ks. 4

KIRANA

Gedung-gedung menjulang tinggi terlihat nampak sepi, mobil yang biasanya berlalu Lalang, sekarang nampak Lenggang. karena hari ini, masih hari libur lebaran. Kota Jakarta menampakan sisi lain, dari yang biasanya bergelut dengan kemacetan, kepadatan dan perlombaan memperbaiki taraf kehidupan. sekarang sepi bak kota mati yang ditinggalkan oleh para penghuni.

Begitu juga perumahan elit di Menteng Jakarta Pusat. yang biasanya hilir mudik orang yang lalu lalang, sekarang nampak sepi. hanya terlihat beberapa satuan pengaman yang berjaga di rumah-rumah. yang ditugaskan untuk menjaga hartanya, ketika mereka merayakan hari kemenangan di kampung

Namun ada salah satu rumah yang berbeda. Rumah itu terlihat ada yang menghuni seperti hari-hari biasa. yang berbeda, biasanya keluarga itu dilayani oleh para asisten rumah tangga, namun beberapa hari terakhir mereka melayani dirinya sendiri.

Di salah satu kamar lantai atas rumah, ada seorang gadis yang sedang mengambil foto wajahnya. Dia terus mengulang pekerjaannya itu hingga beberapa kali, bahkan mungkin tidak terhitung banyaknya. dia terus mengulang, ingin mendapat Angel terbaik, agar foto yang dihasilkan terbaik pula.

"Kenapa sih, jelek terus!" Gerutu wanita itu setelah melihat hasil tangkapan kameranya, padahal Wanita itu sangat cantik. Dia memiliki rambut panjang, dengan wajah oval  berkulit putih susu, dengan mata sedikit agak besar, yang dihiasi oleh bulunya yang lentik. apalagi wanita itu akan terlihat sangat cantik, ketika dia tersenyum. karena kedua pipinya dihiasi oleh lesung pipit.

Truk! truk! truk! truk!

"Kirana! Kirana! sarapan dulu, dari pagi kamu belum sarapan." teriak Winda ibunya, mengingatkan dari luar kamar.

"Bentar Bu! Kira-nya masih ada pekerjaan. nanti kalau udah selesai, Kirana turun ke bawah."

"Awas kalau kamu bohong! Nanti Ibu jewer sampai telingamu putus!" Ancam Winda sambil kembali menuruni anak tangga, mungkin dia sudah paham dengan karakter anaknya, yang tidak bisa diganggu ketika melakukan pekerjaan.

Cekrek! cekrek! cekrek!

Dia mengambil kembali foto dirinya, tampa sedikit pun memperdulikan ancaman sang ibu. Setelah foto itu diambil kemudian dia memperhatikan kembali hasil jepretan kamera handphonenya. "kayaknya ini bagus, tapi kurang cabi. harus dimasukkan aplikasi Photostop" gumam wanita itu sambil membuka aplikasi pengedit foto, yang ada di laptopnya. dia pun mulai mengutak-atik foto cantiknya, agar terlihat semakin cantik. setelah puas dengan hasil pekerjaannya, Kirana meng-save fotonya ke galeri, kemudian dia membuka aplikasi pesan berlogo telepon, berwarna hijau. setelah aplikasi itu terbuka, dengan cepat dia mengklik satu kontak, lalu mengirimkan semua hasil fotonya.

"Lihat gua dong! Please! gua udah cantik kan?" gumam Kirana sambil tersenyum puas, menunggu respon orang yang dia kirimi pesan dengan beberapa foto selfie-nya.

"Buka dong! buka pesan dari gua! masa lu nggak tertarik sama gua." Seru Kirana yang sedang bucin, terhadap seorang laki- laki. dia beberapa kali menggonta ganti aplikasi di handphone, sambil menunggu centang silver yang ada di pesan, menjadi centang biru.

Setengah jam berlalu dia terus melakukan hal bod0h itu, hingga akhirnya pesan yang ia kirim dibaca pria yang sedang ia kagumi.

"Good! Ayo bilang gue cantik!" Harap Kirana sambil tersenyum menunggu balasan pesan.

10 menit, 20 menit, 30 menit. dia terus menunggu balasan atau tanggapan foto yang ia kirimkan, namun seolah Acuh, pria itu tidak menghiraukannya.

"Kurang ajar! kamu Fathaaaaaaan!" ujarnya sambil memencet tombol Panggil di aplikasi pesan itu, Kirana nggak sabar dengan apa yang dilakukan oleh pria yang bernama Fathan.

Tuuuuuuuut! Tuuuuuuuuut! tuuuuuuuut! tut!

Telepon itu tersambung, namun belum diangkat. Setelah menunggu beberapa saat, akhirnya panggilan itu terhubung.

"Kenapa sih! lu tuh nggak peka!" Seloroh Kirana dengan nada kesal.

"Maaf Bu Kirana, ada apa? Saya sedang di dalam bis menuju Jakarta."

"Iya! tapi bisa kan, kamu balas pesan saya! Jangan cuek seperti itu, lah!"

"Maksudnya!"

"Ya, kamu kasih tanggapan apa, gitu! tentang foto yang aku kirim."

"Iya Ibu! ngapain kirim-kirim foto ke saya?" tanya Fathan tak sesuai dengan harapan Kirana. Bukan pujian yang di dapat. malah perkataan yang sangat mengesalkan yang didapat oleh wanita cantik itu.

"Ya, ampuuuuuuuuuun!" ujar Kirana sambil menepuk jidat, merasa perjuangannya dari pagi terasa sia-sia.

"Kenapa Bu! maaf, Udah dulu ya! Saya lagi di perjalanan. nggak enak, soalnya orang yang duduk di samping saya, sedang tertidur. takut mengganggu kenyamanannya."

"Yah buruan kamu ke sini! nanti kita sama-sama ke rumah sakit."

"Kenapa ke rumah sakit? Apa Bapak Wira Karna atau Ibu Winda yang sakit?" tanya suara Fathan.

"Nggak! keluarga gua baik-baik aja, cuma lo doang yang sakit."

"Terus Ngapain ibu ke rumah sakit. Saya sehat kok!"

"Kita scan kepalamu, siapa tahu saja kepalamu cuma Tempurung doang!" Gerutu Kirana sambil memutus telepon itu, membuat Fathan hanya tersenyum geli, melihat tingkah anehnya. kemudian dia memandangi kembali foto-foto yang  dikirimkan kirana. sedangkan orang yang mengirim foto itu, dia sedang uring-uringan merasa kesal, karena tidak ada respon positif dari Fathan. dia menjatuhkan tubuh ke atas kasur empuknya, lalu menatap plafon sambil mengeratkan gigi.

Truk! truk!  truk! truk!

"Masuk!"

"Ya Allah! kamu masih tiduran aja, katanya lagi kerja?" ujar Winda sambil membawa nampan yang berisi nasi dan lauk pauknya.

"Baru selesai Ibuuuuuu! tuh lihat laptopnya saja masih nyala." jawab Kirana sambil bangkit dari tempat tidur, kemudian dia duduk di samping ranjang.

"Makan dulu! nanti kamu sakit!" Seru Winda sambil menyimpan nampan yang ia bawa di atas nakas.

"Suapiiiin!" ujar Kirana yang terlihat manja.

"Kamu tuh udah gede, masih manja aja!"

"Biarin! sama ibunya ini.

"Halah! Kamu merepotkan saja!" ujar Winda sambil mengambil kembali nasi yang udah ia simpan. kemudian dia menyeduk nasi itu dengan sendok. Lalu didekatkan ke mulut anaknya yang sangat manja.

"Ibu?" Panggil Kirana di sela-sela kunyahannya.

"Apa?" tanya Winda sambil menatap ke arah anaknya, tangannya masih tetap menyatukan nasi dengan lauk, siap dimasukkan ke mulut anaknya.

"Dulu! bapak apa ibu yang ngejar-ngejar?"

"Maksudnya?" tanya Winda mengerutkan dahi, karena dia tidak paham dengan apa yang diucapkan oleh anak manjanya.

"Ya, dulu bapak apa Ibu yang ngajar-ngejar cinta kalian?"

"Enggak ada yang mengejar. kita saling berjuang bersama untuk saling meyakinkan. bahwa kita adalah pasangan yang terbaik."

"Terus siapa yang paling pertama berjuang?"

"Bapak lah! masa ibu, ibu kan perempuan."

"Bahagia gak Bu! kalau diperjuangkan oleh orang yang sangat kita cintai?"

"Banget!"

"Ibuuuuuuu!"

"Iya bahagialah! kan sejatinya perempuan itu diperjuangkan, setelah diperjuangkan baru berjuang bersama-sama, untuk saling melengkapi satu sama lain. karena di dunia ini, manusia tidak ada yang sempurna."

"Kapan ya, aku diperjuangin seperti itu?"

"Siapa yang mau perjuangin cewek manja seperti kamu?" tanya Winda seolah meledek anaknya.

"Emang Kirana manja yah?"

"Bangeeeeet!" jawab Winda sambil mencubit hidung anaknya.

"Kalau aku suka sama seseorang, terus orang itu tidak memberikan respon, harus gimana ya, bu?"

"Gampang!"

"Caranya?"

"Tuh ada kaca!"

"Ibu kenapa sih gitu terus! aku anakmu loh bu, bukan anak tiri!"

"Iya maksudnya kamu ngaca! Lihat apa kekurangan dirimu, apa kamu kurang menarik, kurang cantik, kurang akhlak?"

"Emang Kirana akhlaknya jelek ya, Bu? sampai-sampai Nggak ada yang mau sama Kirana."

"Nggak juga! cuman ada sedikit!"

"Apa itu?"

"Manjamu, nggak ketulungan!"

"Berarti kalau hanya itu kekurangan Kirana, Ibu mengakui dong! kalau aku anak Ibu ini cantik dan menarik."

"Udah ah! jangan ngobrol melulu. Ayo habiskan makanannya!" Seru Winda sambil menyuapkan nasi terakhir yang ada di piring.

Mereka pun terus mengobrol membahas berbagai hal, karena ibu dan anak itu, sangat akrab. sehingga tidak ada jarak di antara mereka, layaknya seperti teman yang sedang bercerita kepada sahabatnya. namun walaupun seperti itu, Kirana tetap menghormati ibunya, karena dia tahu batasan sejauh mana dia harus berinteraksi dengan orang tuanya.

****

Keesokan paginya, kota Jakarta mulai terlihat ramai. setelah orang-orang yang mudik dari kampung, sudah kembali datang ke Jakarta. kantor kantor sudah mulai dibuka, meski ada juga yang masih tutup. jalanan mulai terlihat ramai kembali, meski tak seramai biasanya. kota Jakarta hari ini seperti dilahirkan kembali, setelah menjadi kota mati untuk beberapa saat.

Di salah satu kantor perusahaan properti yang berada di jalan TB Simatupang. terlihat ada beberapa karyawan yang sudah mulai masuk. Meski belum full seperti biasa, namun itu sudah terlihat bagus, daripada kantor-kantor yang masih tutup.

Dari arah parkiran terlihat pria paruh baya dengan menggunakan kemeja berwarna putih, berjas coklat. tak lupa dasi mengait di lehernya. dengan segera dia pun turun dari balik kemudi, karena sopir yang biasa mengantarnya belum pulang dari kampung. dengan berjalan perlahan dia mulai memasuki kantor. para staf semua menganggukan kepala memberi penghormatan kepada pimpinan mereka.

Pria itu mendekati meja resepsionis. "Panggil Ratna ke ruangan saya!" serunya kepada penjaga, tanpa menunggu jawabannya dia langsung naik ke lantai atas menggunakan lift, untuk menuju ke ruangannya.

Truk! truk! truk!

"Masuk!"

"Selamat pagi Pak Wira karna, apa Bapak memanggil saya?" tanya Ratna sambil menatap ke arah pria yang sedang duduk di kursi kebanggaannya.

"Apa Fathan sudah masuk kerja?" tanya Wira tanpa menyuruh asisten pribadinya duduk terlebih dahulu.

"75% karyawan kita sudah masuk semua, pak! hanya yang dari luar pulau yang belum masuk. mungkin mereka terjebak macet." jelas Ratna.

"Tolong agendakan, nanti setelah melaksanakan salat zuhur kita mengadakan rapat!"

"Baik Pak! apa ada lagi yang bapak ingin saya kerjakan?"

"Untuk sekarang, itu aja dulu!" jawab Wira sambil menatap kembali ke arah berkas yang sedang ia pegang.

"Baik kalau begitu! saya izin pamit." ucap Ratna sambil manggut memberikan penghormatan. pria itu hanya menggerakkan tangannya, agar Ratna cepat keluar dari ruangannya.

Episodes
1 KS. 1
2 ks. 2
3 ks. 3
4 ks. 4
5 ks. 5
6 ks. 6
7 ks. 7
8 ks. 8
9 ks. 9
10 KS. 10
11 KS. 11
12 KS. 12
13 KERANJANG SAYUR 13
14 ks. 14
15 ks. 15
16 ks. 16
17 ks. 17
18 ks. 18
19 ks. 19
20 ks. 20
21 ks. 21
22 ks. 22
23 ks. 24
24 ks 25
25 KS. 26
26 ks. 27
27 ks 28
28 ks 29
29 ks 30
30 ks 31
31 ks 32
32 ks 34
33 Ks. 34
34 KS. 35
35 KS. 35 B
36 Ks. 36
37 KS. 37
38 KS. 38
39 KS. 39
40 KS. 40
41 KS. 41
42 KS 42
43 KS. 43
44 KS 44
45 KS. 45
46 KS. 46
47 KS. 47
48 KS. 48
49 KS. 49
50 KS. 50
51 KS. 51
52 KS. 52
53 ks 53
54 KS. 54
55 KS. 55
56 KS. 56
57 KS. 57
58 ks 58
59 KS. 59
60 ks 60
61 KS. 61
62 ks. 62
63 Ks. 63
64 KS. 64
65 ks. 65
66 Ks 66
67 Ks 66
68 KS 68
69 KS. 69
70 Ks. 70
71 ks. 71
72 KS 72
73 KS. 73
74 KS. 74
75 KS. 75
76 KS. 76
77 ks 77
78 Ks. 78
79 KS 79
80 KS. 80
81 Ks. 81
82 KS. 82
83 KS. 83
84 KS 84
85 KS. 85
86 ks. 86
87 KS. 87
88 KS. 88
89 ks. 89
90 KS. 90
91 ks. 91
92 KS. 92
93 KS. 93
94 ks. 94
95 KS. 95
96 KS. 96
97 ks 97
98 KS. 98
99 KS. 99
100 KS. 100
101 KS. 101
102 KS. 102
103 KS. 103
104 KS. 104
105 ks. 105
106 KS. 106
107 KS. 107
108 KS. 108
109 KS. 109
110 KS. 110
111 KS. 111
112 KS. 112
113 KS. 113
114 Ks. 114
115 KS 115 TAMAT
Episodes

Updated 115 Episodes

1
KS. 1
2
ks. 2
3
ks. 3
4
ks. 4
5
ks. 5
6
ks. 6
7
ks. 7
8
ks. 8
9
ks. 9
10
KS. 10
11
KS. 11
12
KS. 12
13
KERANJANG SAYUR 13
14
ks. 14
15
ks. 15
16
ks. 16
17
ks. 17
18
ks. 18
19
ks. 19
20
ks. 20
21
ks. 21
22
ks. 22
23
ks. 24
24
ks 25
25
KS. 26
26
ks. 27
27
ks 28
28
ks 29
29
ks 30
30
ks 31
31
ks 32
32
ks 34
33
Ks. 34
34
KS. 35
35
KS. 35 B
36
Ks. 36
37
KS. 37
38
KS. 38
39
KS. 39
40
KS. 40
41
KS. 41
42
KS 42
43
KS. 43
44
KS 44
45
KS. 45
46
KS. 46
47
KS. 47
48
KS. 48
49
KS. 49
50
KS. 50
51
KS. 51
52
KS. 52
53
ks 53
54
KS. 54
55
KS. 55
56
KS. 56
57
KS. 57
58
ks 58
59
KS. 59
60
ks 60
61
KS. 61
62
ks. 62
63
Ks. 63
64
KS. 64
65
ks. 65
66
Ks 66
67
Ks 66
68
KS 68
69
KS. 69
70
Ks. 70
71
ks. 71
72
KS 72
73
KS. 73
74
KS. 74
75
KS. 75
76
KS. 76
77
ks 77
78
Ks. 78
79
KS 79
80
KS. 80
81
Ks. 81
82
KS. 82
83
KS. 83
84
KS 84
85
KS. 85
86
ks. 86
87
KS. 87
88
KS. 88
89
ks. 89
90
KS. 90
91
ks. 91
92
KS. 92
93
KS. 93
94
ks. 94
95
KS. 95
96
KS. 96
97
ks 97
98
KS. 98
99
KS. 99
100
KS. 100
101
KS. 101
102
KS. 102
103
KS. 103
104
KS. 104
105
ks. 105
106
KS. 106
107
KS. 107
108
KS. 108
109
KS. 109
110
KS. 110
111
KS. 111
112
KS. 112
113
KS. 113
114
Ks. 114
115
KS 115 TAMAT

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!