Songolas

"Menurut informasi yang kudapat, Badut 5 adalah seorang pemilik toko kelontong di pinggiran kota ini," ucap Nilla dengan wajah mungilnya yang nampak serius.

"Siapa namanya?" tanya Angel antusias.

Nilla hanya tersenyum, kemudian menggeleng perlahan.

"Sayangnya aku nggak tahu sampai sejauh itu. Toko kelontong di desa N, laki-laki dengan tato bergambar kalajengking di lengan kanannya, hanya itu yang bisa kusampaikan sekarang," jawab Nilla sembari memeriksa catatan di handphone nya.

"Badut 8 seorang laki-laki dengan sebutan arloji emas. Dan kini Badut 5 adalah laki-laki dengan tato kalajengking di lengan kanannya. Menemukan para Badut nyatanya tak semudah yang aku perkirakan. Informasi yang ada, selalu saja hanya sepotong-sepotong," gumam Angel kesal.

"Bukannya malah seru," sahut Nilla sambil tersenyum.

"Hey, sebelum perburuan kalian dimulai, aku membutuhkan SIM Card untuk handphone ku. Bukankah kamu telah berjanji Angel? Aku pun butuh melihat media sosial, melihat berita terbaru di luar sana." Wildan menyela setelah beberapa saat terdiam.

"Oh ya benar. Aku hampir melupakannya," sahut Angel menepuk dahinya sendiri.

"Serahkan handphone mu pada Nilla, biar dia yang me nyetting nya. Kamu terima beres," perintah Angel. Nilla pun mengangguk meyakinkan.

Wildan teringat akan lembar uang 50 ribuan lawas di balik penutup handphone nya. Dia masih belum bisa mempercayai dua perempuan yang ada di hadapannya itu. Wildan tidak mau memperlihatkan uang 50 ribuan lawasnya, sebelum dia merasa yakin bahwa Angel dan Nilla adalah orang yang sejalan dan se tujuan dengannya.

"Aku mau ke toilet dulu. Toilet di sebelah mana?" tanya Wildan celingak celinguk.

"Lurus saja ke belakang. Melewati ruang untuk nonton tv, terus ke belakang, ada dapur. Nah di ujung dapur ada pintu, buka saja. Toilet ada disitu," jawab Nilla.

Wildan segera beranjak sesuai petunjuk sang tuan rumah. Dia berjalan melewati ruang tv. Ruangan sempit hanya ada sebuah meja dengan tv LED kecil, digital receiver, serta sebuah konsole game yang terlihat baru. Di lantai depan tv ada sebuah kasur lantai kumal bermotif pulkadot.

Kaki Wildan terus melangkah sambil matanya asyik mengamati setiap detil rumah Nilla. Sebelum sampai di dapur, pandangan Wildan menangkap sebuah bingkai foto lawas yang terpajang di dinding. Sebuah foto hitam putih berukuran 4R yang memperlihatkan dua bayi dengan senyumnya yang menampakkan gusi tanpa gigi.

Wildan kembali melangkah. Kini dia sampai di bagian dapur yang meski terlihat sederhana namun bersih dan rapi. Wildan membuka pintu yang terletak di ujung dapur. Rupanya setelah pintu itu merupakan halaman belakang yang tak terlalu luas. Pagar dari kawat, menjadi batas tanah dengan tetangga.

Mesin cuci yang terlihat berumur bersandar di dinding, dengan bak cucian penuh pakaian dalam si pemilik rumah. Terlihat warna warni dan berenda menumpuk begitu saja. Jemuran dari stainless berdiri di atas rerumputan liar. Sedangkan kamar mandi, ada 2 bilik terletak di sudut halaman, terpisah dengan bangunan utama.

Wildan tak ingin ke kamar mandi. Dia hanya berusaha menghindar dari Angel dan Nilla. Wildan merogoh handphone, dan melepas penutupnya yang berwarna bening itu. Dia mengambil uang 50 ribuan lawas, dan memasukkannya ke saku celana. Kemudian segera berjalan kembali ke dalam rumah.

"Ini handphone ku," ucap Wildan menyodorkan handphone nya saat sudah berada di hadapan Nilla. Perempuan berkacamata itu kini terlihat memangku sebuah laptop berlogo jeruk.

"Kamu tadi buang air kecil?" tanya Angel tiba-tiba.

"Iya, kenapa?" Wildan balik bertanya.

"Tanganmu nggak terlihat basah. Kamu nggak cuci tangan? Menjijikkan!" bentak Angel.

Wildan langsung terdiam. Dia tak pernah menduga Angel se detail itu. Perempuan itu terasa benar-benar memperhatikan gelagat dan tingkah Wildan. Dalam hati Wildan menduga, Angel memang sengaja mengawasinya.

"Maaf, laki-laki sepertiku seringkali berkelakuan jorok," ucap Wildan tertunduk. Tak ada pilihan lain kecuali meminta maaf.

"Oke nggak pa pa. Santai saja Wildan. Angel saja yang berlebihan," sambung Nilla sambil tersenyum.

"Aku mau mandi. Gerah." Angel berdiri dari duduknya dan beranjak masuk ke dalam kamar Nilla. Dia mengambil handuk warna merah maroon dan bergegas ke kamar mandi. Kini hanya ada Wildan dan Nilla di ruang tamu. Nilla sibuk mengotak atik handphone milik Wildan.

"Sampai detik ini, aku masih belum percaya sepenuhnya kalau Bapakku adalah seorang penjah*t," gumam Wildan lirih.

"Berdasar cerita orang-orang, Bapakku dulu juga bukan sosok orang yang baik budi dan sifatnya. Aku yang tak pernah melihat rupa wajahnya pun sebenarnya tak merasa memiliki ikatan batin dengannya," sahut Nilla santai.

"Maka dari itu, aku benar-benar tak butuh permintaan maaf dari keluarga para Badut. Termasuk darimu. Kamu nggak punya hutang maaf padaku," lanjut Nilla.

"Lalu, apa yang sebenarnya kamu inginkan dengan pembalasan dendam ini?" Wildan mengernyitkan dahi.

"Gimana ya. Meskipun mungkin Bapakku bukan orangtua yang baik, tapi seandainya tragedi peramp*kan itu tak terjadi, hidupku jelas lebih tertata. Secara materi pasti, juga secara batin. Bukankah wajar di masa kecilmu memimpikan memiliki sebuah keluarga lengkap? Aku mungkin tidak memiliki ikatan dan kerinduan pada Bapakku. Tapi para Badut, jelas memiliki dosa pada bocah yang hidupnya berantakan akibat peramp*kan yang merenggut nyawa," jawab Nilla tegas. Wildan menelan ludah, dadanya terasa sesak.

Akhirnya kini Wildan menyadari alasan Bapaknya nekat mengakhiri hidup. Mungkin saja di masa tua nya dia dihantui rasa penyesalan. Dan sangat disayangkan anak laki-laki satu-satunya tak bisa diharapkan. Hubungan Bapak dan anak yang renggang, membuat mereka jarang bertegur sapa.

Sejujurnya se buruk apapun Pak Umar, Wildan tetap menyayanginya. Rasa sayang yang tak pernah diungkapkan. Entah kenapa semakin bertambah usia, manusia acap kali merasa kesulitan mengungkapkan dan menunjukkan rasa sayang pada orangtuanya. Padahal semasa kecil dulu, memeluk orangtua adalah hal yang mudah dilakukan. Namun, setelah beranjak remaja dan dewasa, sulit mengulang sikap manja itu.

"Jadi, Bapakmu terbun*h saat peristiwa peramp*kan itu?" tanya Wildan penasaran.

"Iya. Nanti setelah handphone mu bisa digunakan searching saja sendiri, tragedi pada tahun 91 itu," ucap Nilla.

"Lalu, di antara 12 Badut siapa kiranya yang sudah merenggut nyawa Bapakmu?" tanya Wildan sekali lagi.

"Tidak tahu. Hanya para Badut yang tahu. Bisa saja pelakunya adalah Bapakmu Wildan." Nilla menatap Wildan dengan tajam. Bola mata laki-laki itu nampak bergetar sesaat, kemudian dia mengalihkan pandangan.

"Tapi sekali lagi kutegaskan, kamu tak memiliki hutang maaf padaku. Dosa orangtua tidak diwariskan pada anaknya. Tenanglah, rileks. Kamu terlihat sangat tegang," ucap Nilla dengan nada bergurau.

Wildan sekali lagi menelan ludah. Bagaimana mungkin dia bisa tenang di hadapan seorang perempuan yang hancur hidupnya akibat ulah dan dosa Bapaknya di masa lalu? Dosa memang tidak bisa diwariskan, namun dendam bisa mendarah daging dan turun temurun. Wildan sadar betul akan hal itu.

Bersambung___

Terpopuler

Comments

julius

julius

makin menarik thor 👍

2024-03-03

0

Namgildaero

Namgildaero

logo jeruk? 🤭

2023-01-29

0

IG: _anipri

IG: _anipri

bener bgt itu

2023-01-23

1

lihat semua
Episodes
1 Siji
2 Loro
3 Telu
4 Papat
5 Limo
6 Nem
7 Pitu
8 Wolu
9 Songo
10 NOVEL CETAK RUMAH TENGAH SAWAH
11 Sepuluh
12 Sewelas
13 Rolas
14 Telulas
15 Patbelas
16 Limolas
17 Nembelas
18 Pitulas
19 Wolulas
20 Songolas
21 Rongpuluh
22 Selikur
23 Rolikur
24 Telulikur
25 Patlikur
26 Selawe
27 Nemlikur
28 Pitulikur
29 Wolulikur
30 Songolikur
31 Telungpuluh
32 Telungpuluh Siji
33 Telungpuluh Loro
34 Telungpuluh Telu
35 Telungpuluh Papat
36 Telungpuluh Limo
37 Telungpuluh Nem
38 Telungpuluh Pitu
39 Telungpuluh Wolu
40 Telungpuluh Songo
41 Patangpuluh
42 Patangpuluh Siji
43 Patangpuluh Loro
44 Patangpuluh Telu
45 Patangpuluh Papat
46 Patangpuluh Limo
47 Patangpuluh Nem
48 Patangpuluh Pitu
49 Patangpuluh Wolu
50 Patangpuluh Songo
51 Seket
52 Seket Siji
53 Seket Loro
54 Seket Telu
55 Seket Papat
56 Seket Limo
57 Seket Nem
58 Seket Pitu
59 Seket Wolu
60 Seket Songo
61 Sewidak
62 Sewidak Siji
63 Pengumuk an (Umuk = cerita dalam dialeg tempat tinggal yang nulis)
64 Sewidak Loro
65 Sewidak Telu
66 Sewidak Papat
67 Sewidak Limo
68 Sewidak Nem
69 Sewidak Pitu
70 Sewidak Wolu
71 Sewidak Songo
72 Pitungpuluh
73 Pitungpuluh Siji
74 Pitungpuluh Loro
75 Pitungpuluh Telu
76 Uneg-uneg (boleh Skip)
77 Pitungpuluh Papat
78 Pitungpuluh Limo
79 Pitungpuluh Nem
80 Pitungpuluh Pitu
81 Pitungpuluh Wolu
82 Pitungpuluh Songo
83 Wolongpuluh
84 Wolongpuluh Siji
85 Wolongpuluh Loro
86 Wolongpuluh Telu
87 Wolongpuluh Papat
88 Wolongpuluh Limo
89 Wolongpuluh Nem
90 Wolongpuluh Pitu
91 Wolongpuluh Wolu
92 Wolongpuluh Songo
93 Sangangpuluh
94 Sangangpuluh Siji
95 Sangangpuluh Loro : Akhir
96 Ijin Promo Judul Baru
97 Judul Horor Baru bung Kus
Episodes

Updated 97 Episodes

1
Siji
2
Loro
3
Telu
4
Papat
5
Limo
6
Nem
7
Pitu
8
Wolu
9
Songo
10
NOVEL CETAK RUMAH TENGAH SAWAH
11
Sepuluh
12
Sewelas
13
Rolas
14
Telulas
15
Patbelas
16
Limolas
17
Nembelas
18
Pitulas
19
Wolulas
20
Songolas
21
Rongpuluh
22
Selikur
23
Rolikur
24
Telulikur
25
Patlikur
26
Selawe
27
Nemlikur
28
Pitulikur
29
Wolulikur
30
Songolikur
31
Telungpuluh
32
Telungpuluh Siji
33
Telungpuluh Loro
34
Telungpuluh Telu
35
Telungpuluh Papat
36
Telungpuluh Limo
37
Telungpuluh Nem
38
Telungpuluh Pitu
39
Telungpuluh Wolu
40
Telungpuluh Songo
41
Patangpuluh
42
Patangpuluh Siji
43
Patangpuluh Loro
44
Patangpuluh Telu
45
Patangpuluh Papat
46
Patangpuluh Limo
47
Patangpuluh Nem
48
Patangpuluh Pitu
49
Patangpuluh Wolu
50
Patangpuluh Songo
51
Seket
52
Seket Siji
53
Seket Loro
54
Seket Telu
55
Seket Papat
56
Seket Limo
57
Seket Nem
58
Seket Pitu
59
Seket Wolu
60
Seket Songo
61
Sewidak
62
Sewidak Siji
63
Pengumuk an (Umuk = cerita dalam dialeg tempat tinggal yang nulis)
64
Sewidak Loro
65
Sewidak Telu
66
Sewidak Papat
67
Sewidak Limo
68
Sewidak Nem
69
Sewidak Pitu
70
Sewidak Wolu
71
Sewidak Songo
72
Pitungpuluh
73
Pitungpuluh Siji
74
Pitungpuluh Loro
75
Pitungpuluh Telu
76
Uneg-uneg (boleh Skip)
77
Pitungpuluh Papat
78
Pitungpuluh Limo
79
Pitungpuluh Nem
80
Pitungpuluh Pitu
81
Pitungpuluh Wolu
82
Pitungpuluh Songo
83
Wolongpuluh
84
Wolongpuluh Siji
85
Wolongpuluh Loro
86
Wolongpuluh Telu
87
Wolongpuluh Papat
88
Wolongpuluh Limo
89
Wolongpuluh Nem
90
Wolongpuluh Pitu
91
Wolongpuluh Wolu
92
Wolongpuluh Songo
93
Sangangpuluh
94
Sangangpuluh Siji
95
Sangangpuluh Loro : Akhir
96
Ijin Promo Judul Baru
97
Judul Horor Baru bung Kus

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!