.
"Oh.. kau sudah datang, duduk. Ayo makan selagi masih hangat." Tae-Hyun lelaki berusia empat puluh satu tahun itu memiliki tinggi badan seratus delapan puluh satu centimeter, dengan bahu yang lebar dan garis tubuh yang tegap.
Alisnya yang tebal membuat mata berkelopak single milik Tae-Hyun semakim mempesona.
Hidungnya yang tidak terlalu mancung namun terlihat kecil, senyumnya yang indah dari bibir tipisnya membuat Tae-Hyun terlihat…..
'Sempurna, lelaki buatan Tuhan satu ini dianugerahi ketampanan grade A++' Batin Sera.
"Kenapa masih berdiri? Kamu bisulan?" Tanya Tae-Hyun.
Dan suara huskynya membuatnya semakin hoooooot di mata Sera😍🔥🌞
"Oh.. iya." Sera baru sadar dari lamunannya mengagumi Tae-Hyun.
Sera duduk di hadapan Tae-Hyun.
"Hah.. kamu ini selalu saja." Tae-Hyun berdiri lalu mencari sesuatu.
"Apa sih?" Sera bingung.
Tae-Hyun menemukan yang dia cari, sebuah kain untuk menutupi kaki jenjang Sera yang terlihat indah karena memakai rok mini.
"Paman.. ini namanya mode, paman harus tahu itu." Sera hendak melepaskan kain itu tapi ditepis oleh Tae-Hyun.
"Pakai saja atau kita tidak jadi makan!"
Peringatan Tae-Hyun membuat Sera pasrah memakai kain itu.
'Bilang saja kamu tergoda kan dengan kaki jenjang ku?' Batin Sera.
"Kenapa menatap ku begitu?" Tanya Tae-Hyun.
"Ah.. tidak, ayo makan."
Sera dan Tae-Hyun mulai makan tetapi..
Tok.. tok.. tok..
Suara ketukan pintu membatalkan prosesi makan siang mereka.
"Masuk." Tae-Hyun sedikit berteriak.
"Oh.. maaf aku menggangu ya?" Seorang wanita dengan baju perawat masuk membawa segelas kopi.
'Hah.. wanita ini lagi! Kenapa dia selalu saja ada setiap aku kesini sih? Dasar perawan tua!' Batin Sera.
Cha Nami, seorang perawat senior berusia empat puluh satu tahun, dia sudah lama tertarik pada Tae-Hyun.
Nami menaruh secangkir kopi amerikano dingin di meja kerja Tae-Hyun.
"Gomawo." Tae-Hyun berterimakasih ke Nami.
*Gomawo \= Terimakasih (informal).
"Tidak apa-apa, hanya amerikano dingin. Tapi maaf Sera aku hanya membeli satu, aku kira Tae-Hyun sedang sendiri." Cara bicara Nami selalu lemah lembut di depan Tae-Hyun.
"Tidak masalah BIBI, aku bisa beli sendiri." Sera menekankan kata 'bibi' pada Nami agar membuatnya kesal. Karena Nami memang selalu kesal setiap Sera memanggilnya dengan sebutan itu.
Nami tersenyum kecut.
"Baiklah aku pergi dulu." Nami hendak pamit tapi Tae-Hyun berbasa-basi.
"Kau sudah makan?" Tanya Tae-Hyun pada Nami.
"Emm.. belum sih." Jawab Nami.
"Mau makan…"
"Paman!! Tidak boleh ada yang ikut makan, porsinya cuman untuk dua orang kan? Nanti yang ada paman enggak makan!" Sera menyela omongan Tae-Hyun.
Nami tersenyum kecil, "Spertinya ANAK TIRI mu tidak memperbolehkan ku makan bersama kalian. Dia pasti sangat merindukan ayah tirinya, bukan begitu Lee Sera?" 1-1 Nami membuat Sera kesal dengan sebutan yang selalu membuatnya risih, status yang seperti dinding besar yang menghalanginya dan Tae-Hyun.
"Aku tidak masalah tidak makan." Kata Tae-Hyun.
'Apa-apaan sih paman? Udah biarin dia pergi!' Batin Sera.
"Tidak, terimkasih. Aku makan di kantin saja, silahkan menikmati waktu dan makan siang dengan ayah tiri mu ya Sera." 2-1 Nami menang, dia pergi dari ruangan Tae-Hyun.
"Kenapa orang-orang masih menganggap paman ini ayah tiri ku? Padahal paman hanya menikah tiga hari dengan ibu." Sera mengaduk-aduk makanannha dengan sumpit.
"Karena aku ini memang ayah tiri mu." Tae-Hyun masih meyakini statusnya sebagai ayah tiri Sera, walau hatinya mulai merasa ada yang lain yang tumbuh berbunga untuk Sera.
"Kenapa paman mau menikahi ibu saat itu? Ibu sudah sakit parah, tapi paman tetap menikahinya." Pandangan mata Sera kosong, dia menatap makanannya sambil terus mengaduk-aduk.
"Aku mencintai ibu mu sudah lama, aku menyatakan perasaannya berkali-kali, tapi dia selalu diam.
Lalu saat ibu mu sakita parah, dan di rawat di rumah sakit ini untuk terakhir kalinya dia mengakui bahwa dia juga memiliki perasaan yang sama dengan ku. Maka dari itu aku langsung mengajaknya menikah." Tae-Hyun sudah berkali-kali menceritakan hal ini ke Sera, tetapi selalu saja dia jawab setiap Sera bertanya.
Tae-Hyun berharap fakta tentang dirinya dan ibunya, Kim Hana, dapat membuat perasaan Sera hilang kepadanya.
"Hahh.. sudahlah, aku lapar." Sera akhirnya memakan belak makan siang yang dimasak sendiri oleh Tae-Hyun.
Tae-Hyun ikut memakan beklanya.
"Nanti malam aku mau kencan buta dengan pria pilihan ayah." Sera masih sibuk mengunyah.
"Apa?? Kamu datang ke kencan buta perjodohan lagi?? Buat apa? Bukannya kamu tidak tertarik dengan perjodohan? Kenapa buang-buang waktu datang ke acara seperti itu??" Tae-Hyun selalu tidak suka setiap Sera melakukan kencan buta untuk perjodohan yang dibuat oleh ayah kandungnya.
"Emm.. mungkin saja kali ini berbeda." Jawab Sera.
"Berbeda? Karena apa? Karena dia lebih kaya dari semua lelaki yang pernah disodorkan oleh ayah mu?"
"Tidak juga, tapi kali ini dia hanya berbeda satu tahun dari ku, dan juga tampan!"
"Hahh.. kenapa memangnya kalau tampan dan berbeda satu tahun?"
"Ya berarti dia adalah top of the top dari semua lelaki yang pernah ayah jodohkan dengan ku."
"Jadi tipe lelaki idaman mu adalah yang tampan dan seumuran ya?"
Pertanyaan dari Tae-Hyun susah untuk dijawab oleh Sera.
"Emm.. tidak juga, umur bukan masalah buat ku. Dan status sosial juga tidak penting untuk ku."
"Oh.. begitu."
"Jadi.. paman mau jadi pacar ku tidak?"
Uhukk.. uhukk.. uhukk..
Tae-Hyun tersedak mendengar pertanyaan yang sebenarnya sudah beberapa kali dia dengar.
"Dasar anak nakal, aku ini ayah mu!" Tae-Hyun menyentil pelan jidat Sera.
"Aww.."
"Maaf.. sakit ya?" Tae-Hyun mengelus-elus jidat Sera.
"Jidatnya tidak sakit, tapi hatinya yang sakit."
"Hahh.. kamu ini." Tae-Hyun sudah kebahisan kata-kata untuk menghadapi wanita yang lebih muda lima belas tahun darinya.
"Selera makan ku hilang, aku pulang dulu." Sera sudah malas berbicara dengan Tae-Hyun, moodnya berubah jadi abu-abu.
"Makannya belum habis, habiskan dulu." Tae-Hyun menahan Sera dengan tangannya.
"Tidak, aku sudah malas, makan sama beraama perawat tua itu."
Sera lalu pergi dari ruangan Tae-Hyun.
"Dasar anak itu." Tae-Hyun menghembuskan nafas panjang sambil mengelus dada.
Bersambung..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments
Narno Narno
⭐⭐⭐⭐⭐ luar biasa
2022-12-24
0
Agusrita Wijayanti
semangat sera 😀
2022-12-24
0
Lalaluna14
jangan mau kalah Sera sama emak"😆
2022-10-20
0