"Hoam.." suara Vladine menguap.
Gadis itu duduk lalu mengumpulkan sebagian kesadarannya.
"Astaga, pria sialan itu tadi malam tidur di sampingku," ucap Vladine.
Dia langsung meraba bagian tubuhnya, dan mengecek pakaian yang ia pakai semalam.
"Syukurlah, ternyata masih lengkap!" gumam Vladine.
"Tenang saja, aku tidak selera dengan tubuhmu itu," ucap Aiden.
Kemunculan Aiden yang secara tiba-tiba di depan pintu kamar, membuat Vladine terkejut.
"Katakan saja, kau apakan aku tadi malam!" desak Vladine.
"Jadi, kau berharap aku melakukan sesuatu terhadapmu? Baiklah,"
"Lelaki sialan ini!" umpat Vladine dalam hati.
"Berani-beraninya gadis ini mengutukku, hmm.. menarik," batin Aiden menyeringai.
"Kenapa kau senyum, dasar cabul!" bentak Vladine.
"Pergilah ke meja makan, atau mau ku gendong?"
Dengan nafas menggebu Vladine yang emosi langsung berdiri lalu pergi ke ruang makan. Sedangkan Aiden semakin gemas melihat ekspresi Vladine.
"Wah.. kau yang memasak semua ini?" tanya Vladine.
Ia terpukau melihat berbagai macam makanan lezat telah siap di atas meja.
"Tentu saja, makanlah," ucap Aiden.
Vladine yang kalap melihat banyak makanan lezat langsung menyantapnya secara brutal.
"Selain tampan, ternyata dia juga pandai memasak," batin Vladine.
Mendengar Vladine sedang memujinya, membuat Aiden menyunggingkan senyum di bibirnya.
Melihat Vladine yang makan dengan rakus membuat Aiden heran.
"Makan pelan-pelan, kau seperti orang yang tidak pernah makan enak saja," ucap Aiden.
"Ya, kau benar, selama ini aku hanya menyantap makanan kaleng, bahkan aku tidak ingat kapan terakhir aku makan makanan mahal seperti ini," jawab Vladine.
Mendengar jawaban Vladine, membuat hati Aiden sedikit teriris, di balik sifat Aiden yang dingin ternyata masih ada rasa kepeduliannya.
"Apa hidupmu menyedihkan sekali, Belliana?" batin Aiden.
"Uhuk.. uhuk.." suara Vladine tersedak.
"Minumlah, kan sudah kubilang, makan pelan-pelan," ucap Aiden memberikan segelas air.
"Aku rasa ada yang membicarakanku," jawab Vladine.
"Itu hanya perasaanmu saja," jelas Aiden.
"Lalu, kau tinggal di sini dengan siapa?" tanya Aiden penasaran.
"Aku sendirian, pulang sekolah aku pergi bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupku," jawab Vladine santai.
"Kalau begitu mandilah, jika kau tidak ingin terlambat ke sekolah," titah Aiden.
"Terima kasih sarapannya, Aiden," ucap Vladine tersenyum tulus.
Mendengar Vladine memanggil namanya, membuat hati Aiden berdesir.
Setelah selesai bersiap-siap untuk berangkat sekolah, Vladine menghampiri Aiden di ruang tamu.
"Ada apa kucing kecil?" tanya Aiden.
"Aku pamit berangkat sekolah dulu ya," ucap Vladine.
"Ya, hati-hati di jalan," jawab Aiden.
Dalam perjalanan Vladine merasa ada yang mengikutinya. Tapi setelah beberapa kali ia menengok kebelakang tidak ada siapa-siapa.
Ternyata di belakangnya ada Aiden yang sedang bersembunyi. Ia sengaja mengikuti Vladine. Karena ia ingin memastikan bahwa Vladine sampai di sekolah dengan selamat.
Setelah melihat Vladine memasuki gerbang sekolah, Aiden menghilang, lalu muncul di istana Demon Empire.
Kedatangan Aiden di sambut oleh 2 saudaranya, Celio, dan Edwin.
"Dari mana saja kau semalaman tidak pulang?" tanya Celio.
"Tadi malam aku mengikuti Pangeran Vallen di dunia manusia," jawab Aiden.
"Apa yang dia lakukan disana?" tanya Edwin.
"Ternyata kecurigaanku selama ini benar, Belliana hidup kembali," jelas Aiden.
Edwin terkejut hingga membulatkan matanya.
"Bagaimana bisa?" tanya Edwin.
"Entahlah, yang pasti saat ini dia telah bereinkarnasi menjadi gadis SMA," jawab Aiden.
"Apa yang kalian takutkan, lagi pula apa yang bisa dia lakukan dengan wujud manusianya," ucap Celio menyepelekan.
"Asal kau tahu, jika Pangeran Vallen berhasil menikahi Belliana, dan mereka memiliki anak, maka anak itu akan menjadi vampir terkuat di seluruh jagad raya," jelas Aiden.
"Belliana akan menghancurkan Imperial Stone, untuk membalas dendam atas kematiannya, bukan hanya Imperial Stone, tetapi kita semua juga akan lenyap, karena kita bukanlah ras murni vampir," imbuh Edwin.
"Dan Pangeran Vallen akan membangkitkan seluruh kekuatan Belliana dengan segel miliknya," terang Aiden.
"Lalu apa yang harus kita lakukan?" tanya Celio.
"Kita harus menculik Belliana, dan memastikan bahwa pernikahan mereka tidak akan pernah terjadi," jawab Aiden.
"Kenapa tidak kita bunuh saja?" saran Celio.
"Dasar bodoh! bila kita menyekap Belliana, itu berarti dunia ada dalam genggaman kita," jawab Aiden.
"Dan kita bisa menikmati darahnya, kapan lagi kita bisa menikmati darah asli dari Ratu Vampir," imbuh Edwin.
"Ya, kau benar sekali," ucap Aiden.
Sementara itu di sekolah…
Vladine sedang menonton pertandingan basket di lapangan bersama sahabatnya bernama Meisya.
"Ketua osis kita keren banget," ucap Meisya.
"Biasa saja," jawab Vladine jengah.
"Semangat, Kak Eros!" teriak Meisya menyemangati.
Vladine memutar kedua bola matanya, sahabatnya ini tidak ada bedanya dengan wanita-wanita lain, yang sangat tergila-gila dengan ketampanan ketua osis, Eros.
Riuh suara para penonton menggema di lapangan. Lalu pertandingan di menangkan oleh tim osis yang di ketuai oleh Eros.
"Itu kan aku bilang apa, Kak Eros memang hebat," ucap Meisya bersemangat.
Melihat tim Eros bubar, Meisya terburu-buru turun ke lapangan. Ia berlari menuju Eros, dan memberikannya sebotol Air minum serta handuk kecil untuk Eros.
"Ini kak, air sama handuk," ucap Meiysa.
"Untuk apa ini, Mey?" tanya Eros.
Vladine tiba-tiba muncul di samping Meisya dengan ekspresi dongkol.
"Sudah tau air sama handuk, untuk minum sama lap keringat, tinggal bilang makasih saja susah banget," terang Vladine.
"Terima kasih ya, Mey" ucap Eros kepada Meisya.
"Iya, sama-sama kak," jawab Meisya.
Lalu Eros melirik Vladine dan menatapnya lembut. Mata Eros berbinar.
"Kau kini telah tumbuh menjadi gadis yang pemberani," gumam Eros.
"Aku duluan ya, Mey. Soalnya kebelet dari tadi," ucap Vladine.
"Aku ikut, Din," pinta Meisya.
"Yaudah, Ayo," jawab Vladine.
Vladine dan Meisya meninggalkan Eros. Saat menuju kamar mandi, Meisya melihat ruang kelasnya yang akan memulai mata pelajaran.
"Yah, kelas udah mau masuk," keluh Meisya.
"Yaudah, kamu masuk aja duluan, aku masih mau ke kamar mandi," ucap Vladine.
"Benar kah ? Tidak apa ?," tanya Meisya.
"Iya, tidak apa-apa, cepatlah nanti kau di marahi," jawab Vladine.
"Yaudah aku pergi duluan ya," pamit Meisya.
Setelah Meisya pergi, pikiran Vladine tertuju pada iuran SPP sekolahnya yang belum ia lunasi.
"Aku harus bekerja lebih giat lagi," gumam Vladine.
Saat ia membuka salah satu bilik pintu WC. Tiba-tiba tangannya ditarik dan mulutnya dibungkam dari belakang.
"Mmm.. mm.." suara Vladine berusaha memberontak.
Namun tenaganya tak cukup untuk melawan orang yang mendekapnya. Jantung Vladine berdegup kencang, nafas orang itu terasa hingga di lehernya.
"Diam, jangan bergerak," ucap Pria itu.
Tak terasa buliran air mata Vladine terjatuh. Kali ini ia sangat ketakutan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments
will
go
2023-11-22
1
will
mantap
2023-11-22
1
jamalshi
ceritanya bagus
2022-10-23
3