KEMATIAN TERAKHIR

Ryan, di tampilkan sebuah banyak adegan kehidupan dulunya semasa hidup. Hingga mereka yang akan bahagia, dimulai dengan kesengsaraan jurang bersama Hanna yang meraih tangannya, agar mereka bisa selamat.

Hanna yang sudah berada dalam alam lain, raganya bersama Ryan di tempat lain. Seolah menyaksikan kemana Siska temannya itu pergi, dan kata temannya lagi Kaiy, ia melihat pak Brody membawa cangkul seperti habis menggali kubur di belakang kampus.

"Ini rumahnya, gak salah lagi ini rumahnya," tukas Ryan.

"Itu ada bunga mawar putih kayak yang aku lihat kemarin deh."

Tiba-tiba pintu rumah terbuka dan kami menyaksikan ada gadis yang kemarin kesurupan. Kondisinya biasa saja layaknya orang sehat tapi wajahnya nampak pucat. Cantik tapi auranya gelap itu yang kulihat.

Kami dipersilahkan masuk ke rumah Siska, kurasakan hawa yang panas dan pengap di ruangannya. Rumahnya bersih tapi pemandangan kusam di dalamnya.

"Teteh, kemarin saya melihat Siska berontak sambil dipegang sama keluarga teteh," kata Hanna pelan.

"Anda teh siapa?"

"Saya teman Siska dua semester." ujar Hanna.

Gadis itu bengong dan agak kebingungan. Kulihat lama-lama wajahnya semakin pucat dan kusam.

"Panggil saya Teh Rani, ya. Sebenarnya susah saya jelaskan dan saya udah beberapa kali berobat ke orang yang bisa mengusir setan itu dari rumah ini. Ada teman yang menawarkan jasa pengobatan tapi dia gagal, setan itu ada lagi ada lagi," gerutu Teh Rani. Ia adalah kakak dari Siska.

"Teh Rani, apa ciri-ciri kalau setan itu mau datang atau merasuk ke badan teteh?" Tanyaku.

"Biasanya kaki saya ujug-ujug terasa panas, merambat dari bawah sampai perut saya, terus saya muntah," jawab Siska.

Hanna melihat ada asap hitam mengepul di ruangan ini, sementara Teh Rani masih merasakan sesak nafas. Aku mencoba menghalau asap hitam itu dengan sapu lidi yang tersimpan di sudut pintu.

"Siska, apa-apaan itu?"

"Teh Rani, Teh Rani, Siksa lihat dia," pinta Mario adik bungsu Siksa.

Mario tepat di depan Teh Rani dengan mata tertutup kemudian dia menarik nafas dalam-dalam hingga mengembang, setelah itu dia menggeram.

"Grrrttt....grrrrrr."

Lehernya seperti dicekik, Mario dan ibunya membantu menahan badannya agar tidak memberontak. Dia mengeram selama lima menit, setelah itu kembali ke seperti semula.

Ryan menurutiku dan aku berusaha menemukan makhluk itu di ruangan ini. Yang aku rasakan makhluk itu sedang menerorku, dia berpindah tempat dalam sekejap seolah dia sedang mengerjai aku.

"Aaaaaarrrrgghhhhh"

Jeritan itu terdengar dari Teh Rani. Aku berniat ke ruang depan, namun Teh Rani rupanya sedang menuju kemari, dia memberontak sambil menjambak-jambak rambutnya dan berteriak memekik.

Teh Rani berdiri di depanku, matanya melotot tajam ke arahku.

"Baguslah," tukasku.

Aku mendekatinya agar bisa melihat apa yang terekam, dan apa yang sudah terjadi pada dirinya.

"Grrrrr....grrrrrrr"

Teh Rani terus menggeram ketika aku berdiri di depannya. Aku mencoba memegang kepalanya dan mulai menyaksikan sesuatu dari matanya.

kulihat Teh Rani pernah menolak tawaran seorang lelaki, lelaki itu bertandang ke rumah dan menghadapi ayahnya, namun sikap Teh Rani yang dingin terhadap lelaki sudah membuatnya tersinggung dan sakit hati. Dan orang itu adalah dosennya Brody. Hingga Hanna melihat gumpalan, pria membawa cangkul ketika bertengkar dengan Siska.

"Aah!" pekik Hanna, ia sudah tahu jawabannya.

"Hanna, kamu ga apa apa. Udah sadar?" tanya Ryan.

Lelaki itu sudah menyukai wanita ini, namun tetap menolak cintanya. Hingga akhirnya dia menggunakan jasa guna-guna untuk menyakiti Teh Rani, aku mendengar bisikan dari lelaki itu. Aksinya di ketahui Siska, karena ia tidak mau ada yang menyakiti kakaknya. Tapi dosen kita .. terdiam Hanna, dan saat itu juga Ryan tahu jawabannya.

Mata batinku menunjukan lelaki itu menanam sesuatu di depan rumah ini. Dan mulai terjawab dimana dia menguburkan sesuatu seperti bungkusan yang berbentuk pocong.

"Astagfirullah," ungkap Ryan.

Hanna mengangkat tangan kanannya dan menunjukkan cakarnya yang tajam. Mendekati arwah Siska, seolah dia mau menyerangku, mungkin karena kedatanganku kesini mengganggunya. Tapi Hanna berbicara jika ia ingin membantu.

"Siska, aku datang membantumu! aku tahu niatmu baik pada tetehmu. Tapi beri aku jawaban, dimana jasadmu. Aku merasa hancur jika kamu benar benar sudah tiada." deru batin Hanna, menatap gumpalan hitam.

"Aku tidak pernah berurusan dengan makhluk sepertimu, tapi sekarang kamu pergi dari rumah ini," pinta Hanna pada jin disebelah Ryan.

Setan atau semacam Jin, itu semakin menggeram dan dia pergi ke arah jendela dapur yang terbuka.

Ryan memberi segelas air putih pada Hanna. Aku melihat makhluk berbulu itu kembali hadir di depanku. Nampaknya dia ada dendam dan tidak suka Hanna ada disini atau membantunya.

Hanna kembali ke ruangan belakang dekat dapur, makhluk itu seolah-olah mau mengajakku berperang. Wajahnya nampak bengis, matanya merah menyala, dan giginya bertaring ditambah bau busuk menyeruak.

"Kenapa kamu ganggu gadis itu disini? Kamu suruhan orang?" tanya Hanna, sementara Ryan masih memegang lilin blody marry.

Makhluk itu terus menggeram dan menganga, dia juga memutarkan kedua tangannya seperti mau mencekik leherku. Aku berusaha tenang di situasi yang mencekam ini.

"Jangan ganggu lagi, pergi kamu, pergi!" teriak Hanna.

Makhluk berbulu itu berlari ke arahku, dia meloncat dan berdiri tepat di depan mataku. Matanya yang merah menyala dan suaranya menggeram menambah kesan seram yang mengerikan.

Aku terus menatapnya pada makhluk yang dipenuhi dendam dan nampak haus darah. Semakin lama aku merasa sesak nafas dan badanku mulai lemas. Jadi, begini cara dia melemahkan manusia agar mampu dikuasai.

Aku mulai membaca doa sebisa mungkin, makhluk itu masih bertahan dihadapanku. Setelah dirasa ini sudah cukup, aku berteriak mengusirnya.

"Pergi!"

Badanku lemas dan Ryan segera menahan badan Hanna yang kehabisan energi sewaktu menghadapi makhluk berbulu itu. Aku rehat sejenak dan duduk di kursi, dan terjaga kala Ryan melantunkan doa doa.

Hanna pun bangkit, kala Ryan membawanya ke sofa. Lalu meminta Hanna rehat sejenak. Hanna menangis karena mengingat teman temannya telah tiada, dan kematian Siska dengan seorang pria bernama Tono adalah ulah dosennya. Kala kejahatan mereka mengguna guna kakak dari Siska diketahui.

Setelah terdengar adzan subuh aku mengajak semuanya untuk menggali bunga Mawar putih yang tumbuh mekar di depan rumah.

Ibunya Teh Rani menolak, namun setelah aku jelaskan apa yang terjadi akhirnya beliau mengizinkan juga. Lalu Hanna meminta sang ibu itu setelah ini bersabar, karena Ryan sudah menghubungi polisi untuk menangkap pak Brody.

Hanna yang telah menjelaskan, dengan air mata keluarga Siska tak hentinya. Ia menemukan bungkusan berupa pocong, bentuknya kecil dan ada sesuatu yang dibungkus di dalamnya.

Hannapun membuka dan isinya ada sebuah foto Teh Rani yang sedang berjalan dan tanah berwarna merah yang telah mengeras. Teh Rani tercekat, ia pergi ke dapur mengambil korek api.

Dia membakarnya sampai hangus tak bersisa kemudian menginjak-injak bunga mawar putihnya. Gadis itu tak henti-hentinya menangis tersedu-sedu. Terlebih ia mendapat kabar jika adiknya Siska yang hilang, dikubur dibelakang kampus bersama temannya sudah tak bernyawa.

Berita melebar menjuru dunia! Hanna, terkejut ikut menangis kala jasad Siska dan Tono benar benar telah membusuk. Ia masih ingat kala semua menyalahkan dirinya akibat camping, seluruh temannya menjauh karena desus Hanna anak dukun dan pembawa bencana.

Tapi Hanna amat sedih, jika beberapa teman dekatnya juga harus meregang nyawa di tangan dosen. Dosen yang menyukai teh Rani, tapi kepergok oleh Siska, berniat melapor polisi. Tapi nyawa mereka mejadi taruhannya.

Pak Brody! ditangkap oleh polisi di rumahnya berita viral membuat Hanna dan Ryan menatap arwah Siska dan Tono yang senyum berjalan ke arah cahaya lain.

Ya! pada dasarnya yang hidup akan kembali pada sang penciptanya. Hanya saja, mereka harus berhati hati dalam mengumpulkan amal untuk bekal di hari hari terakhir.

"Hanna, kelulusan sudah ada ditanganku! kita pindah rumah, di kota sepertinya keadaan lebih baik untuk kita tinggal." ujar Ryan.

"Ya, kita akan buka lembaran baru. Semua sudah tenang, aku harap setelah ini kita tidak berjumpa arwah lagi." bisik Hanna.

Ryan dan Hanna pamit, namun setelah berjalan sepuluh kilometer. Ia terhenti kala mobil yang dikendarainya. Melihat sebuah gumpalan merah, dan arwah noni belanda berpakaian merah dengan darah segar, kaki tangannya terbalik menghampiri kaca mobil mereka.

Arrrrggghh!! teriak Hanna dan Ryan bersamaan.

Tbc.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!