"Seperti apa ciri-cirinya?" tanya Eros.
"Dia memakai jaket, rambutnya abu-abu sedikit coklat, putih, dan tinggi," jawab Vladine.
Eros berfikir sejenak, ciri-ciri yang telah di sebutkan Vladine mengarah kepada Saddam, ia curiga bahwa kalung ini milik Saddam.
"Kalau benar ini milik Saddam, berarti kini ia telah mengetahui bahwa Belliana masih hidup," batin Eros.
"Ada apa?" tanya Vladine penasaran melihat Eros termenung.
"Hah? Tidak ada apa-apa," jawab Eros menggaruk tengkuk lehernya.
Aiden yang dari tadi mengintip di loteng ia juga paham, bahwa kalung pedang permata hanya dimiliki oleh keturunan katharos. Yang berarti dia harus segera pergi dari sana, sebelum para keturunan murni menemukannya.
"Meisya memberitahuku, bahwa ada seorang pria menginap di rumah gadis ini, tapi aku tidak melihat siapapun selain kami," batin Eros.
Eros resah memikirkan hal itu, ia selalu menatap ke seluruh ruangan untuk memastikan kabar tersebut.
Aiden tidak punya pilihan, sepertinya keberadaannya juga telah terendus oleh Eros. Secepatnya dia harus benar-benar pergi dari sana.
"Baiklah, karena kau sudah sadar, aku ingin pamit," ucap Eros.
Eros berdiri, begitu juga Vladine juga ikut mengantarnya sampai ke depan pintu.
"Maaf telah merepotkanmu," ucap Vladine.
"Tidak usah di fikirkan, istirahatlah," jawab Eros.
Vladine hanya mengangguk. Setelah mengatakan itu Eros melambaikan tangan dan pergi.
Vladine segera menutup pintu. Merasa Aiden tidak ada di rumah, ia membuka kancing bajunya satu persatu, dan melepasnya. Kini ia hanya memakai bra dan rok saja.
Baru berapa langkah ia berjalan menuju kamarnya, sesuatu menahannya dan membalikkan tubuhnya ke tembok.
"Akh!" Vladine meringis kesakitan.
"Berani-beraninya kau membawa pulang seorang pria!" bentak Aiden.
"Jadi kau dari tadi ada di rumah?" tanya Vladine.
"Menurutmu?" jawab Aiden dingin.
Kini Aiden mengangkat ke dua tangan Vladine ke atas dan menahannya. Vladine berusaha memberontak tapi tidak bisa.
"Apa yang kau lakukan?" tanya Vladine ketakutan.
Aiden tidak menjawab, ia membenamkan wajahnya di tengkuk leher Vladine, dan menghirup aroma tubuh gadis itu dalam-dalam.
"Aku mohon hentikan, Aiden!" pinta Vladine.
Naluri seorang vampir dalam tubuhnya pun bangkit, pupil matanya membesar dan berubah merah, taring tajam di giginya keluar.
Saat akan menancapkan taringnya, Aiden membulatkan matanya, akal sehatnya mengalahkan hawa nafsunya.
Ia langsung mundur dan menjauh dari tubuh Vladine. Tubuh Vladine merosot ke lantai. Ia kaget dan tak percaya dengan apa yang ia alami barusan.
"Kau bisa mengalami itu kapan saja jika kau tidak berhati-hati dengan pria," tegas Aiden.
Aiden pergi dengan kesal, meninggalkan Vladine yang masih membisu di tempatnya.
***
Terlihat Eros tengah berjalan ke arah hutan, dia berjalan menembus air terjun, dan menghilang. Air terjun itu seperti portal yang menghubungkan dunia manusia dan dunia lain.
Dalam sekejap pakaian Eros berubah, awalnya dia hanya memakai seragam, namun saat ini dia sedang memakai pakaian jubah seorang putra mahkota, penerus tahta.
Saat ini Eros telah ada di Imperial Stone, kerajaan serigala. Para prajurit dan pelayan membungkukkan badan saat Eros melewati mereka.
"Selamat datang, Tuan," sapa para pelayan.
"Beritahu Meisya untuk datang ke ruanganku, sekarang!" titah Eros.
"Baik, Tuan," jawab pelayan.
Tidak berselang lama, seorang gadis datang menghampiri Eros, tak lain dan tak bukan, gadis itu adalah Meisya, sahabat dekat Vladine. Ternyata Meisya selama ini bukanlah manusia.
Meisya merupakan serigala, dia adalah pelayan setia Eros, dia memiliki tugas mengurusi segala kebutuhan dan urusan eros. Termasuk menuruti perintah Eros untuk mengawasi Vladine.
Mereka berdua sengaja menyamar menjadi manusia, dan bersekolah di sekolah yang sama dengan Vladine, tujuannya agar menjaga Vladine.
"Ada apa, Tuan?" tanya Meisya.
"Kau bilang ada seorang pria yang sedang tinggal di rumah Vladine?" tanya Eros.
"Ya itu benar, Tuan," jawab Meisya.
"Tapi aku tidak melihat siapapun di sana," ucap Eros ragu.
"Itu mustahil, Tuan, Vladine sendiri yang memberitahu saya," jawab Meisya.
"Kalau begitu kau selidiki lebih lanjut, jangan sampai lengah dari pengawasanmu!" titah Eros.
"Baik, Tuan," jawab Meisya membungkuk.
"Dan satu lagi, undang Pangeran Vallen untuk makan malam bersamaku," ucap Eros.
"Baik, saya permisi, Tuan," pamit Meisya.
***
Aiden sedang berjalan hendak kembali ke istana Demon Empire. Namun ia tampak kebingungan dan memperlambat langkahnya.
"Aku hanya khawatir gadis bodoh itu kekurangan gizi lagi," gumam Aiden.
Aiden masih saja gengsi dengan perasaannya sendiri. Dengan berat hati ia harus meninggalkan Vladine untuk bersembunyi.
Tiba-tiba ia mencium hawa dingin yang menyeruak, baru saja ia membatin. Sepertinya salah satu Katharos sedang ada di dekatnya.
Ia menghilang dan naik ke atas bukit, cukup jauh, namun matanya masih jeli untuk melihat apa yang terjadi di bawah.
"Sedang apa dia?" batin Aiden memperhatikan Saddam.
Saddam saat ini sedang memakan sebuah apel yang baru saja ia beli dari seorang pria tua.
"Sejak kapan dia menjadi vegetarian?" gumam Aiden.
Ia mengernyitkan alisnya. Bingung dengan kelakuan aneh vampir murni yang satu ini.
"Padahal dia bisa saja langsung memakan kakek tua itu, tanpa harus membeli apelnya," Aiden terkekeh.
Tanpa sengaja bola mata mereka bertemu. Saddam yang sadar sedang di perhatikan langsung menghilang dan muncul tepat di depan Aiden.
"Lalu apa urusannya denganmu sialan!" bentak Saddam.
"Tidak ku sangka kita akan bertemu, Saddam," ucap Aiden dingin.
"Kau harusnya lari sebelum aku merenggut nyawamu di sini," jawab Saddam.
"Aku tidak seperti dirimu, yang selalu lari dari kenyataan," pancing Aiden.
"Usahamu memprovokasi sangat bagus, tapi ada yang lebih menarik," bisik Saddam ke telinga Aiden.
Saddam menggesek ibu jarinya ke jari tengah dan jari telunjuk, hingga terdengar suara "Klip". Lalu muncul api dan sebuah buku kecil di tangan kanannya.
"Kau tau apa ini?" ucap Saddam tersenyum sombong.
"Untuk apa aku mengetahuinya," jawab Aiden acuh.
"Ini adalah buku catatan milik Vallen, aku mencurinya sejak lama, dia selalu menipuku bahwa terdapat peta harta karun yang ia simpan," ucap Saddam.
"Aku tidak tertarik dengan urusan saudaramu itu sialan! Jangan membuang waktuku hanya untuk ini," bentak Aiden.
"Hahaha.. Tentu saja ada," ucap Saddam tertawa puas.
"Apakah kau tau kekasih lamamu itu masih hidup, dia ada di sekitar sini lo," ucap Saddam.
Aiden mengatur nafas agar tetap berusaha tenang dan berpura-pura tidak mengetahui apa-apa.
Saddam mendekatkan wajahnya ke telinga Aiden.
"Pagi ini aku sengaja menjatuhkan kalungku padanya, agar aku bisa mengetahui posisinya, ternyata lokasinya sama dengan harta karun yang Vallen tulis di buku ini," bisik Saddam.
"Jangan pernah mencoba untuk menyentuhnya, Brengsek!" Teriak Aiden.
Aiden menyengkram leher Saddam hingga kakinya naik ke permukaan tanah. Dengan kuat Saddam menepisnya dan membuat Aiden tersungkur.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments