Saat Hanna memalingkan wajah ke arah Ryan, tidak sengaja mata mereka pun saling bertemu, sehingga membuat keduanya salah tingkah.
Dengan cepat Ryan langsung memalingkan wajahnya dari Hanna dengan senyum yang tipis, Hanna pun melakukan hal yang sama, dan kembali fokus melajukan mobil.
"Apa dulu, Kamu, punya pacar?" tanya Hanna.
Ryan pun mencoba untuk mengingat namun sia-sia.
"Aku tidak bisa ingat apapun," jawab Ryan.
Hanna tidak ingin membuat Ryan, semakin merasa sedih, sehingga ia hanya mengangguk mengerti. Padahal Hanna berharap, Ryan bisa ingat kisahnya dulu besamanya.
Keadaan mereka pun terasa canggung, Ryan dan Hanna seperti merasa sesuatu yang sangat sulit untuk dijelaskan.
Diam-diam Hanna kembali melirik Ryan, namun langsung tertangkap oleh Ryan lagi. Hanna yang gerogi langsung memalingkan wajahnya kembali dan fokus menatap ke depan.
Menghabiskan waktu 30 menit, mereka pun akhirnya sampai. Saat Hanna ingin membuka pintu mobil, Ryan sudah keluar, melihat itu Hanna hanya bisa mendengus.
"Ayo, Kak. Kita sudah sampai," ucap Hanna. Ryan pun langsung jalan untuk mengimbangi langkah kaki Hanna.
Seperti biasanya, kecantikan Hanna selalu memikat seluruh karyawan, saat Hanna membuka pintu, semua akan berlomba menyapa dan bahkan tidak segan-segan untuk menggoda. Ryan yang menyaksikan itu hanya geleng-geleng dan fokus berjalan di samping Hanna.
Setibanya di ruangan, Aini pun langsung datang menghampiri Hanna. Seluruh pimpinan direksi sudah menunggu dirinya. Hanna pun langsung menuju ruang meeting tanpa sempat mengajak Ryan.
Melihat Hanna yang pergi begitu saja, membuat Ryan bingung, ia juga tidak berani untuk mengikuti Hanna. Dan Ryan pun memutuskan untuk menunggu Hanna di sana. Hanna yang langsung sadar dengan keadaan Ryan, terpaksa meninggalkan Ryan di ruangannya, ia yakin Ryan tidak akan pergi, sebab ia sudah meninggalkan dupa di dalam tasnya.
Waktu sudah menunjukkan pukul 13:00. Perut Ryan mulai keroncongan, di saat itu pula, pintu ruangan Hanna pun terbuka, mata Ryan langsung terpana saat melihat perempuan yang memiliki tinggi berkisar 175 cm. Dia adalah Aini. Ryan masih ingat jelas foto Aini yang ia lihat di apartemen Hanna.
Saat Aini melangkah, Aini merasa hawa yang berbeda, tidak biasanya ia merasa seperti ini, namun dengan cepat Aini menghempas perasaannya itu. Siang bolong begini mana mungkin ada hantu gumamnya.
Ryan pun terus menatap Aini, ia juga semakin mendekat dan memperhatikan wajah Aini dengan cermat.
Hanna yang baru selesai meeting langsung menuju ruangannya, ia bahkan tidak memperhatikan ponselnya di mana ada pesan dari Aini mengatakan ia sekarang berada di ruangannya.
Yang ada dalam pikiran Hanna hanya Ryan, entah kenapa Hanna sangat takut, Ryan pergi dan kembali ke pemakaman.
Saat Hanna membuka pintu, Hanna pun langsung memanggil nama Ryan.
"Kak, Ryan." spontan Ryan dan Aini pun langsung menoleh, melihat keberadaan membuat Hanna langsung menelan air ludah.
"Kak, Ryan. Dia siapa Hanna?" tanya Aini dalam keadaan tegang begitu saja, Hanna masih menyempatkan diri melirik Ryan yang berada di sudut ruangannya.
Hanna pun menarik nafas, setidaknya ia masih merasa lega saat melihat Ryan masih berada di sana.
Dengan tenang, Hanna pun menghampiri Aini yang sedang menyiapkan makan siang di mejanya. Hanna yang ingin mengalihkan pertanyaan Aini, langsung memeluk Aini dengan manja. Ryan yang menyaksikan itu hanya bisa diam dan memutuskan untuk menghilang. Ryan tidak ingin Hanna menjadi canggung.
Melihat Ryan menghilang, membuat jantung Hanna berdebar, Hanna sangat merasa bingung apa yang harus ia lakukan. Jika mencari Ryan apa yang harus ia katakan dengan Aini, dan jika membiarkan Ryan. Ia juga takut Ryan kenapa-napa, jujur saja sosok arwah suaminya itu berharap tetap tinggal besamanya.
"Hanna, kamu kenapa? Wajah kamu seperti sedang memikirkan sesuatu? Apa kamu tidak senang aku ada di sini?" tanya Aini beruntun. Hanna terlihat sangat bingung dan juga merasa panik.
"Tidak kok Ai, aku hanya kepikiran pekerjaan, banyak yang harus di urus," jawab Hanna mengelas, padahal pekerjaannya semua lancar dan tidak ada masalah.
Aini pun langsung menuntun Hanna untuk duduk lalu duduk dekat dengan Hanna. Biasanya Hanna, sangat menyukai seperti ini, namun sekarang ia sangat merasa resah.
Aini pun langsung membuka bekal yang ia bawa dari sang mama, lalu menyuapi Hanna yang sudah seperti adiknya itu.
Perut yang tadi terasa lapar, kini tidak selera makan, selera makan Hanna, hilang begitu saja, yang ada dalam pikirannya hanya Ryan dan Ryan saja.
'Haruskah aku bicara pada Aini, dan kedua orangtua angkatku. Jika aku kembali melihat sosok arwah. Dan arwah itu adalah suamiku sendiri, yang kini tidak ingat aku ataupun kisah kami dulu.' batin Hanna.
Ryan tahu apa yang ia lakukan salah, Ryan pun memutuskan untuk kembali, ia takut membuat Hanna kepikiran. Setidaknya ia harus pamit untuk keluar, agar Hanna tahu kemana ia akan mencarinya.
Ryan pun kembali ke ruangan Hanna, namun tidak di sangka Ryan hadir tepat di depan Hanna, sehingga membuat Hanna terkejut hingga ia batuk tersedak. Tidak hanya itu, Hanna juga mengeluarkan makanan yang sudah ada di dalam mulutnya sehingga mengenai Aini.
"Han, kamu kenapa sih ..?" tanya Aini.
Sementara sosok Ryan, tak kasat mata. Bingung sendiri entah kenapa ia nyaman jika mengikuti keberadaan Hanna. Atau ia juga sempat berfikir, apa di kehidupannya dulu mereka pernah bertemu.
Tbc.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 24 Episodes
Comments