"Wili tidak apa-apa kok ma, pa. Wili hanya memikirkan sesuatu"
"Memikirkan sesuatu? Apa yang sedang kamu pikirkan Wil?" Tanya Liana pada William
"Pekerjaan ma"
Mendengar jawaban yang keluar dari mulut William membuat Bagaskara mengangkat sebelah alisnya."Pekerjaan! Papa pikir tentang calon istri"
"Ya itu juga salah satunya pa"
"Memangnya kamu sudah ada wanita untuk di jadikan istri?"
"Masih di cari ma, belum ketemu"
"William pulang dulu ma, pa"
William berdiri dari duduknya. Pria itu kembali ke penyamarannya lagi. Menjadi seorang Driver ojek online.
"Sampai kapan kamu akan seperti ini Wil, Memangnya kamu gak mau tinggal bersama mama dan papa lagi?" Lirih Liana sendu saat William mau melangkah keluar dari rumah itu.
"Sabar ma, nanti kalau Wili sudah menemukan wanita yang tepat, Wili akan membuka identitas asli Wiliam. kalau gitu Wili pamit ya Ma, pa"
"Hati-hati ya sayang, jaga diri baik-baik"Ucap Liana sambil memeluk William
"Mama tenang saja, Sekarang William sudah dewasa. William bisa menjaga diri sendiri"
William membalas pelukan mamanya. Memang selalu seperti itu jika William akan pulang ke Apartemennya. Liana selalu menganggap Wiliam seperti anak kecil.
"Ternyata kamu sudah besar nak"
"Sudah ma, biarkan Wiliam pulang. nanti kalau mama seperti ini terus, yang ada William makin malem pulangnya. Memang mama gak khawatir kalau Wili di jalan kemalaman.
Di kediaman Wirayudo
Saat Melinda ingin mengambil sesuatu dari lemari pendingin. Tiba-tiba wanita paruh baya itu tidak sengaja mendengar penjaga rumah dan asisten rumah tangganya sedang membicarakan tentang Emilia. mendengar itu membuat Melinda semakin mendekat ke arah mereka.
"Eh mbk. kamu tau tidak jika Nan Emilia dulu sering datang ke rumah ini" Ucap penjaga itu pada Jamila
"Yang bener pak? Memang nya bapak tau dari siapa?"
"Jangan bilang-bilang tapi ya"
"Iya, saya gak bakal bilang sama siapa-siapa kok pak"
"Jadi, Setelah pergi dari rumah, sebenarnya saya sering melihat nona Emilia datang melihat nyonya dan tuan dari celah pagar"
"Yang bener pak? Apa nyonya dan tuan tau soal ini?"
"Iya beneran mbk, Nona selalu datang diam-diam. tuan dan nyonya tidak ada yang tau, makanya saya ngomong jangan bilang-bilang"
"Eh iya ya pak, tadi kan bapak sudah ingetin saya ya"
"Huu dasar si mbk"
"Terus pak"
"Mbk tau gak, pas acara pernikahan non Siren dengan mas David. saya gak sengaja memergoki nona Emilia lagi. Matanya terlihat begitu sendu saat menyaksikan acara itu. Dan kemarin saya juga liat nona Emilia datang lagi, perutnya sudah besar loh mbk. Tapi setelah saya samperin nona Emilia malah pergi, sambil nangis gitu"
"Kasian nona Emilia ya pak, pasti hatinya sangat terluka" Jawab Jamila setelah mendengar cerita dari pak Diki
"Iya kalau soal itu sudah pasti mbk. Nona Emilia pasti sangat tertekan dengan keadaan ini. Saya lihat tubuhnya kurusan sekarang"
Melinda yang mendengar itu langsung mendekat ke arah kedua pekerja di rumahnya. Wanita paruh baya itu juga ingin mendengar secara langsung tentang keadaan anaknya.
"Apa pak! Emilia sering datang kesini?" Tanya Melinda tiba-tiba
"Eh nyonya" Pak Diki terkejut saat melihat keberadaan Melinda di sana
"Pak, apa benar Emilia sering datang kesini secara diam-diam?" Tanya Melinda lagi
"Em anu nyonya" Pak Diki menggaruk kepalanya yang tidak gatal. pria paruh baya itu masih mengingat perkataan Emilia. jangan sampai kedua orang tuanya tau tentang hal ini.
"Ayo cepat katakan pak Diki, Saya sangat merindukan Emilia" Ucapnya sendu
Mendengar itu membuat pak Diki melirik ke arah mbk Jamila seakan meminta pendapat. Mbk Jamila yang memahami maksud pak Diki pun langsung mengangguk pelan.
"Iya nyonya. Jadi setelah pergi dari rumah, ternyata Nona Emilia setiap hari minggu datang kesini nyonya. Pernah beberapa kali saya melihat, tapi saat saya mau menghampiri nona Emilia malah pergi"
"Kamu gak bohong kan pak Diki?"
"Buat apa saya berbohong nyonya. Dan pada saat acara pernikahan non Siren dengan mas David. Saya kembali melihat nona Emilia yang terlihat begitu menahan rasa sakit. Tapi saat saya mau menghampirinya, nona Emilia lari dengan Air mata yang sudah mulai menumpuk di kedua pelupuk matanya"
"Terus pak, apa akhir-akhir ini Emilia tidak datang lagi?"
"Masih nya, Kemarin saat saya lagi mau buang sampah, Saya melihat nona Emilia yang memperhatikan nyonya dengan tuan yang sedang duduk di teras"
"Apa, lalu kenapa kamu tidak memintanya masuk pak Diki?"
"Sudah nya, tapi nona Emilia tidak mau, dia bilang sudah tidak pantas untuk masuk ke rumah ini lagi, dan nona Emilia juga bilang, jika itu terakhir kalinya nona datang kesini nya"
"Apa kamu tidak bertanya apa alasannya tidak mau datang lagi?"
"Belum sempat saya bertanya Nona Emilia langsung pergi begitu saja nya, kasian nya. Perutnya sudah besar, Tubuh nona Emilia juga terlihat semakin kurus"
"Astagfirullah"
Mendengar cerita dari pak Diki membuat lutut Melinda terasa begitu lemas, dadanya terasa sesak. hingga tak lama butiran bening itu sudah mulai turun membasahi kedua pipinya.
"Ada apa ini?" Suara berat Wirayudo tiba-tiba terdengar nyaring di dalam dapur itu
"Mama, mama kenapa ma?"
"Emilia pa, Mama mau ketemu sama Emilia" Ucap Melinda pada Wirayudo
"Papa sudah katakan. jangan pernah menyebutkan nama Emilia lagi ma, Dia sudah bukan anak kita"
"Mau sampai kapan papa lebih mementingkan Ego papa. Apa papa tidak pernah berfikir apa yang Emilia makan selama ini, apa papa tidak khawatir padanya"
"Sudah ma, jangan bahas masalah Emilia lagi" Ucapnya dan langsung pergi begitu saja
"Kalau papa tidak mau mencari Emil, Biar mama sendiri yang mencarinya. Papa benar-benar keterlaluan, Apa papa tidak menyayanginya.! dia putri kita pa, Dia harta yang sulu selalu kita harapkan, Dia berlian kita pa" Ucapan Melinda membuat Wirayudo menghentikan langkahnya.
"Mama pikir papa tidak khawatir sama Emil, Mama pikir papa tidak sayang. Asal mama tau, selama ini papa selalu menghawatirkan keadaan Emilia ma, dia adalah jantung hati papa, Apa papa salah jika papa kecewa?"
"Papa tidak salah kecewa.Tapi rasa kecewa papa sudah membuat anak kita terluka. Papa Egois"
Setelah mengatakan hal itu Melinda pergi meninggalkan Wirayudo yang sudah nampak terlihat pias.
Tanpa terasa malam berlalu begitu cepat. Emilia menggeliat saat suara alarm mulai mengusik tidurnya.
"Ehhmmm" Emilia merenggangkan otot tangannya.
Setelah kesadarannya terkumpul sempurna. Emilia bangkit dari duduknya dan berjalan ke arah kamar mandi.
Hari ini adalah hari pertama Emilia akan masuk kerja di butik milik Widi. Hari ini juga hari pertama Emilia akan mengirim gambar hasil rancangannya ke BAGASKARA GRUP.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 125 Episodes
Comments
Deniayu ajah⚞⚟🧕🤑💦
kecewa boleh pa tapi jangan segitu nya kasian Emil, seharusnya papa cari tau kebenaran nya pa
2023-01-26
1
.
kecewa sih boleh aja tapi hanya tau juga sbnarnya bukan salah Emil...
2023-01-26
1
🍭ͪ ͩႮოi⛅ͧ ͫ ͥ
jika papa mu tidak egois pasti kamu tidak bgni emilia kamu bakal terurus ,keranA iri hati nya siren kepda mu la jadi bgitu
2023-01-25
0