Semakin hari, Hanna dan Ryan pun semakin dekat. Hanna juga sering menyempatkan waktu untuk mengunjungi Ryan. Bahkan, Hanna mengurangi waktunya dengan Aini rasanya ngobrol dengan Ryan membuatnya merasa nyaman.
Hanna pun menjadi pendengar yang baik untuk Ryan, Hanna juga memperhatikan wajah Ryan dengan serius. Jarang sekali Hanna bersikap seperti ini, biasanya, Hanna selalu bersikap cuek dan tidak peduli.
Saat Hanna ingin lanjut bertanya, ponselnya pun berdering.
"Halo, Sri. Kenapa?" ucap Hanna. Sri adalah sekertaris model Aini.
"Ibu di mana? Kita ada meeting mendadak!" jawab Sri dengan panik.
"Saya akan segera ke kantor, 10 menit saya sampai," kata Hanna. Hanna beruntung, jarak kantornya dengan makam Ryan tidak jauh, sehingga ia bisa curi waktu untuk mengunjungi Ryan.
"Kak, aku harus pergi. Ada pekerjaan mendadak, besok aku akan datang lagi," ucap Hanna berpamitan.
Setiap Hanna pamit pulang, Ryan selalu merasa sedih, itu pertanda ia akan sendiri lagi, dan merasa kesepian lagi. Namun Ryan tidak ingin melihatkan kesedihannya, ia tidak ingin mengganggu Hanna apalagi harus menahan ia yang akan bekerja dalam dunia nyata.
Dan sebenarnya Hanna juga tidak tega harus meninggalkan Ryan sendiri, namun apa daya, ia juga memiliki kehidupan yang harus ia jalani.
"Hem, semoga pekerjaan kamu tidak ada masalah," jawab Ryan, setelah itu, Hanna pun pergi dan melajukan mobilnya menuju kantor.
Ryan hanya bisa melihat kepergian Hanna, Reog arwah tua yang menyaksikan itu, langsung menghampiri Ryan. Reog merasa perbuatan Ryan tidak benar. Bagaimanapun, arwah dan manusia tidak akan bisa terus bersama.
"Jangan terlalu berharap, arwah seperti kita tidak akan bisa seperti manusia, dan ini jelas menyalahi peraturan kita sebagai arwah," ucap Reog menasihati. Reog tidak ingin terjadi apa-apa dengan arwah Ryan.
"Aku tau!" jawab Ryan singkat. Ryan sama sekali tidak ingin berdebat dengan Reog. Ryan pun langsung menghilang dan meninggalkan Reog.
"Hem, dasar!" ketus Reog mengumpat. Ryan selalu melakukan hal sama setiap ia memberi nasihat untuk Ryan.
Ryan pun menghampiri Adit arwah anak kecil. Sampai saat ini Adit juga belum pergi. Adit masih terlihat anak kecil yang menggemaskan. Namun Adit beruntung, ia selalu bisa melihat keluarganya ziarah ke makamnya.
"Kamu sungguh beruntung, kamu selalu bisa melihat keluarga kamu," kata Ryan. Kedatangan Ryan yang tiba-tiba membuat Adit terkejut.
"Kakak, membuatku terkejut, kebiasaan!" kata Adit protes, namun Ryan hanya nyengir.
Ryan juga selalu menyaksikan keluarga Adit ziarah, bahkan Ryan juga sering memakan persembahan yang dibawa keluarga Adit.
"Kenapa aku tidak pernah melihat Ayahmu?" tanya Ryan. Pertanyaan Ryan membuat Adit sedih. Tanpa Ryan tanyakan, Adit juga berharap bisa melihat Ayahnya.
Ryan pun langsung menyadari kesalahannya, tidak seharusnya ia menanyakan pertanyaan itu.
"Aku minta maaf, kamu jangan sedih, setidaknya kamu memiliki keluarga yang selalu datang ziarah. Kamu lihat aku, aku bahkan tidak memiliki siapa-siapa," ucap Ryan merendah.
"Kakak bohong, aku juga melihat gadis cantik itu, orang-orang selalu membicarakannya," kata Adit. Ryan pun terkejut mendengar pernyataan bocah kecil yang entah namanya ia sukai tak asing.
Kecantikan Hanna tidak hanya memikat manusia, melainkan juga memikat arwah.
"Apa kamu serius?" tanya Ryan memaksa.
"Hem, kalau, Kakak, tidak percaya, Kakak, bisa membuktikannya, sekarang, Kakak, pergi, jangan membuat keributan di sini!" seru Adit. Dengan raut wajah kesalnya, Ryan pun pergi dan langsung menghilang.
***
Keesokan harinya, Aini yang baru selesai shooting, langsung menghampiri Hanna ke kantor. Baru saja Hanna siap-siap untuk pergi, namun kedatangan Aini menggagalkan rencananya.
"Hai, Hanna. Akhir-akhir ini kamu kok sibuk banget, sampai-sampai kamu tidak punya waktu untukku," rengek Aini dengan manja.
Hanna pun langsung memeluk Aini, ia juga tidak ingin menyakiti anak dari orangtu angkatnya. Hanna sebenarnya juga sangat menyayangi Aini dengan kesibukannya, tapi saat ini Hanna telah sadar ia harus menyadarkan arwah suaminya untuk mengingat kenangan akhir, agar ia bisa lepas ke alam dunia dengan tenang.
"Aku minta maaf, aku benar-benar sibuk, aku juga mau selalu berada di samping shootingmu." kata Hanna membujuk. Hanna sama sekali tidak ingin berdebat dengan Aini.
Aini pun langsung tersenyum, apapun yang dikatakan Hanna selalu membuatnya percaya, sebab, selama mereka berhubungan, Hanna sama sekali tidak pernah melakukan hal yang membuatnya curiga.
Hanna juga tidak ingin mengecewakan Aini, dengan terpaksa, Hanna pun tidak datang untuk mengunjungi Ryan, sehingga membuat Ryan menunggu.
Sementara Di Makam.
"Sudah kukatakan, jangan terlalu berharap," ucap Reog yang tiba-tiba hadir.
"Kamu membuatku terkejut!" saut Ryan kesal. Padahal ia juga sering muncul tiba-tiba.
"Kamu juga sering melakukan hal yang sama," jawab Reog tidak mau kalah.
Saat mereka berdebat, mata Ryan pun langsung tertuju dengan seorang pria paruh baya menuju makam Adit.
Sekilas Ryan langsung teringat dengan sesuatu, namun Ryan tidak mengerti. Ryan juga tidak tahu, kenapa bayangan itu tiba-tiba muncul di kepalanya.
Ryan pun mengikuti lelaki itu, dan langsung di usir oleh Adit.
"Jangan ganggu Ayahku!" kata Adit, ternyata dia adalah Ayah Adit. Setelah sekian lama, Ayahnya baru datang mengunjunginya. Kedatangannya membuat Adit sangat merasa bahagia.
Ayah Adit pun menangis, ia sangat merasa menyesal karena tidak bisa menjadi Ayah yang baik. Selama ini, bukannya ia tidak ingin datang, melainkan ia tidak kuat. Rasa bersalah selalu menghantuinya.
"Maafkan Ayah, Nak. Ayah tidak bisa melindungi kamu. Ayah benar-benar Ayah yang tidak berguna," ucap ayah Adit dalam tangis.
Adit yang menyaksikan itu juga ikut menangis.
"Ayah, jangan menangis, Ayah tidak salah apa-apa. Ayah adalah Ayah terbaik, Ayah sudah menjaga Ibu dan adik dengan baik," ucap Adit, namun tidak bisa di dengar Ayahnya.
Sementara tatapan Ryan, ia sebagai arwah masih bingung kenapa dirinya tidak dikunjungi keluarganya sejak lama. Sementara arwah lain dikunjungi keluarganya.
Tbc.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 24 Episodes
Comments