Hanna meminta Ryan menunggunya, karena ia akan pergi dengan Aini. Ryan pun menurut, hingga sampailah ia tertarik pada suatu benda melayang mirip pajangan dirumah dukun dengan magic.
Ryan tertarik menyentuhnya, tapi arwahnya menyerap ke suatu benda. Hingga ditempat gelap dan pengap, tanpa pintu ia berada berteriak memanggil Hanna, tapi tak seorang pun mendengarnya. Kala itu Ryan melihat bayangan mirip dirinya dengan seorang wanita, yang seolah itu adalah masa awal dirinya sebelum menjemput kematian.
'Lihatlah, ingatlah hari hari terakhir kamu meninggal. Ini adalah gambaran, ketika kamu kembali. Maka kamu akan semakin jauh untuk memutuskan!' ucap suara tanpa wujud, membuat arwah Ryan kebingungan.
FLASHBACK RYAN MASIH HIDUP DI DUNIA
Hanna sampai di rumah tua, ia benar melihat seorang ibu tua sedang meratapi sebuah foto. Hanna juga mengetuk bel, terlihat seorang perempuan menyoroti matanya agak tajam.
"Kamu siapa?"
"Aku Hanna! mau bertemu ibu Anna."
"Mau apa, ada keperluan apa?" ujar Melodi.
Hanna tahu, dia adalah melodi karena arwah Yasmin memberitahunya. Hanna senyum berbaik hati, lalu dengan meminta Melodi tenang, ia telah memberitahu polisi Dirga untuk mengecek di area sekolah melati angkasa lima. Saat Hanna menceritakan, Melodi jatuh ketakutan. Kenapa bisa ada orang yang tahu, disaat kejadian itu.
"Kamu tahu darimana?"
"Tuhan memberikan tahu, seburuk buruknya kamu menyimpan bangkai! pasti ketahuan. Lebih baik kamu akui saja, kasian ibu Anna." ujar Hanna. Tapi melodi menutup gerbang, mengusir Hanna dari rumahnya.
“Yasmin, sebenarnya siapa yang coba masuk ke raga kamu?” tanya Hanna khawatir.
Yasmin terdiam, ia menatap Hanna tanpa mengucapkan apapun. Hanna belum tau fakta kematian Sarah. Mungkin jika ia mengetahui fakta tersebut, ia akan lebih mudah menerka.
"Aku melihat dia di bangku taman, persis dekat kelas kosong di belakang sekolah. Awalnya aku membaca buku. Tapi makin aneh, dia datang bilang dia juga suka membaca di sekolah yang sama. Awalnya aku kira dia murid, tapi ternyata dia bukan murid yang nyata." ujar arwah Yasmin.
Menarik sekali sih, jenius, pemilik kemampuan, bisa melihat sesuatu yang tidak seharusnya dilihat juga. Hanna tertegun membayangkan kehidupan Yasmin. Gimana cara dia pertahanin sikap cerianya? Padahal dia sendiri pasti sering melihat sesuatu yang jahat. Hanna tanpa sadar tersenyum seorang diri membayangkan sosok Yasmin. Walaupun Yasmin seharusnya masih berada di kelas satu SMA.
Kali ini Hanna di ajak ke kamarnya, hanya dengan menutup mata dan berpegang tangan pada arwah Yasmin. Benar jika jiwa Hanna berada di kantin, sementara Ryan menjaga disampingnya dengan membuka kotak blody marry. Tapi aslinya raga Hanna, berada di kamar Yasmin seolah mencari petunjuk.
Yasmin terbujur lemas di kamarnya. Mamanya habis memarahinya karena Yasmin tidak mengindahkan perkataan beliau. Mamanya selalu menyampaikan agar tidak berkomunikasi dengan arwah lagi.
Melodi membaringkan tubuhnya tepat di sisi Yasmin. Ia menepuk-nepuk kasur yang dinilainya sangat empuk. “Aku pernah ngerasain kasur seempuk ini selama berbulan bulan.”
Walaupun mengatakan hal tersebut, sebenarnya Melodi hanya menerka-nerka keempukan kasur Yasmin. Melodi iri dengan milik kepunyaan Yasmin, saat itulah Hanna diperlihatkan hari terakhir arwah Yasmin sebelum kecelakaan di sekolah.
"Wah, kamu terlahir hidup enak Yasmin." ujar raga Hanna.
Yasmin menggelengkan kepalanya. “Tidak juga, memang kelihatannya mudah, tapi sebenarnya ada susahnya. Tuhan itu adil, tergantung kita gimana mau hadapin ujian darinya.”
Hanna terkekeh, Yasmin melirik lalu sedikit menjauhkan tubuhnya dari Hanna, karena suara arwah itu terdengar mengerikan.
“Emang kamu selalu dewasa ya?” tanya Hanna.
Yasmin menoleh menatap Hanna, ia tidak berniat untuk menjawab pertanyaan Hanna.
“Kamu tidak ada niat, takut sama aku?"
“Untuk apa? kita sama sama mahluk ciptaan juga kan." senyum Hanna.
"Menurutmu aku kenapa bisa mati, apa itu takdir akhir aku, Hanna?" tanya arwah Yasmin.
“Kelalaian? Kamu tuh memaksain kehendak tau enggak? Aku kan udah bilang, kamu harus sabar. Aku pasti bakalan menemukan siapa yang membunuh kamu,” Hanna menjelaskan.
Hanna terdiam sejenak, ia beringsut duduk lalu menundukkan kepalanya. “Kamu tadi ngapain lewat kantor polisi?”
“Yah! Nyari tau siapa yang bisa lihat jasad aku-“ Yasmin pun teringat sesuatu.
“Tunggu! aku dikubur hidup-hidup sehabis dibius ya?” Yasmin teringat terhadap apa yang ia lihat.
Yasmin memegang sekujur tubuhnya, lalu terengah-engah mengingat bagaimana sulit dirinya mengambil napas ketika ia sadar dari bius. Saat itu kondisinya musim hujan, tanah terasa lebih padat dan berat karena air bercampur dengan tanah. Ia melihat Sarah tidak dapat menyelamatkan dirinya sendiri, walaupun selama dua hari dirinya masih hidup di dalam tanah. Karena mereka berbeda, sama sama telah menjadi arwah tetapi berbeda generasi.
Mendengar hal itu, Hanna terkejut. Benarkah satu sekolah, tragedi kecelakaan yang sama. Tapi berbeda waktu, sesama arwah tidak bisa menolong?! benak Hanna penat.
Segala jenis hewan yang hidup di tanah mengitari tubuhnya. Bahkan cacing-cacing tanah masuk ke dalam telinganya, ,membuat kepalanya semakin pusing.
“Maafin aku Hanna, kamu pasti akan kesulitan,” ujar Yasmin menyorot layu Hanna yang terlihat sangat kesakitan, memegang tengku lehernya.
“Maaf Yasmin, karena aku dah membuat kamu menginggat lagi kejadian itu.” Hanna meminta maaf untuk kedua kalinya.
Yasmin terbang melayang keluar dari jendela, ia keluar dari jendela kamar. Yasmin lalu berdiri tepat di depan pagar rumah Yasmin. Netranya menengok menatap kamar Yasmin.
Hanna pun fokus, agar ia bisa kembali ke jiwanya yang berada di kantin sekolah, tak jauh dari rumah Yasmin.
Yasmin melayang menyusuri pusat kota, ia ingin meredahkan ingatannya terhadap kematiannya yang menyesakkan. Setidaknya ia dapat melayang ke sembarang arah tanpa menghindar dan menembus siapa pun.
“Seharusnya aku tidak masuk ke sekolah itu, tapi itu juga bagian dari takdirku,” ujar Yasmin lesu. Ia menatap langit, tidak ada bintang yang menghiasi. Terlihat seperti hamparan kanvas hitam yang belum diwarnai.
Tidak lama hujan turun, air hujan menembus melewati Yasmin. Ia menjulurkan telapak tangannya. “Kenapa aku masih di dunia ini? Padahal alamku berbeda dengan mereka. Aku mau cepat-cepat pulang.” ujar arwah Yasmin.
"Yasmin, bersabarlah aku akan mengungkap kematian mu, membersihkan namamu! ingat, jangan dendam Yasmin!" teriak Hanna dan arwah Yasmin yang melayang mengangguk senyum.
***
Hanna menatap ke depan setelah puas menatap tangannya yang tembus dari air hujan. Netranya membola kala seseorang berpayung hitam menyorotkan tajam. Tatapan matanya mengintimidasi di tengah kerumunan orang yang berlarian mencari tempat berteduh, diluar kantin. Ryan memberikan segelas air minum, agar Hanna meminumnya setelah sadar kembali kedunia nyata.
Petir menggelegar, kilatannya terlihat jelas di belakang pemuda berpayung hitam tersebut. Pemuda tersebut adalah Jihan, ia sedang memasang raut penuh amarah pada Hanna, yang sedari tadi memperhatikannya.
"Kenapa? kok diem?" tanya Ryan.
"Pria itu, namanya Jihan. Dia dalang, dibalik kematian Yasmin. Kita bawa dia diam diam, buat dia ngaku di depan pak Dirga. Gue yakin, setelah dia ngaku dan jasad Yasmin terlihat, arwahnya bakal tenang ga di bumi ini berkeliaran. Intinya Yasmin masih hidup, tapi Jihan bawa Yasmin dan kubur hidup hidup di gorong gorong, dia bawa dua karung tanah buat nimbun jasad Yasmin." jelas Hanna.
"Astaga, tega banget ya." lirih Ryan.
"Ya udah. Tunggu apalagi, kita sergap dia sekarang, Hanna."
"Ajak dia kesini, tunjukin foto Yasmin. Entah kenapa gue ngerasa hal negatif, jika bukan jasad Yasmin aja. Tapi ada aura ungu, yang berarti masa lalu. Apa itu ya? kenapa hantu noni bernama Sarah, yang dibilang Yasmin juga mendekat ya." ujar Hanna.
"Serius, jangan bilang kita mendayung hantu, arwah Yasmin, bakal terungkap dua jasad dan dua kematian." bisik Ryan, membuat bola mata Hanna menatap dalam.
Tbc.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 24 Episodes
Comments