HANNA DULU SEDIH

Hanna menetes air mata, kakinya seolah kaku dan merasakan perih dibagian inti. Ia menarik selimut, tidak seharusnya ini terjadi. Hanna mencoba bangun, derain hujan deras, petir dan kilat hingga pagi menunjukan pukul delapan. Seolah alam seperti menunjukan pukul lima subuh. Cuaca ekstrem dan aneh, membuat mereka melakukan satu kesalahan.

Ryan yang terbangun, ia melihat Hanna duduk menangis. Ryan membenarkan posisinya dan mengingat semalam, tanpa sesal apa yang ia lakukan, ia mencoba menenangkan Hanna.

"Hanna.." lirih Ryan lembut.

"Jangan sentuh gue!" seseguk menangis Hanna.

"Gue minta maaf! tapi ini juga pertamakalinya gue lakuin ini, dan gue beneran cinta sama lo. Gue ga bermaksud mau rusak lo Hanna."

"Terus dengan maaf aja, apa bisa kembaliin gue kaya semula?"

Perkataan itu membuat Ryan terdiam, semalam entah kenapa ia begitu terpancing dan sangat menginginkan merasakan hidupnya bersama dengan Hanna. Tidak ada ikatan kekasih, tapi Ryan nyaman dan tak ingin Hanna terpikat jatuh hati pada pria lain, bahkan dinikahi pria lain suatu saat nanti.

"Maafin gue! keadaan membaik, kita ke sumatera. Gue bakal minta restu sama nenek Sari! gue bakal sembah sujud apa yang mau dilakuin nenek, asalkan gue nikah sama lo."

"Haah, gila. Kita mau makan apa? kerjaan ga punya, kita itu masih kuliah menunggu sidang skripsi lulus."

"Hanna! gue beneran tulus, nyaman sama lo entah dari kapan, mau percaya atau enggak. Gue bakal jual rumah peninggalan nyokap. Kita beli rumah di pinggir kota, buka usaha dan gue bakal kerja banting tulang demi keluarga kita. Gue janji, gue serius dan gue minta maaf sama lo Hanna atas khilaf gue!" Ryan bersimpuh, saat Hanna masih duduk mengenakan sehelai selimut menutupi tubuhnya.

Mereka menyesali apa yang mereka perbuat, namun Hanna hanya tidak siap mental kala ia harus menikah lebih awal. Belum lagi gangguan arwah yang kerap menghantui dan berdatangan, itu adalah hal yang tidak bisa Hanna kontrol kala masuk ke dalam dunia arwah.

"Ryan! berkomitmen itu ga mudah, konon nenek gue bilang. Jika gue udah berniat membantu arwah, gue akan sulit dapat jodoh, atau dapat keturunan. Karena saat gue berkomunikasi, energi gue berbenturan dan itu akan menyerap energi positif gue, gue takut lo ga bahagia nikah sama gue, karena gue berbeda." jelas Hanna.

"Perjanjian itu bukan salah lo Hanna, tapi gue yang salah, gue yang ga seharusnya nunjukin lokasi camping itu. Apapun itu gue ga perduli, gue ridho, mohon ampuni gue atas khilaf gue, gue akan terus berjuang menafkahi dengan cara halal dan membuat lo bahagia."

Mendengar hal itu, Hanna dan Ryan saling menatap dan berjajar. Hanna memang merasakan Ryan pria berbeda yang banyak berubah. Entah mengapa Hanna senyum dan menyetujui janji Ryan yang akan menikahinya dan membuatnya bahagia.

Tanpa sadar mereka saling senyum dan melihat satu sama lain, Ryan merangkul pinggang Hanna dan Hanna membalas menyentuh bibir Ryan yang sedikit berbulu di area kumis tipisnya.

Tirai seolah menutup, Hanna berbisik jika dirinya akan selamanya terkunci milik Ryan. Begitupun Ryan sebaliknya, seolah mereka melupakan dan tidak melewati kesempatan, kali ini syetan telah merasuki membuat mereka merasakan jatuh cinta.

Benar pepatah mengatakan jika kita sering berdua, akan tumbuh orang ketiga yang membuat mereka hancur.

Tapi Hanna tidak mengenal siapapun yang ia percayai selain Ryan. Begitupun sebaliknya, seolah takdir membawa mereka bersama sama dan terikat dalam ikatan cinta, Hanna dengan sayup matanya yang lemah.

"Pelan pelan. Yank."

"Yank? of course. Yang kedua yang terakhir, setelah ini pasti akan berdatangan tamu arwah bukan, apa ini rasanya malam pertama dibayar di muka?" tanya Ryan, membuat Hanna mencubit pinggang Ryan.

Auuuw sakit!

"Aku lebih perih, aaaaah.." perih Hanna memukul tubuh Ryan, kala Ryan menusuk memasuki areanya paksa tanpa pemanasan. Sehingga tidak sekali Ryan bisa memasuki area inti Hanna dengan cepat.

Hari demi hari, Hanna dan Ryan selalu memesan online makanan. Meminta driver meletakkan makanan di depan rumah yang terlihat bagai rumah Hantu, tapi lantai dua disulap Hanna seperti istana, hanya untuk mereka tinggal, karena Hanna belum bisa melakukan rutinitas berjalan jauh.

Tak lupa, Ryan meminta wo untuk mengurus pernikahannya dengan Hanna.

Mempersiapakan berkas untuk Hanna dan Ryan mendaftar ke Kua. Ryan pergi meninggalkan Hanna sesekali, untuk mengurus janjinya hidup bersama Hanna seumur hidup.

Perhatiaan Ryan, perhatian Hanna membuat mereka saling melengkapi, Hanna melihat kebahagiaan dan tidak sepi, kini ia memegang liontin dikalungnya dan berkata.

"Nenek sebenarnya dimana? nenek tau gak, Hanna akan menikah dengan Ryan. Tapi Hanna sedih karena belum dapat info kabar tempat nenek berada, Sumatera sangat luas. Tapi Hanna dan Ryan tidak putus asa mencari keberadaan nenek. Sekaligus Hanna akan mengunjungi makam abah, dan ibu sama ayah." ujar Hanna.

"Lagi apa, maaf ya ninggalin kamu lama. Alhamduliilah, minggu depan kita udah siap buat acara nikah. Lusa kita ke Sumatera ya, aku udah pesen rental mobil milik Tono." ujar Ryan tiba datang, membuat Hanna menoleh senyum pada pria yang akan merubah status hidupnya.

"Tono, tapi kalau bisa kita ga perlu pesta. Mending di tabung aja."

"Hanna, menikah kita seumur hidup. Aku mau pestain di depan nenek Sari, bentuk rasa sayang aku sama kamu. Maaf, beberapa hari aku gempur kamu terus, rasanya sepekan ini kita kaya manusia normal. Arwah ga ada yang datang, sehingga kita jadi punya waktu luang yang ga singkat."

"Dasar cowok! arahnya kesitu terus." malu Hanna.

Hanna pun turun dan mengambil piring, tapi ia lupa jika lantai satu sengaja dibiarkan berdebu, agar driver antar pesanan menyangka rumah Ryan terlihat tak berpenghuni.

Ryan sengaja memindahkan perabotan ke lantai dua, seperti ruangan khusus miliknya, yang tak bisa di sentuh arwah datang ke ruangan privasi milik Ryan dan Hanna yang akan menyandang gelar nama Nyonya Ryan, sebentar lagi. Hal itu membuat tawa pecah Hanna terkekeh aksi lucu.

"Makasih, gue ga nyangka kita bakal. Maksud aku, kita bakal jadi pasangan resmi." ujar Hanna, hampir keceplosan bicara formal, pasalnya ia baru beberapa hari memanggil sebutan halus, yank dan aku, kamu. Yang rasanya aneh bagi Hanna saat itu.

"Bahagia terus, jangan lelah. Kalau aku salah! jangan diemin aku ya. Hanna, aku mencintaimu." senyum Ryan, mengelus pipi Hanna.

Ryan mendekat, seolah candu melihat wajah Hanna yang selalu ia rindui. Entah kesempatan ini, Ryan seolah tidak akan menyianyiakan kesempatan, baginya momen pasangan indigo dan peka seperti mereka, sangat jarang seperti manusia umumnya yang tiba tiba bisa berdua, dan melakukan rutinitas indah.

Hanna membuka sedikit bibirnya yang tipis, menggigit bawah bibirnya, saat Ryan telah memeluknya. Tapi saat mereka akan menyatukan jiwa, kemeja Ryan telah terbuka. Tiba saja sebuah ponsel Hanna berdering membuat hasrat Ryan padam begitu saja.

"Siapa yank?"

"Pak Dirga! dia hubungi aku, aku angkat dulu ya." lirih Hanna, yang sudah berada di sofa bad, entah dari kapan.

"Kenapa pak Dirga ganggu istri orang." sebal Ryan.

"Yank, ini bagian kerjaankan. Kita udah sepekan, aku juga sepertinya udah bisa kembali normal jalan, jangan lakuin itu lagi. Tahan sampai kita menikah ya! beberapa hari aja, please!" ucap Hanna.

"Baiklah, tapi jangan tolak aku, ketika aku ingin ini!" ujar Ryan, yang mencubit bibir Hanna.

Hanna senyum, lalu bangkit menerima telepon dari pak Dirga.

"Ya pak! apa ..?" kaget Hanna, lalu menoleh ke arah wajah Ryan.

Tbc.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!