Sepuluh

Pak Anwar memandangi dua orang yang ada di hadapannya secara bergantian. Dia menyadari tatapan mata Wildan yang sayu dan syarat akan kesedihan. Jelas, mantan muridnya itu kecewa. Orang yang dikira baik dan paling peduli nyatanya adalah seorang laki-laki bertopeng badut dengan tangan penuh dosa dari masa lalu.

"Hey, Pak Tua! Ada beberapa pertanyaan untukmu. Jawab dengan jujur dan kamu akan kubiarkan hidup!" bentak Angel tiba-tiba.

"Aku nggak ada urusan denganmu Nona. Aku tak mengenalmu. Lagipula kamu pikir aku akan takut dengan gertak sambalmu? Ha ha ha!" Pak Anwar tergelak, menertawakan Angel yang tengah memasang wajah sangar.

"Aku sudah kenyang asam garam dunia kejahatan. Jangan kamu pikir aku akan tunduk pada bocah kemarin sore," lanjut Pak Anwar mengejek.

"Oh ya? Lalu, Pak Tua yang paling berpengalaman ini tak bisa membedakan mana yang hanya menggertak dan mana yang bersungguh-sungguh ingin mencabik-cabik tubuhnya?" Angel tersenyum sinis. Dia mengambil pisau lipat milik Pak Anwar yang tadi dia pungut.

"Hey hey, mau apa kau?" Wildan panik melihat Angel yang memain-mainkan pisau lipat di tangannya.

Angel mengacuhkan Wildan. Dia tersenyum menatap wajah Pak Anwar. Laki-laki tua itu nampak terkekeh mengejek. Bahunya berguncang-guncang perlahan menahan tawa.

"Jangan anggap aku lelucon Pak Tua!" bentak Angel seraya mengayunkan pisau lipat di tangannya, tepat menghujam paha Pak Anwar sebelah kanan.

"Arrghhh! Brengsek! Perempuan kurang ajar!" Pak Anwar melotot kesakitan. Dia mengerang dan mengumpat. Sama sekali tak menduga perempuan muda di hadapannya itu begitu berani menyerangnya.

Angel tersenyum puas. Tangannya penuh cipratan cairan warna merah kental. Wildan terbelalak tak percaya. Perempuan yang saat ini memunggunginya itu ternyata lebih mengerikan dari dugaan.

"Arrghhh Argghhh!" Pak Anwar masih mengerang kesakitan. Dengan kasar Angel menepuk-nepuk paha Pak Anwar yang terluka menganga.

"Jawab pertanyaanku tua bangka!" bentak Angel sekali lagi. Pak Anwar menarik nafas dalam-dalam, menahan ngilu dan sakit yang tak terperi.

"Kamu sudah gila!" Wildan menarik lengan Angel. Memaksanya untuk menjauhi Pak Anwar.

"Bukankah Pak Tua itu juga sama gila nya denganku? Dia hendak menghabisimu tadi!" bentak Angel melepas cengkeraman tangan Wildan.

Angel kembali mengarahkan tatapan matanya yang tajam pada Pak Anwar. Dan orangtua itu kali ini terlihat ketakutan. Rasa sakit di paha kanan menjadi alarm tanda bahaya dan menegaskan bahwa Angel sanggup mencelakai bahkan menghabisi tubuh renta Pak Anwar.

"Sekarang jawab aku, Pak Tua! Kamu adalah Badut 6. Pelaku perampokan di rumah pengusaha kaya raya pada tahun 1991 silam, benar begitu?" tanya Angel tegas.

"Bagaimana kamu tahu? Si-siapa kamu sebenarnya?" Pak Anwar nampak terkejut. Bola matanya membulat dan bergetar.

"Hey diam! Peraturannya adalah aku yang bertanya kamu yang menjawab, bukan sebaliknya," ucap Angel setengah membentak.

"Pertanyaan kedua, untuk apa kamu mengincar pemuda lembek di belakangku ini?" tanya Angel sambil memicingkan matanya ke arah Wildan.

"Kenapa kamu tak bertanya saja padanya? Wildan sudah tahu alasan kenapa aku ingin mencelakainya," jawab Pak Anwar ketus.

Angel mendesis perlahan, kemudian kembali menggenggam gagang pisau lipat di paha Pak Anwar. Dengan senyuman yang terkembang lebar dia menggoyang-goyangkan pisau lipat itu. Terang saja Pak Anwar mengerang kesakitan.

"Hey, cukup! Kamu tak boleh menyiksanya!" Wildan kembali menarik lengan Angel. Meskipun Wildan sadar, Pak Anwar hampir saja mencelakainya tadi, namun hatinya ikut merasakan perih kala melihat sang mantan guru meringis kesakitan.

"Dia menginginkan lembaran uang 50 ribuan yang tercetak pada tahun 1991. Uang yang disimpan oleh mendiang Bapakku," lanjut Wildan. Akhirnya dia bercerita, khawatir Angel akan menyiksa Pak Anwar lagi.

"Oohh, rupanya badut nomor 6 menginginkan harta yang disimpan oleh Badut nomor 2 ya." Angel terkekeh.

"Huh, aku benar-benar tak mengenalimu Nona. Tapi sepertinya kamu tahu banyak tentang para Badut." Pak Anwar mengatur nafas. Peluhnya bercucuran, rasa nyeri di pahanya kian berdenyut.

"Wildan sebaiknya kamu berhati-hati dengan perempuan ini," ucap Pak Anwar beralih menatap Wildan.

Wildan tertegun beberapa saat. Lidahnya terasa kelu. Pergolakan batin terjadi. Dia menatap Pak Anwar dan Angel bergantian. Dua orang yang terasa sama-sama asing di hadapannya.

"Maaf Pak, Njenengan tidak berhak menasehatiku. Bukankah Njenengan sendiri yang hendak mencelakaiku tadi? Bahkan seburuk-buruknya hati dan sifatku, tak pernah kuduga Njenengan memiliki niat seburuk itu padaku," jawab Wildan lirih.

Pak Anwar terdiam. Dia mengatupkan mulutnya rapat-rapat. Sungguh hatinya pun terasa pilu kini.

"Sebaiknya kamu segera pergi dari sini Wildan! Sungguh! Percayalah! Yang mengincar uang itu bukan hanya aku." Tiba-tiba saja Pak Anwar membentak memberi perintah.

"Siapa lagi? Badut nomor berapa yang kiranya akan datang kemari?" tanya Angel penasaran.

"Nomor delapan. Aku sempat berkomunikasi dengannya tadi. Si Arloji emas memiliki pengaruh besar di daerah ini. Tentu dia memiliki centeng-centeng yang siap membungkam kalian!" jelas Pak Anwar. Dia kembali mengamati Angel, mencoba menerka siapa gerangan perempuan muda mengerikan itu.

"Sebaiknya kamu bersiap! Kita pergi dari sini," ucap Angel memberi perintah pada Wildan.

"Hah? Jangan becanda! Kenapa aku harus menuruti perintahmu? Aku akan tetap berada di rumah ini!" Wildan menolak dengan tegas.

"Telingamu tersumbat cotton bud hah? Nggak denger? Tempat ini tak aman lagi. Kamu diincar dodol!" bentak Angel geram.

Wildan tertegun. Dia mundur beberapa langkah, menyandarkan tubuhnya pada dinding rumah yang usang. Hidupnya yang selama ini terasa tak berguna dan hanya sesuka hati itu kini tiba-tiba saja jatuh dalam lobang yang tidak dia ketahui dasarnya. Wildan benar-benar tidak tahu harus berbuat apa. Siapa yang harus dipercaya, semua orang seolah tengah memakai topeng badut dan mempermainkannya.

"Kalau kamu nggak mau pergi, aku akan meninggalkanmu disini. Melawan musuh yang di luar kemampuan diri sendiri itu namanya bod*h. Menghadapi kakek tua ini saja, kamu nggak mampu apalagi menghadapi para centeng?" ejek Angel.

"Kenapa aku harus percaya omongannya? Bisa saja kan dia membual," sahut Wildan lirih.

"Kurasa dia tidak membual. Yang kutahu Badut nomor 8 memang dulunya seorang petugas. Sangat mungkin saat ini orang itu sudah menjadi orang yang berpengaruh," ucap Angel santai.

"Tapi rumah ini adalah satu-satunya warisan Bapakku. Kalau aku pergi dari sini, aku hanya akan menjadi sampah di luar sana." Wildan hendak menangis. Suaranya bergetar.

"Bertemu denganmu sungguh menjengkelkan. Laki-laki seusiamu tak seharusnya cengeng dan menyedihkan seperti ini. Coba pikir, warisan orangtuamu bukan hanya rumah ini. Tapi juga, uang 50 ribuan lama yang diinginkan oleh para badut," balas Angel.

"Ikutlah denganku. Kita cari cara untuk mengatasi ini semua," lanjut Angel meyakinkan.

"Kenapa aku harus mempercayaimu? Aku baru bertemu denganmu hari ini," bantah Wildan sembari menggeleng perlahan.

"Karena kita senasib. Sama-sama anak yang dibesarkan oleh penjahat bertopeng badut." Tatapan mata Angel nampak teduh. Gurat wajahnya menggambarkan kesedihan yang mendalam.

Bersambung___

Halloo gaes gimana kabar.

berapa hari ya aku nggak nulis? kangen banget sumpah. ha haa

kemarin off dulu, karena ternyata tensiku drop separah itu. lihat hp, layar laptop, bahkan tv pun rasanya sampek muter2 kepala.

alhamdulillah hari ini sudah bisa masuk kerja lagi, bisa nulis lagi.

duh, semoga semuanya sehat-sehat ya.

kapok aku sakit kayak gini lagi, beneran rasanya kayak mau pindah ke universe lain, dunia muter2. hadehhh.

Terpopuler

Comments

julius

julius

alurnya bagus

2024-03-03

0

IG: _anipri

IG: _anipri

kalau itu memang betul. pada dasarnya ke duabelas badut itu sama-sama ingin uang itu

2023-01-14

1

Muiz

Muiz

wah aku lama juga ga buka novel ni thor waktu aku baca masih dikit maka nya tak tinggal biar banyak dulu bab nya.semangat thor sehat selalu

2022-12-20

1

lihat semua
Episodes
1 Siji
2 Loro
3 Telu
4 Papat
5 Limo
6 Nem
7 Pitu
8 Wolu
9 Songo
10 NOVEL CETAK RUMAH TENGAH SAWAH
11 Sepuluh
12 Sewelas
13 Rolas
14 Telulas
15 Patbelas
16 Limolas
17 Nembelas
18 Pitulas
19 Wolulas
20 Songolas
21 Rongpuluh
22 Selikur
23 Rolikur
24 Telulikur
25 Patlikur
26 Selawe
27 Nemlikur
28 Pitulikur
29 Wolulikur
30 Songolikur
31 Telungpuluh
32 Telungpuluh Siji
33 Telungpuluh Loro
34 Telungpuluh Telu
35 Telungpuluh Papat
36 Telungpuluh Limo
37 Telungpuluh Nem
38 Telungpuluh Pitu
39 Telungpuluh Wolu
40 Telungpuluh Songo
41 Patangpuluh
42 Patangpuluh Siji
43 Patangpuluh Loro
44 Patangpuluh Telu
45 Patangpuluh Papat
46 Patangpuluh Limo
47 Patangpuluh Nem
48 Patangpuluh Pitu
49 Patangpuluh Wolu
50 Patangpuluh Songo
51 Seket
52 Seket Siji
53 Seket Loro
54 Seket Telu
55 Seket Papat
56 Seket Limo
57 Seket Nem
58 Seket Pitu
59 Seket Wolu
60 Seket Songo
61 Sewidak
62 Sewidak Siji
63 Pengumuk an (Umuk = cerita dalam dialeg tempat tinggal yang nulis)
64 Sewidak Loro
65 Sewidak Telu
66 Sewidak Papat
67 Sewidak Limo
68 Sewidak Nem
69 Sewidak Pitu
70 Sewidak Wolu
71 Sewidak Songo
72 Pitungpuluh
73 Pitungpuluh Siji
74 Pitungpuluh Loro
75 Pitungpuluh Telu
76 Uneg-uneg (boleh Skip)
77 Pitungpuluh Papat
78 Pitungpuluh Limo
79 Pitungpuluh Nem
80 Pitungpuluh Pitu
81 Pitungpuluh Wolu
82 Pitungpuluh Songo
83 Wolongpuluh
84 Wolongpuluh Siji
85 Wolongpuluh Loro
86 Wolongpuluh Telu
87 Wolongpuluh Papat
88 Wolongpuluh Limo
89 Wolongpuluh Nem
90 Wolongpuluh Pitu
91 Wolongpuluh Wolu
92 Wolongpuluh Songo
93 Sangangpuluh
94 Sangangpuluh Siji
95 Sangangpuluh Loro : Akhir
96 Ijin Promo Judul Baru
97 Judul Horor Baru bung Kus
Episodes

Updated 97 Episodes

1
Siji
2
Loro
3
Telu
4
Papat
5
Limo
6
Nem
7
Pitu
8
Wolu
9
Songo
10
NOVEL CETAK RUMAH TENGAH SAWAH
11
Sepuluh
12
Sewelas
13
Rolas
14
Telulas
15
Patbelas
16
Limolas
17
Nembelas
18
Pitulas
19
Wolulas
20
Songolas
21
Rongpuluh
22
Selikur
23
Rolikur
24
Telulikur
25
Patlikur
26
Selawe
27
Nemlikur
28
Pitulikur
29
Wolulikur
30
Songolikur
31
Telungpuluh
32
Telungpuluh Siji
33
Telungpuluh Loro
34
Telungpuluh Telu
35
Telungpuluh Papat
36
Telungpuluh Limo
37
Telungpuluh Nem
38
Telungpuluh Pitu
39
Telungpuluh Wolu
40
Telungpuluh Songo
41
Patangpuluh
42
Patangpuluh Siji
43
Patangpuluh Loro
44
Patangpuluh Telu
45
Patangpuluh Papat
46
Patangpuluh Limo
47
Patangpuluh Nem
48
Patangpuluh Pitu
49
Patangpuluh Wolu
50
Patangpuluh Songo
51
Seket
52
Seket Siji
53
Seket Loro
54
Seket Telu
55
Seket Papat
56
Seket Limo
57
Seket Nem
58
Seket Pitu
59
Seket Wolu
60
Seket Songo
61
Sewidak
62
Sewidak Siji
63
Pengumuk an (Umuk = cerita dalam dialeg tempat tinggal yang nulis)
64
Sewidak Loro
65
Sewidak Telu
66
Sewidak Papat
67
Sewidak Limo
68
Sewidak Nem
69
Sewidak Pitu
70
Sewidak Wolu
71
Sewidak Songo
72
Pitungpuluh
73
Pitungpuluh Siji
74
Pitungpuluh Loro
75
Pitungpuluh Telu
76
Uneg-uneg (boleh Skip)
77
Pitungpuluh Papat
78
Pitungpuluh Limo
79
Pitungpuluh Nem
80
Pitungpuluh Pitu
81
Pitungpuluh Wolu
82
Pitungpuluh Songo
83
Wolongpuluh
84
Wolongpuluh Siji
85
Wolongpuluh Loro
86
Wolongpuluh Telu
87
Wolongpuluh Papat
88
Wolongpuluh Limo
89
Wolongpuluh Nem
90
Wolongpuluh Pitu
91
Wolongpuluh Wolu
92
Wolongpuluh Songo
93
Sangangpuluh
94
Sangangpuluh Siji
95
Sangangpuluh Loro : Akhir
96
Ijin Promo Judul Baru
97
Judul Horor Baru bung Kus

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!