Perlahan Hanna fokus, setelah mengikuti arwah wanita yang berada di leher pria beberapa saat lalu. Hanna pingsan, namun raganya menatap aksi pembunuhan wanita berseragam bank.
"Aku minta maaf! mas, aku janji tidak akan memintamu menikahiku. Tapi aku mohon, tanggung jawab pada anak dalam kandunganku ini!" ujar arwah wanita itu.
"Aku bilang! gugurkan. Aku tidak siap Serli."
Hanna melihat pergulatan, perdebatan. Hingga tak mengapa, pria itu mendorongnya dan menancapkan sebuah gunting menembus jantungnya. Hanna yang melihat hari terakhir wanita itu, sedikit berteriak.
Begitu sadis pria itu membawa wanita itu kebelakang gudang rumahnya! tepatnya, pintu mirip jendela itu terbuka dengan sebuah tombol. Disanalah wanita itu di masukan ke dalam peti, dan di kubur hidup hidup.
Hanna kembali ke jiwanya, ia menghubungi Ryan saat itu. Tapi karena tak ada balasan, Hanna bergegas mencari bukti dan mampir ke kantor polisi untuk membawa laporan.
Tapi saat di perjalanan ia berpapasan dengan pria itu, yakni pelaku yang membunuh wanita bernama Serli. Terlihat wajah Serli menatapnya di leher pria itu, seolah tak ingin lepas.
"Hey! jaga matamu, apa yang kau lihat?" ujar bang Black.
"Maaf, tapi saya melihat wanita di pundak abang! apa setiap hari anda jalan sakit?" tanya Hanna spontan.
"Omong kosong! kau pergi dari sini! Jika tidak, aku bunuh kau!" ancam pria itu, membuat Hanna kembali pergi dengan cepat.
Di pagi hari, seperti biasanya Hanna datang ke rumah pelaku lebih pagi. Gadis itu masih setia menunggu arwah Serli, yang tidak kunjung menampakkan dirinya. Sekarang Hanna berdiri di depan garis polisi bersama dengan Ryan yang juga menyorot layu, tempat dimana wanita hilang itu terbaring dan berlumuran darah.
Tidak begitu lama, seorang lelaki berdiri tepat di sisi Hanna. Ia juga menyorot tempat korban terbaring berlumuran darah. Hanna menoleh pada sosok yang berada di sisinya, yakni pak Dirga yang sedang mengitari area rumah itu dengan anjing pelacak.
“Ternyata rumor itu benar. Tersangka pembunuhan bakalan datang ke tkp.” Hanna menyorot sinis lelaki yang berada di sisinya. Pemuda itu adalah Black.
Balck tersenyum miring melihat tingkah Hanna, lalu menggelengkan kepalanya beberapa kali.
Hanna berjalan untuk menjauhi Black, perasaannya masih bercampur aduk jika melihatnya. Masalah yang Hanna alami selalu sama ketika ia menyelesaikan masalah arwah yang ia bantu. Hanna sering kali menerima fakta sebenarnya terlebih dahulu lalu memikirkan cara memberitahukannya pada yang berwenang.
Cara Hanna memberitahukan kemampuannya pada polisi, adalah cara terburuk yang Hanna lakukan. Karena selama ini Hanna tidak pernah memakai cara itu. Tadi malam Hanna sangat putus asa karena yang menjadi korban adalah orang terdekatnya, yakni Serli pegawai bank yang baik hati sebelah rumah meski beda Rt.
“Hanna, kenapa kamu yakin banget kalau aku pelakunya?” tanya Black. Suara Black menggema di lorong lantai satu yang masih kosong.
Hanna memutar balik badannya untuk melihat Black, yang berdiri sekitar dua meter darinya. Ia bertanya, “Kamu cinta dengan Serli kan?” tanya Hanna.
Black mengedipkan matanya beberapa kali. Pemuda itu agak terkejut mendengar pertanyaan Hanna. “Kenapa kamu bisa bilang gitu? Jangan-jangan kamu beneran teman dekat Serli.”
“Bukan, aku tidak kenal Serli.” Hanna menyanggah. Memang benar Hanna tidak mengenal Serli sebelumnya.
Ia bertanya, “Terus kenapa kamu bisa nanya gitu?” ujar Black, yang telah terbogol.
“Serli datang, kamu lupa aku selalu bilang lihat seorang wanita di pundak lehermu! yang kamu lalui sakit, itu karena arwah Serli tidak pernah pergi. Ia tidak tenang, karena kamu menguburnya di balik gudang belakang rumah!"
Hanna mengutarakan pendapatnya dengan raut wajah tidak berekspresinya. Hanna sangat yakin bahwa Black, yang membunuh Serli. Semua bukti mengarah pada Black.
Black, tercenung sejenak, lalu terkekeh mendengar pernyataan Hanna. “Wah! Kamu udah kaya detektif aja.”
Black menganggukan kepalanya beberapa kali. Ia kagum dengan kepekaan Hanna.
“Bisa aja omongan kamu benar, tapi hati-hati dengan opini kamu itu Hanna.” Black tersenyum seraya berjalan mendekati Hanna, ia mengelus pucuk kepala Hanna. “Pola pikir dan sikap kamu itu mirip banget dengan Serli.”
Hanna bergeming, tetapi netranya mengikuti arah Balck, berjalan menaiki anak tangga. Hanna sekarang sangat bingung dengan sikap pria pembunuh berdarah dingin itu. Sekilas Black, terlihat seperti anak yang tidak mungkin tega membunuh orang lain.
Hanna mencoba fokus, entah kenapa di saat kasus ini. Arwah Serli tidak menampaki, Ryan memegang tangan Hanna. Jika apa yang ia lihat benar, dan tidak menjadi boomerang.
"Ryan! gimana kalau seluruh polisi ga dapat temuan yang aku lihat di rumah ini?"
"Hanna! aku percaya kamu, pria itu jelas pelakunya. Dia bersikap tenang, seolah dia memang tidak bersalah. Ironis sekali, aku ada dekat kamu. Pak Dirga juga percaya sama kamu Hanna!" ujar Ryan, menenangkan.
Hanna yang membuka kotak bloody marry! ia kembali setelah cuaca pengecekan empat jam lamanya, yang memakan waktu lama. Hingga Hanna kembali ke raganya dan berteriak pada pak Dirga.
"Pak! disini, tolong gali talang air ini, disini tombol menuju gudang mayat itu!" teriak Hanna, membuat sorot pria bernama Black menatap tajam.
Seorang polisi mendetek, galian itu terdapat jerami. Setelah kedalaman lima belas centi, benar saja tombol merah di pencet. Dan pintu gerbang rumah belakang terdapat ruangan rahasia terbuka begitu saja. Seluruh polisi dikerahkan mengeceknya.
Hanna memegang tangan Ryan! benar saja, anjing pelacak segera menemukan jasad dan tulang belulang manusia. Semua warga sekitar ramai, di garis kuning. Terlihat pak Rt Paijo kagum, yang tadinya ia kesal karena Hanna adalah anak yang ikut campur. Tapi ia baru tahu, jika kemampuan Hanna bagian dari kerjaan detektif serse kematian yang hilang tidak terpecahkan.
Hanna melihat pelaku dibawa ke kantor polisi, tak sedikit juga ia senyum ke arah loteng.
Arwah Serli senyum dengan tanda terimakasih telah mengungkapkan kematiannya.
Hanna berbalik badan, ia menatap Ryan yang menguatkannya jika ia tidak salah. Sehingga pak Dirga mengucapkan banyak terimakasih. Karena identifikasi di gudang, bukan hanya arwah Serli yang hilang. Melainkan masih banyak korban lainnya yang akan terungkap.
Tak henti hentinya keluarga Serli menangis, ia tidak karuan kala melihatnya. Hanna berusaha ingin sekali menenangkan, tapi Ryan meminta Hanna untuk tidak masuk lebih jauh. Karena batas pekerjaannya hanya sampai disini, selebihnya urusan polisi yang bertugas.
"Hanna! aku bangga sama kamu."
"Ryan! aku hanya membantu tugasmu, bukankah kita akan terus membantu. Kita perlu sebuah apartement di kota kan. Aku ingin hidup di kota yang ramai!"
"Benar, kota tempat yang ramai! aku akan berjuang untuk masa depan kita Hanna!" balas senyum Ryan.
Tak lama Hanna menatap pesan, Ryan pun melihat itu adalah nomor sang dosen.
"Kenapa dosen Yola hubungi kamu? dia kan udah ma..ti." lirih Ryan, membuat Hanna diam pucat, ketika sosok dibalik punggung Ryan, menyeramkan.
Tbc.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 24 Episodes
Comments