DERET 17

Baiklah, kita kembali ke duniaku. Waktu itu berada dalam sebuah labirin kebingungan. Berusaha menemukan Mus. Menyiapkan pesanan kopinya di sebuah kedai kecil, berdasarkan pesanannya di WhatsApp messenger.

Beberapa menit hingga aku lupa diri. Sebuah novel berjudul 'Kampus Fiksi' telah siap saji. Semua adalah kisah singkat yang telah berhasil diceritakan pada kalian sebelumnya. Dan itu adalah bentuk perwujudan dari janjiku pada Mus. Aku merasa akan diinterogasi setelah bertemu dengannya.

Anggap saja ini adalah epilog pertama dari bagian prolog plot kisah ini. Ya, sebelum aku benar-benar menghadirkan epilog yang sebenarnya. Masa di saat aku kehilangan sesuatu yang besar. Ah, rasanya aku ingin menyudahinya sampai sini saja. Aku tak tega jika harus membuat kalian bersedih di kemudian kisah. Tetapi, ini demi Mus dan Hajar. Aku akan mengisahkan kelanjutannya yang mendalam. Jadi, untuk epilog pertama ini, aku akan menceritakan sedikit dalam beberapa ratus anak kata saja.

“Kau terlalu berlebihan memasukkan asmara konyol tak berstatus itu ke dalam kisah pendidikan ini,” protes kecil Mus sambil menunjuk cover novel Kampus Fiksi yang sudah berwujud kumpulan kertas siap saji. Dan novel itu sudah usai dibaca olehnya.

“Maaf, tapi Hajar benar-benar tidak bisa bisa dipisahkan dari serbuk plotnya. Dia sungguh hadir sebagai tokoh pendamping yang budiman dan mendorong semua bentuk emosionalku ... untuk terus maju,” ujarku dengan sedikit bernada membela. “Dia bermain baik dalam menutupi kepahlawananku hingga kampus hijau kita tumbuh sehat dan bugar.

Mus hanya mengangguk dalam dan tetap setia memendam sisa maknanya. Aku sungguh tak mampu menebak isi dan pesan sekulernya. Aku selalu lebih bahagia ketika ia seolah-olah terusik noda-noda kecerdasannya seperti dulu, menyuarakan impiannya sekeras getaran takbir, dan terombang-ambing dalam labirin kegeniusannya untuk sekedar menjadi Socrates remaja yang tak pernah dilihat kerak dunia manapun.

Untuk itu, aku ingin menunjukan dia padamu melebihi diriku sendiri.

Sayangnya, aku melebihi peranan dia sebagai tokoh utama yang harus mengusahakan aku untuk menyambung impian kami berdua. Aku harap kau mengerti. Mus, memiliki status baru sekarang. Akan kuberitahukan di bab lanjutan. Dan Picolo, kau ingat? Ia tengah kunantikan bersama Hajar sebagai sebuah jalan impian baru di sisi lain Australia. Aku menunggu seluk beluk perjuangan mereka.

“Kau tak ingin kembali ke ke sana?”

“Jelas saja aku sangat ingin pulang.”

“Kau bahkan belum sempat berpisah ataupun berjumpa dengan Bang Alen superhero-mu itu, kan?”

“Hem.”

“Kau putus asa sekarang?”

“Aku tidak bermakna seperti itu. Aku hanya tidak tahu cara mengucapkan selamat tinggal dengan beliau dan kembali ke rumah hijau untuk mengatur sambutan kelulusanku di sini. Ya, terutama untuk Pak Iwan. Aku tidak tahu harus merangkai metafora kalimat semacam apa untuk menahan laju pelukan beliau nanti.”

“Hem, dan sekarang kau masih ingin seperti ini selamanya? Berangkat sekarang pejuang pendidikan!”

“Oh?”

“Aku akan meneruskan kisahku yang tertunda. Hanya saja, kau akan berperan berbeda dan menjadi dosenku, Big Bos!”

"Kita benar-benar akan menulis kisah kedua? Harusnya kita mengalami yang namanya dilema terlebih dulu. Bukankah cerita pertama, adalah rangkaian kejadian dan mimpi mengenaskan kita yang akhirnya tercapai sementara?"

"Kau berlebihan dalam memikirkannya semuanya. Cerita tak harus indah selamanya. Untuk bagian kedua, kita buat saja pelan-pelan mengenai masa-masa kita di Melbourne ini, Bee."

"Jika hanya menceritakan rasa nyaman, orang-orang tak akan suka."

"Bukankah mereka akan membaca kisah pertama lebih dulu? Mereka pasti ingin diberi waktu menikmati hasil jerih payah tokoh utamanya!"

"Ah, kau memang selalu mengalahkan daya niatku. Daya pikirmu itu ..."

"Aku hanya begini adanya, Bee. Apa aku harus mengalah demi sebuah hasil yang lebih baik? Pemikiranku rasanya memang tak akan cukup mengalahkan pengalaman menulismu."

"Jadi, kau setuju?"

"Ya, tapi drama seperti apa yang harus kita hadirkan? Apa kita benar-benar tidak bisa menciptakan kenikmatan hasil dari kisah pertama?"

"Tidak juga, aku tidak sungguh-sungguh ingin menghilangkan momen ini, Mus. Aku justru ingin mengabadikannya. Kau tak ingin aku jadi kutu loncat, kan?"

"Terdengar sangat lucu, Bee."

"Haha, benar. Bayangkan saja jika aku seperti kutu loncat yang pekerjaannya adalah mencicipi darah kehidupan orang lain, tetapi tidak bisa menikmatinya dengan ketenangan hidup."

"Lalu, kita akan berperan dan jadi apa di bagian kedua? Maksudku ... setelah kita menikmati momen ini."

"Em, aku rasa belum ada. Aku kosong, Mus. Bahkan andaikan Hajar mendadak datang ke Melbourne, kurasa itu belum bisa jadi drama yang cukup mengesankan untuk ditulis nanti."

Dan seperti sebuah doa, detik itu ponselku berdering. Nama itu turun dari langit ketujuh yang penuh harapan. Nama itu membuatku bahagia beberapa jeda waktu. Dunia berhenti namun jantungku tidak. Nama itu menciptakan denyut kehidupan yang mendadak, terasa mendebarkan. Penuh gema dan rasa. Perasaan seperti pelangi dan kutu loncat yang ahli bersyukur.

"Hajar, sudah lama dia ..."

"Hasta la Vista, Bee!"

"Kenapa kau mengucapkan frase kalimat seperti itu, Mus?"

"Hajar? Kurasa bukan karena waktu pesannya yang membuat warna wajahmu berubah, melainkan isi dari pesannya. Sebab aku yakin, kalian tetap berkirim pesan setelah kau meninggalkan tanah Sumbawa."

"Ya, tepat. Hanya saja, tak seperti perkiraanmu sepenuhnya, Mus. Aku terakhir kali berpesan dengannya, adalah enam bulan yang lalu. Kalau dihitung hanya ada tiga kali waktu berkualitas dalam berbalas pesan kami."

"Lalu?"

"Apa?"

"Isinya pesannya."

"Oh, dia mengatakan telah berada di Melbourne sejak dua hari yang lalu."

Mus menyemburkan hirupan kopinya. Mungkin mendengar perkataanku tadi, seperti menerima informasi bahwa Indonesia menjuarai piala dunia.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!