Waktu terasa berlalu begitu cepat, sejak kematiannya, Ryan sangat penasaran dengan wajah keluarganya. Ia selalu menunggu seperti orang bodoh, sudah tau tidak ada yang akan datang, namun, ia masih tetap menunggu.
Ryan sama sekali tidak mengingat apapun, ia kehilangan ingatan, ia hanya mengingat namanya saja. Selebihnya itu, semua kenangan semasa hidup hilang begitu saja, susah payah ia mencoba untuk mengingat, namun ia selalu gagal.
Namun, walaupun begitu, Ryan sungguh sangat merasa beruntung, Dewa sudah mengirimkan Hanna untuknya, dan berharap Ryan kan bisa membantunya.
Malam yang dingin seakan menusuk sekujur tubuh Ryan. Ryan menatap bintang di langit, berharap ada bintang yang jatuh dan melakukan permohonan.
Reog langsung menghampiri Ryan, mereka adalah sahabat yang paling dekat dengan Ryan di sana.
"Apa yang kamu lamunkan?" tanya Reog kedatangan mereka yang selalu tiba-tiba membuat jantung Ryan terasa ngilu.
"Andai aku masih hidup, aku pasti sudah menikah dan punya anak," jawab Ryan, sambil menatap langit.
Reog yang mendengar itu hanya bisa mendengus, harapan Ryan juga sama seperti harapan mereka.
"Tapi Dewa tidak mengizinkan itu terjadi, jadi berhenti berharap serta memikirkan sesuatu yang membuat kamu sakit hati," kata Reog.
Reog adalah orang yang paling sering menasihati. Sebab dulu semasa hidup, ia sering berharap sesuatu yang mustahil untuk ia miliki. Jadi ia sangat mengerti, bagaimana sakitnya jika terlalu berharap.
Tanpa di sadari, air mata Ryan pun mengalir begitu saja. Ia menyimpan banyak kerinduan untuk keluarganya, namun, kenapa ia sama sekali tidak bisa mengingat, dan kenapa ia merasa sakit hati yang ia tidak tau sebabnya.
Ryan pun langsung menyeka air matanya, ia tidak ingin terlihat menyedihkan. Padahal ia terkenal sebagai arwah yang ceria dan suka menghibur arwah baru yang juga belum menerima kematian.
Setiap hari kehidupan Ryan berlalu begitu saja, tidak ada kebahagiaan, yang ada hanya rasa sedih, yang susah payah untuk ia simpan.
Hanna yang merasa bersalah, akhirnya memutuskan untuk datang berziarah, Hanna sengaja mengatur waktunya agar ia tidak bertemu dengan Aini. Sebab, jika ia sudah bertemu dengan Aini, ia tidak akan bisa pergi kemanapun.
Seperti biasa, setiap Hanna datang berkunjung, ia selalu membawa baju mainan dari kertas, ia juga membawa makanan kesukaan Ryan dan tidak lupa membawa dupa.
Kedatangan Hanna pun langsung disambut para arwah wanita, Hanna bisa melihat para arwah yang sedang berusaha menggodanya. Namun Hanna sama sekali tidak menggubris, dengan santai Hanna pun berjalan menuju kuburan Ryan.
Ryan tidak menyadari kedatangan Hanna. Ia mengira Hanna tidak akan datang. Ryan tahu, Hanna wanita yang sibuk, jadi alangkah baiknya jika ia mendengarkan perkataan Reog.
Ryan beserta arwah lainnya kini tengah becanda di markas, lalu, tiba-tiba Ryan pun langsung tertarik ke kuburannya, itu pertanda Hanna sedang menghidupkan dupa dan melakukan pemujaan.
"Hanna!" ketus Ryan. Ini pertama kali Ryan menyebut nama Hanna. Hanna pun langsung menoleh dan memberikan senyum terbaiknya.
"Kenapa, Kakak, memandangku seperti itu?" tanya Hanna. Raut wajah Ryan menunjukkan kebingungan yang tidak bisa untuk dijelaskan.
"Tidak kenapa-napa, aku hanya bingung, setiap kamu menghidupkan dupa, aku langsung terbawa ke sini," Kata Ryan.
Hanna pun langsung berfikir panjang, apa dengan dupa, Ryan akan bisa keluar dari area pemakaman.
Sebagai wanita cerdas, Hanna pun langsung membuktikan penasarannya.
Hanna lngsung bergegas keluar dan menghidupkan dupa di luar pemakaman. Dan benar saja, Ryan langsung datang menghampiri Hanna.
Mereka pun sangat merasa terkejut, sebab Ryan sudah pernah bercerita, bahwa ia tidak bisa keluar dari pemakaman.
Ryan masih merasa tidak percaya, ia melihat sekujur tubuhnya dan melihat area pemakaman dari luar.
"Apa ini nyata?" tanyanya dan Hanna pun membenarkannya.
"Benar, Kak. Kakak bisa keluar," saut Hanna.
Hanna seakan terlihat lebih bahagia daripada Ryan. Tiba-tiba Ryan pun langsung menghilang, dan ternyata dupanya mati.
Hanna pun kembali ke dalam, ia langsung melihat Ryan yang kembali bersedih.
"Kakak tidak usah sedih, aku akan memikirkan cara agar, Kakak, bisa pergi dari sini," kata Hanna.
Hanna juga ingin mengajak Ryan pergi. Hanna mengajak Ryan ingin mengajak jalan-jalan untuk melihat dunia yang sudah banyak berubah.
Keesokan harinya :
Hanna pun membeli dupa listrik, dengan begitu, dupanya tidak akan pernah mati. Sebelum memasuki area pemakaman, Hanna mencoba untuk menghidupkan dupa di luar pemakaman, dan benar saja, aksinya berhasil, Ryan langsung hadir tepat dihadapan Hanna.
Hanna pun langsung tersenyum, ia sungguh sangat merasa bahagia. Mereka pun saling menatap, dan saling menyimpan senyum yang susah untuk diartikan.
Hanna pun memasukkan dupa ke dalam mobil, lalu mengajak Ryan untuk masuk.
Hanna yang merasa bingung tidak langsung mengikuti Hanna. Ryan merasa takut jika meninggalkan pemakaman.
"Kakak, tidak usah takut. Aku tidak ada niat buruk, aku hanya ingin membantu, Kakak. Jika bukan sekarang, kapan lagi, Kakak, mencari kebenaran. Aku janji, aku akan membantu, Kakak, menemukan keluarga, Kakak," ucap Hanna dengan lembut.
Hanna sungguh tulus mengatakan itu. Ia benar-benar ingin membantu Ryan. Hanna juga penasaran dengan Ryan kenapa keluarganya tidak pernah datang untuk ziarah.
Melihat ketulusan Hanna membuat Ryan luluh. Ryan pun memberanikan diri untuk meninggalkan pemakaman dan kuburannya. Ryan pun masuk dan duduk tepat di samping Hanna. Ucapan Hanna da benarnya, jika ia tidak pergi, maka ia tidak akan bisa menemukan jawaban atas pertanyaan yang selalu muncul di benaknya.
Hanna pun langsung melajukan mobilnya, sesekali ia selalu curi pandang dengan Ryan Dari samping, Hanna terlihat sungguh sangat cantik.
Ryan pun menatap pemandangan kota, kota semasa ia hidup sungguh sangat berbeda dengan sekarang. Bangunan tinggi menjulang serta semua peralatan juga terlihat canggih.
Hanna pun membuka atap mobilnya, sehingga Ryan bisa lebih leluasa.
Melihat itu membuat Ryan merasa pangling, ia bahkan terlihat norak.
"Aku tidak menyangka, mobil sekarang bisa buka atap seperti ini," ucap Ryan polos, Hanna hanya bisa tersenyum melihat tingkah Ryan yang polos dan lucu.
Hanna pun kembali memakai kaca hitamnya, buaian angin menghempas rambutnya, sehingga menambah ketampanannya.
Ryan pun langsung berdiri, dan Hanna ingin mencegahnya. Hanna tidak ingin Ryan jatuh. Saat Hanna ingin menyentuh Ryan. Hanna pun langsung tercengang, ia lupa, bahwa ia tidak akan bisa menyentuh Ryan.
Tbc.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 24 Episodes
Comments