RYAN INGATLAH AKU!

"Ya sudah, aku harus ganti baju, nanti sore aku ada pemotretan, kamu antar aku ke mall, ya!" ucap Aini.

Aini tidak ingin berdebat. Hanna sama sekali tidak dapat menolak, karena jika ia menolak akan membuat urusan semakin runyam. Bahkan Aini akan mengadu pada sang ibunda.

"Ya sudah, ayo pergi, aku akan belikan apapun yang kamu mau," kata Hanna lagi. Aini pun langsung menggandeng tangan Hanna berjalan layaknya seperti seorang dua princess.

Saat mereka tiba di parkiran, Ryan langsung melihat kedatangan Hanna dan Aini. Ryan sudah bisa menebak Hanna dan Aini akan pergi, sehingga Aini langsung pindah duduk ke belakang.

Hanna selalu memperlakukan Aini dengan baik, ia membuka pintu mobil lalu mempersilahkan Aini masuk. Seharusnya. Jabatan Hanna adalah milik Aini, tapi karena sesuatu, maka ibu angkatnya mewakili Hanna, sehingga Aini hanya yang ringan ringan saja bekerja dikantor.

Saat Hanna memasuki mobil, ia pun melirik Ryan dari kaca spion depan, Hanna ingin menyapa Ryan, namun keadaan membuatnya harus memendam keinginannya itu.

Hanna pun mulai melajukan mobilnya, Ryan hanya bisa duduk tenang, tanpa tau apa-apa.

Hanna bisa mengerti perasaan Ryan, namun ia juga tidak bisa melakukan apa-apa. Hubungannya dengan Aini memang selalu seperti ini, Aini sama sekali tidak peduli tempat, ia selalu nempel dan bersikap manja kepada Hanna sosok saudaranya.

"Hanna, nanti aku tidur di apartemen kamu, ya," kata Aini, membuat Hanna kaget.

Hanna pun langsung melirik Ryan, dari kaca spion, ia ingin melihat ekspresi Ryan, namun dia sama sekali tidak memperlihatkan ekspresi apapun.

"Kenapa tidur di apartemen aku Aini?" tanya Hanna pura-pura bodoh, padahal sebelumnya dulu Aini juga sudah sering menginap di sana, ketika bosan di rumah.

"Aku mau sama kamu, Hanna. Biasanya aku juga sering nginap, kamu kok masih bertanya kenapa, sih?" jawab Aini.

Mendengar jawaban Aini semakin membuat jantung Hanna berdebar, ia justru menanyakan pertanyaan salah, tidak seharusnya ia menanyakan hal itu, sehingga membuat Ryan mengetahui bahwa mereka sudah sering tidur bersama.

Hanna pun kembali melirik Ryan, entah kenapa Hanna ingin menjaga perasaan Ryan. Hanna juga tidak tau kenapa, tapi ia tidak ingin Ryan mengetahui sisi buruk darinya sebelum ia di selamatkan keluarga Aini.

Setelah mendengar itu, Ryan hanya bisa sadar, ia juga tidak mengerti, kenapa ia merasakan sesuatu yang membuat perasaanya tidak tenang, menatap Hanna yang notabane adalah manusia yang belum mati.

Mereka pun akhirnya tiba, saat Ryan ingin berjalan di samping Hanna, Ryan langsung tersadar saat melihat Aini yang sudah menggandeng tangan Hanna, tak sabar masuk mall. Hal ini benar-benar membuat Ryan semakin merasa sedih, entah ia merasa cemburu karena jati dirinya hanya seorang arwah.

Hanna pun melihat ke sisi sampingnya, dan ia tidak melihat Ryan. Hanna pun langsung menoleh dan benar saja Ryan berjalan mengikuti mereka.

Hanna juga merasa hal sama, melihat Ryan jalan di belakangnya membuat ia sedih. Namun bagaimanapun, kebahagiaan Hanna masih prioritas utamanya saat ini.

"Kamu lihat siapa, sih, Hanna?" tanya Aini. Sedari tadi Hanna selalu curi waktu untuk melihat arah belakang.

"Tidak ada Aini," jawab Hanna, sambil mencubit pipi Aini agak manja

Mereka pun tiba di toko baju branded, saat Hanna sibuk memilih baju, Hanna pun menggunakan waktu untuk bicara dengan Ryan.

"Kakak, tidak kenapa-napa, kan?" tanya Hanna. Entah kenapa pertanyaan Hanna semakin membuat Ryan sedih.

Pertanyaannya seolah ia tahu bagaimana perasaan Ryan saat itu juga.

"Kenapa-napa? Emang aku kenapa?" jawab Ryan santai.

Hanna mengira jawaban Ryan sesuai perasaan Ryan saat ini. Hanna mengira Ryan juga merasakan sesuatu yang sulit untuk dijelaskan seperti apa yang ia rasakan sekarang.

"Baguslah," sambung Hanna kecewa. Hanna ingin mendengar sesuatu dari Ryan, perkataan yang menggambarkan isi hatinya atau sejenisnya. Bahwa perasaan dulu dan saat ini masih sama, tapi entah kenapa Ryan belum ingat kematiannya dahulu bersama Hanna, padahal Hanna juga banyak melewati kesulitan, apalagi anaknya belum ia temui dimana keberadaannya hingga kini.

BEBERAPA JAM KEMUDIAN.

Ryan yang tampak tak asing dengan tempat ramai sejuk ini, ia seolah menatap arah bingkai sebuah rumah kuno dengan manik manik kipas bulat. Ryan saat itu menatap gucci dan pusing ketika samaran temannya, ia bicara berbela sungkawa padanya kala itu.

Tbc.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!