MASIH DALAM INGATAN

Hanna yang di hampiri Jihan, seorang pria yang menduga Hanna adalah orang yang akan ikut campur, di hampiri Melodi kakak dari arwah Yasmin. Segera menggebrak meja Hanna dan Ryan.

"Lo kan, yang kasih tau semuanya?" unjuk Jihan.

"Eh, apa maksudnya unjuk unjuk sama cewe. Ga sopan loh, sini satu lawan satu." sentag Ryan.

"Ryan, udah! ini kantin,"

"Jangan banyak baaacoooueet! Plaak!" Jihan menampar Hanna.

Tamparan itu, kilat membuat Ryan membogem mentah mentah berkali kali pada pria bernama Jihan. Seluruh kantin ricuh, hingga akhirnya pak Dirga datang dan meringkus seluruhnya. Termasuk pria bernama Jihan dan Melodi, hingga akhirnya seorang polisi satu lagi datang, membawa ibu Anna yang berada di kursi roda menatap Hanna dengan hembusan angin senyuman.

Hanna senyum, ia tahu jika sosok ibu paruh baya itu mengungkapkan rasa terimakasih, Hanna pun mengikuti arahan pak Dirga. Selama beberapa saat motif pun diungkap, dan ini adalah hal kasus terpanjang Hanna bersama Ryan, sampai ia lambat mengunjungi Sumatera.

Waktu berjalan, dua arwah wanita tersebut berterima kasih pada Hanna. Hanna pun pamit untuk pulang, karena sudah sore.

Yakni motif arwah sarah adalah mantan Jihan, kakak kelas Yasmin, dan Yasmin sebelum kecelakaan ia tertabrak truk, dan Jihan takut motif kekasihnya ketahuan, sehingga ia mengubur hidup hidup jasad Yasmin kedalam selokan dengan gundukan dua karung pasir, saat Yasmin berdarah masih bernyawa. Sementara Melodi membersihkan jalan membantu Jihan, motifnya adalah ia menyukai Jihan dan membenci Yasmin adik tirinya itu.

"Gila ya, parah banget kasus ini. Lihat deh, belum satu jam udah trending." ujar Ryan, memegang tangan Hanna.

Hanna melepas erat tangan Ryan, lalu Ryan meminta Hanna diam sebentar saja.

"Sebentar, begini terlihat baik. Setidaknya gue udah balas pria yang udah berkali kali nampar lo Hanna." senyum Ryan, memberikan kapas dengan obat merah, ke pipi Hanna yang perih.

"Ya, lain kali jangan pukul kepancing emosi. Bagus tadi pa Dirga bela, kalau enggak kena pasal juga kan."

"Siap bos." senyum Ryan, membuat moody Hanna kembali naik.

"Ryan, besok kita ke Sumatera ya! gue rindu nenek. Semoga aja ga ada arwah datang lagi, makin lama yang ada."

"Ok, bener juga. Kadang lelah juga ya, udah kaya detetektif hantu kita ini, liat aja komentar netizen. Sebagian ada yang percaya, sebagian lagi bilang kita konyol. Eh ada lagi nih yang bilang kita dukun." gelak tawa Ryan, memperlihatkan ponselnya.

Hanna terdiam sejenak, lalu menanyakan sesuatu yang ia pikirkan.

“Lo pernah punya konflik dengan seseorang ga?”

Ryan mengingat kembali seluruh ingatannya yang terjadi saat ia masih hidup. Cukup lama, Ryan pun menggelengkan kepalanya. “Tidak pernah, tapi gue pernah ngomong ke Mira. Kalau gue harus pergi dari sekolah ini karena sains 2-1 tidak ada yang bersahabat. Gue pernah pukul satu anak, yang salah sasaran karena gue pikir dia lecehin Mira."

Hal itu membuat raut wajah Hanna, tidak bersahabat karena tipekal Ryan, memang melindungi seorang wanita bukan hanya padanya saja.

Hanna mengangguk mengerti. “Pasti kamu tidak dengarin omongan dia kan?” tanya Hanna. Ryan pun, mengangguk menanggapi.

“Udah sampe rumah, lo pulang aja.” Hanna mengingatkan.

"Ok, hati hati. Besok pagi gue ke rumah lo lagi, sekalian bawain sarapan! trus, kalau ada sesuatu yang lo perluin. Kabarin ya!" senyum Ryan, dan pamit.

Hanna yang ingin masuk ke rumah, ia segera menautkan pandangannya. Kala arwah Mira berdiri di balik pohon samping rumahnya.

“Kamu kesini sendiri?” tanya Hanna.

Mira mengangguk. “Aku ini arwah, Arwah. Sayangnya Ryan tidak bisa melihat aku.”

Hanna baru tersadar, ia lupa bahwa Mira sudah mati.

Hanna dan Ryan berpisah. Hanna berjalan menuju rumahnya. Di perjalanan menuju kerumahnya, netranya dia menangkap seorang lelaki seumuran dengannya. Lehernya digelantungi oleh wanita yang memakai baju kantoran.

Setengah wajahnya rusak seperti habis bergesekan dengan aspal. Darah segar mengalir begitu saja dari sebelah wajah wanita tersebut. Aura merah mengitari wanita tersebut. Mungkin ia di bunuh oleh lelaki tersebut.

Menyeramkan….. manusia. Hati terdalam Hanna berbisik kala menutup mata seolah konsen. Memang sejak dulu, Hanna tidak hanya melihat arwah yang sudah mati karena sakit atau yang lainnya. Tetapi juga karena dibunuh oleh manusia lain.

Mungkin arwah wanita tadi, belum di kuburkan dengan benar dan hanya lelaki tadi yang tau letaknya. Ada pula yang tidak dapat pergi karena pesan yang ingin disampaikan belum terealisasikan, atau waktu meninggal yang belum genap empat puluh hari. Dan kali ini sampai di rumah, ia melihat arwah Mira datang ke rumahnya.

"Bantu aku Hanna, aku hanya ingin bilang maaf pada Ryan! aku telah menyakitinya, dan sepertinya dia menyukai wanita lain. Aku ingin menemuinya terakhir kali, untuk berpamitan." ujar arwah Mira.

Hanna tak jadi masuk, ia mengayuh sepeda dan arwah Mira itu terbang mengikuti Hanna. Dalam lima belas menit, ia sampai. Membiarkan arwah Mira masuk ke dalam rumah Ryan. Sementara Hanna menangkap seorang pria yang ia lihat beberapa jam lalu, sebelum Ryan mengantarnya pulang.

Hanna mengikuti lelaki yang sedang digelantungi oleh wanita tersebut. Tujuannya hanya lah membantu arwah yang mengikuti lelaki itu. Hingga tiba-tiba di sebuah rumah yang cukup besar, lalu masuk ke dalam rumah tersebut.

Tidak terasa malam sudah datang, Hanna melewati jam sore dan beruntung ia tidak menemukan roh-roh agresif yang mendekatinya. Hanna berdiri dan melompat-lompat di depan pagar rumah lelaki tersebut.

“Hanna, kenapa kamu disini?”

Suara seseorang yang cukup familiar terdengar. Hanna menengok ke asal suara, ia melihat pak Paijo yang berdiri tidak jauh dari tempatnya berada dengan raut penuh dengan tanda tanya.

“Hmmm,” gumam Hanna, ia sedang mencari alasan. Karena jika ia memberitahukan yang sebenarnya pada Paijo. Pemuda itu akan mengadukannya pada sang Rt.

“Kamu mengikuti arwah gentayangan lagi ya?” tanya Paijo curiga.

"Enggak, kayaknya benda terjatuh. Soalnya tadi lewat sini, aku sama Ryan lempar lempar gelang, terpental ke arah pekarangan rumah ini." alasan Hanna.

“Kamu ini emang tidak ada kapoknya ya? Udah sakit, masih mau bantu mereka.”

“Mereka lebih baik dari manusia,” sergah Hanna. Paijo terperangah mendengar perkataan Hanna dan berlalu pergi ke arah rumah Ryan.

Mungkin karena kemampuan psikometrinya, dia jadi begini. Apa dia tidak sadar, di itu udah kayak dukun? Paijo menggelengkan kepalanya seraya menghela napas panjang menatap gadis bernama Hanna. Jujur ia tidak mempercayai arwah penasaran.

Sementara Hanna, sampai di rumah Ryan. Ia mengangkat sepedanya berusaha pulang. Tapi ia melihat suara berisik dari dalam rumah Ryan.

Praaang!!

Suara aneh, pada rumah Ryan. Membuat Hanna segera masuk dan mencari tahu.

Tbc.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!