ks. 17

"Semua Galian sudah selesai saya buat kang!" lapor Asep yang menghampiri Fathan dan kamal. Paman dan keponakan itu sedang beristirahat.

"Syukurlah kalau begitu! Ya sudah, kamu istirahat dulu!" Seru Fathan yang sangat paham dengan kondisi Asep karena dia juga merasakan kelelahan setelah bekerja.

"Saya nggak capek, kang! tapi boleh nggak, ajarkan saya untuk mengoperasikan mesin itu." sanggah Asep sambil menunjuk ke arah mesin culvator.

Mendapat pertanyaan dari karyawan barunya, Fathan hanya tersenyum, lalu melirik ke arah Kamal. yang dilirik pun mengerti kemudian dia bangkit.

"Ayo, boleh!"ajak Kamal sambil berjalan mendahului Asep yang mengekor di belakangnya.

Setelah berada di dekat mesin culvator, Kamal pun mulai menjelaskan tentang cara menghidupkan mesin itu. dengan penuh perhatian Asep pun memperhatikan apa yang disampaikan oleh Kamal, tetangga yang merangkap sebagai guru.

"Bagaimana sudah paham?" Tanya Kamal sambil menatap anak muda itu, Setelah dia selesai menyampaikan seluruh ilmu yang ia miliki.

"Ngerti Mang?"

"Ya sudah! coba Praktekkan. Apa saja yang baru saya ajarkan."

Dengan cepat Asep pun mempraktekkan apa yang baru saja ia pelajari, otaknya yang cerdas namun tidak memiliki modal untuk melanjutkan sekolah. Hanya Sekali saja diajarkan, Dia sudah bisa mengoperasikan mesin culvator itu, membuat Kamal dan Fathan saling menatap bangga, karena mereka memiliki pegawai secerdas Asep.

"Saya lanjutkan Pekerjaannya ya, mang?" tanya Asep sambil terus menjalankan mesin culvatornya.

"Terserah! Kalau kamu tidak capek, namun tidak ada gaji tambahan ya!" jawab Kamal sambil tersenyum.

"Sebatang aja!" Jawab Asep yang tersenyum, dia sudah mulai belajar merok0k,

"Siap! ya udah kerja yang benar!" jawab Kamal masih dengan tersenyum kemudian dia kembali mendekati Fathan.

"Sebentar lagi semuanya pekerjaan kita selesai, terus galian galian kecilnya mau diapakan, Tan?" tanya kamal sambil duduk di samping keponakannya.

"Besok kita membuat pupuk kompos, kita ambil kotoran-kotoran ternak yang sudah kita ganti dengan uang, kita bawa ke sini."

"Nggak sekarang aja?:

"Besok aja Mang! kita bukan kuda yang terus-terusan harus bekerja."

"Ya sudah!" akhirnya pembicaraan siang itu selesai. mereka kembali melanjutkan pekerjaan di kebun mereka.

*****

Keesokan paginya, ketiga orang itu sudah mulai memindahkan kotoran ternak dari kampung ke kebun. mereka bertiga selalu semangat dalam bekerja, karena Fathan memang orangnya sangat supel, sehingga tidak ada rasa senggan ataupun takut. membuat Asep walaupun baru beberapa hari bekerja Dia sudah merasa sangat nyaman.

"Terus bagaimana sekarang, Kang?" tanya Asep sambil menatap ke arah karung berisi kotoran ternak.

"Kita potong-potong rumput yang ada di samping kebun, agar mudah ketika kita campur dengan kotoran hewan. seru Fathan sambil mengambil rumput yang dulu dia simpan di samping kebun.

Meski Kamal dan Asep tidak mengerti, namun mereka tetap menurut dan mengikuti apa yang Fathan lakukan. mereka Mulai mengumpulkan rerumputan itu, dibawa ke dekat Galian. setelah rerumputan itu dipindahkan Kemudian Fathan mulai mengiris-iris rumput itu agar menjadi kecil.

Setelah dirasa cukup, Fathan pun mulai mengaduk rumput itu dengan kotoran ternak ditambah sedikit air agar bisa tercampur rata.

"Apalagi, Kang" tantang Asep setelah mencampur kotoran itu.

Mendapat pertanyaan seperti itu, Fathan mengambil plastik untuk melapisi tanah galian, agar nanti pupuk itu tidak menyerap ke tanah. setelah galian itu terlapisi oleh plastik, Fathan mulai memasukkan tanah ke dalamnya. kira-kira ukurannya 15 cm, lalu menyiram dengan air yang sudah dicampur dengan obat M4. sampai permukaan tanah itu tersirami dengan merata.

"Bantu saya!" pinta Fathan sambil mengangkat wadah yang sudah berisi kotoran ternak yang sudah dicampur dengan rumput. mereka berdua pun mengangguk kemudian membantu Fathan menumpahkan kotoran ternak itu ke dalam galian. setelah dirasa ukurannya sama dengan tanah yang ada di dasar. Fathan kembali menutup kotoran itu dengan tanah, setelah ketebalannya sama, dia mulai menambahkan kembali kotoran hewan, sampai akhirnya galian itu tertutup oleh tanah dengan rata.

Setelah selesai, akhirnya mereka menutup galian itu dengan karung goni, lalu ditutup dengan plastik agar kelembabannya terjaga.

Hari itu Mereka bekerja memenuhi semua galian dengan pembuatan pupuk kompos, hingga sore hari mereka baru selesai menyelesaikan pembuatan pupuk kompos.

"Emang sebenarnya, ini buat apa sih, Kang ?" Tanya Asep yang duduk di hadapan Fathan, seperti biasa mereka akan beristirahat di bawah pohon jambu tidak berbuah.

"Itu buat pupuk, sep!" jawab Fathan sambil menyeka keringat yang bercucuran di wajahnya.

"Emang bisa subur, kalau pakai pupuk begituan?"

"Belum tahu juga, namun menurut teori yang saya pelajari itu sangat berguna banget. Lagian kita kan tugasnya hanya berusaha, hasil atau tidaknya itu urusan sang pencipta." jawab Fathan sambil tersenyum.

"Kapan kita mulai menanam bibit sayuran?" tanya Kamal.

"Nanti aja mang, kita biarkan dulu tanahnya agar menjadi gembur, sekarang kita fokus ke sawah." jelas Fathan.

"Emang nggak apa-apa ini ditinggalkan, nanti rumbutnya tumbuh lagi."

"Nggak apa-apa, Mang! kalaupun nanti rumputnya jadi, kita nggak usah khawatir, karena itu tidak akan membutuhkan waktu yang lama seperti awal pembukaan lahan." jelas Fathan

"Terus sekarang bagaimana?"

"Ya sudah! kita pulang dulu, lagian sebentar lagi kan adzan Ashar." ajak Fathan sambil bangkit kemudian merapikan alat-alat yang tadi dia bawa dari rumah dibantu oleh kedua orang yang selalu ikut dengannya.

Setelah melaksanakan salat asar, Fathan pun seperti biasa dia akan mengobrol dengan bibi dan Pamannya. karena mereka memiliki frekuensi yang sama.

"Padi yang tadi Bibi jemur, mau digimana kan, Tan?" tanya Sari, yang tadi ditugaskan oleh Fathan untuk menjemur bibit padi.

"Lama, nggak bi! jemurnya?"

"Paling cuma satu jam kurang, sesuai anjuran kamu"

"Ya sudah, mana?" pinta Fathan.

"Tuh! Bibi taruh di pojok, emang padi segitu cukup buat Bibit sawah bapak kamu yang segitu luasnya?"

"Sama sawah yang Bibi juga, itu udah cukup Bi! malah kebanyakan." jelas Fathan sambil mengambil tampah yang berisi padi.

"Masa, kan itu sedikit Tan? kita membutuhkan bibit untuk mencukupi luas sawah bapak kamu dan sawah bibi, itu sekitar 40 kiloan, ini kalau bibit taksir paling ada 15 kilo."

"Ya lihat nanti aja, Bi! Saya yakin ini lebih." ujar Fathan sambil membawa padi itu ke dapur, dia tidak mau berbicara dengan bibinya. karena kalau menjelaskan sama orang yang belum paham harus dengan praktek. Agar mereka mudah mengerti.

"Kalau beneran cukup! sekalian aja kamu urus sawah bibi."

"Boleh Bi! tapi bantu pengurusannya ya, soalnya kemampuan Fathan kan terbatas. terus tanya Mamang dulu, nanti dia marah kalau sawahnya saya urus.

"Urus aja, Tan! Mamang percaya kok sama kamu." jawab Kamal yang berada di ruang tengah. Dia mendengar percakapan bibi dan keponakannya.

"Ya udah kalau begitu, Fathan mau. tapi tetap membutuhkan tenaga."

"Tenang aja Tan! Mamang bantu." ujar Kamal yang paham dengan maksud yang diucapkan oleh keponakannya.

"Iya! nanti hasilnya seperti biasa dibagi dua. setelah modal kembali." jawab Sari sambil tersenyum merasa bahagia karena keponakannya sudah siap dengan apa yang dibicarakan. dia Yakin dengan kemampuan keponakannya tidak diragukan lagi. setelah melihat dan mendengar apa yang dikerjakan di kebunnya. dia tidak ragu lagi untuk menyerahkan pengurusan sawah itu kepada keponakannya.

"Siap Bi!" jawab Fathan sambil mengambil ember besar lalu mengisinya dengan air.

"Ya sudah! kalau seperti itu Terima kasih ya!"

"Punya garam?" Tanya Fathan mengalihkan pembahasan.

"Ada, Buat apa? tuh ada di rak masak!" jawab Sari sambil terus memperhatikan Apa yang dilakukan oleh keponakannya.

Fathan pun mengambil garam, lalu menambahkan ke air yang baru saja ia isikan ke dalam ember. setelah dirasa cukup Fathan pun mulai memasukkan padi yang ada di tampah, ke dalam ember yang sudah terisi dengan air garam. lalu menyimpannya ke dalam kamar mandi, agar perendaman itu tidak terpapar oleh sinar matahari langsung.

"Buat apa kok di rendam seperti itu?" tanya Sari yang dari tadi memperhatikan.

"Biar kita tahu mana benih terbaik untuk sawah kita!"

"Caranya seperti apa?"

"Nanti benih terbaik akan berada di dasar ember, itu kadarnya 98% bahwa benih itu yakin benih terbaik. dan kalau yang mengambang di tengah-tengah kadarnya itu sampai 85%. dan yang mengapung di atas itu harus dibuang karena itu tidak layak untuk dijadikan bibit." jelas Fathan membuat Sari melongo, merasa kagum dengan pengetahuan yang dimiliki oleh keponakannya.

Setelah selesai menyimpan ember yang berisi dengan padi yang direndam. Fathan pun kembali ke tengah ruangan Kemudian mereka pun mengobrol seperti obrolan obrolan biasa.

*****

Keesokan paginya , sebelum Fathan berangkat ke sawah ia memindahkan dulu padi yang sudah ia pilih untuk disemaikan di dalam karung. agar padi itu tumbuh kecambah. setelah selesai baru dia keluar dari rumah pamannya.

"Sekarang kalau buat di sawah kita pakai mesin yang mana Tan?" Tanya Kamal sambil menatap ke arah mesin-mesin yang terparkir di halaman rumahnya. sekarang halaman rumahnya sudah memakai tenda, untuk melindungi mesin Fathan. Agar tidak terpapar oleh sinar matahari ataupun hujan.

"Kita pakai traktor, mang!" jawab Fathan sambil menunjuk mesin traktor sawah bentuknya mirip culvator, namun yang membedakan kalau culvator pisaunya bisa bergerak, sedangkan traktor hanya pasif mengikuti mesin.

"Cara penggunaannya bagaimana?"

"Sama seperti culvator Mang! mungkin yang membedakan hanya cara kerjanya."

"Ya sudah, apa aja yang mau dibawa?"

"Tolong Mamang bawakan singkal dan garunya!" ujar Fathan sambil menunjuk ke arah besi yang mirip seperti pembajak sawah pada umumnya. yang berbeda hanya bahan pembuatannya yang terbuat dari besi. Sedangkan yang ttradisional terbuat dari kayu.

"Waduh kayaknya berat itu, Tan. nanti nunggu Asep ya, biar digotong!"

"Ada apa nih? pagi-pagi Sudah ngobrolin orang aja!" ujar Asep yang baru datang sambil tersenyum.

"Kita harus membawa Garu besi, sama singkal besi Sep! Tapi kita harus menggotongnya, agar tidak berat." Jelas Kamal sambil menunjuk kedua alat pelengkap mesin traktor.

Asep pun mendekati garu, kemudian dia mencoba mengangkat garu itu, ternyata tidak seberat yang dibayangkan.

"Kayaknya nggak harus digotong Mang! Mamang kuat enggak bawa singkalnya, biar Asep bawa garunya." jelas Asep membagi tugas.

Kamal pun mendekati singkal, lalu mencoba mengangkatnya ternyata lumayan ringan. kalau dibandingkan dengan garunya. dia pun mengangguk setuju dengan pilihan yang fi berikan oleh Asep. setelah selesai melakukan acara rapat di halaman rumah  akhirnya mereka bertiga pun berangkat menuju ke sawah, Fathan membawa traktor, sedangkan Asep membawa garu dan pamannya membawa singkal.

Orang-orang yang melihat mereka hanya mencibir, karena apa yang dilakukan oleh Fathan dengan kedua orang membantunya, menurut mereka hanya sia-sia, hanya buang-buang waktu, hanya buang-buang uang.

Namun mereka bertiga hanya tersenyum, karena mereka lebih paham daripada orang yang mencibir, tanpa melakukan apapun.

Terpopuler

Comments

❤Rainy wiraTama Yuda❤️

❤Rainy wiraTama Yuda❤️

Semangat kerjanya ya.. kang Fathan, mang Kamal dan Asep 🌱🚜

2022-10-21

0

LO AUTHORNYA GW JURINYA

LO AUTHORNYA GW JURINYA

gaada kejelasan tentang si cewe nya gajelas ceritanya aja terlalu di paksakan

2022-10-21

0

lihat semua
Episodes
1 KS. 1
2 ks. 2
3 ks. 3
4 ks. 4
5 ks. 5
6 ks. 6
7 ks. 7
8 ks. 8
9 ks. 9
10 KS. 10
11 KS. 11
12 KS. 12
13 KERANJANG SAYUR 13
14 ks. 14
15 ks. 15
16 ks. 16
17 ks. 17
18 ks. 18
19 ks. 19
20 ks. 20
21 ks. 21
22 ks. 22
23 ks. 24
24 ks 25
25 KS. 26
26 ks. 27
27 ks 28
28 ks 29
29 ks 30
30 ks 31
31 ks 32
32 ks 34
33 Ks. 34
34 KS. 35
35 KS. 35 B
36 Ks. 36
37 KS. 37
38 KS. 38
39 KS. 39
40 KS. 40
41 KS. 41
42 KS 42
43 KS. 43
44 KS 44
45 KS. 45
46 KS. 46
47 KS. 47
48 KS. 48
49 KS. 49
50 KS. 50
51 KS. 51
52 KS. 52
53 ks 53
54 KS. 54
55 KS. 55
56 KS. 56
57 KS. 57
58 ks 58
59 KS. 59
60 ks 60
61 KS. 61
62 ks. 62
63 Ks. 63
64 KS. 64
65 ks. 65
66 Ks 66
67 Ks 66
68 KS 68
69 KS. 69
70 Ks. 70
71 ks. 71
72 KS 72
73 KS. 73
74 KS. 74
75 KS. 75
76 KS. 76
77 ks 77
78 Ks. 78
79 KS 79
80 KS. 80
81 Ks. 81
82 KS. 82
83 KS. 83
84 KS 84
85 KS. 85
86 ks. 86
87 KS. 87
88 KS. 88
89 ks. 89
90 KS. 90
91 ks. 91
92 KS. 92
93 KS. 93
94 ks. 94
95 KS. 95
96 KS. 96
97 ks 97
98 KS. 98
99 KS. 99
100 KS. 100
101 KS. 101
102 KS. 102
103 KS. 103
104 KS. 104
105 ks. 105
106 KS. 106
107 KS. 107
108 KS. 108
109 KS. 109
110 KS. 110
111 KS. 111
112 KS. 112
113 KS. 113
114 Ks. 114
115 KS 115 TAMAT
Episodes

Updated 115 Episodes

1
KS. 1
2
ks. 2
3
ks. 3
4
ks. 4
5
ks. 5
6
ks. 6
7
ks. 7
8
ks. 8
9
ks. 9
10
KS. 10
11
KS. 11
12
KS. 12
13
KERANJANG SAYUR 13
14
ks. 14
15
ks. 15
16
ks. 16
17
ks. 17
18
ks. 18
19
ks. 19
20
ks. 20
21
ks. 21
22
ks. 22
23
ks. 24
24
ks 25
25
KS. 26
26
ks. 27
27
ks 28
28
ks 29
29
ks 30
30
ks 31
31
ks 32
32
ks 34
33
Ks. 34
34
KS. 35
35
KS. 35 B
36
Ks. 36
37
KS. 37
38
KS. 38
39
KS. 39
40
KS. 40
41
KS. 41
42
KS 42
43
KS. 43
44
KS 44
45
KS. 45
46
KS. 46
47
KS. 47
48
KS. 48
49
KS. 49
50
KS. 50
51
KS. 51
52
KS. 52
53
ks 53
54
KS. 54
55
KS. 55
56
KS. 56
57
KS. 57
58
ks 58
59
KS. 59
60
ks 60
61
KS. 61
62
ks. 62
63
Ks. 63
64
KS. 64
65
ks. 65
66
Ks 66
67
Ks 66
68
KS 68
69
KS. 69
70
Ks. 70
71
ks. 71
72
KS 72
73
KS. 73
74
KS. 74
75
KS. 75
76
KS. 76
77
ks 77
78
Ks. 78
79
KS 79
80
KS. 80
81
Ks. 81
82
KS. 82
83
KS. 83
84
KS 84
85
KS. 85
86
ks. 86
87
KS. 87
88
KS. 88
89
ks. 89
90
KS. 90
91
ks. 91
92
KS. 92
93
KS. 93
94
ks. 94
95
KS. 95
96
KS. 96
97
ks 97
98
KS. 98
99
KS. 99
100
KS. 100
101
KS. 101
102
KS. 102
103
KS. 103
104
KS. 104
105
ks. 105
106
KS. 106
107
KS. 107
108
KS. 108
109
KS. 109
110
KS. 110
111
KS. 111
112
KS. 112
113
KS. 113
114
Ks. 114
115
KS 115 TAMAT

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!