TARUNG BEBAS

Aku masih ingat betul malam itu, hal yang tidak terlupakan hingga saat ini. Waktu itu kami sampai terlebih dahulu di tempat kesepakatanku dengan Winy, tapi tak ada seorangpun disana.

Kami berhenti dibelakang sebuah mobil box, dan aku menghubunginya untuk mengabarkan kalau aku telah sampai ditempat itu. Kami menunggu kurang lebih 15 menit hingga aku tak sengaja melihat ada sebuah kepala yang cukup besar mengintip dari belakang mobil box yang ada disamping kami.

Aku sempat kaget sebelumnya, hingga dia mendekatiku dan berkata,

"kamu Ryan ya?" dengan nada suara bass layaknya seorang cowok,

"eh iya mbak, siapa ya?" tanyaku yang saat itu kebingungan,

"aku Winy mas" jawabnya yang seketika membuatku dan Lucky tercengang dan tidak bisa berkata apapun,

Menurut penuturan Rangga sebelumnya Winy memiliki badan yang bagus seperti Villa dengan paras cantik orientalnya. Tapi sosok yang ada didepanku saat ini berbanding terbalik dengan kata Rangga dan Catur yang sebelumnya pernah menemuinya.

"anjing! gue dibohongin!" ucapku dalam hati saat itu,

Lucky yang berada disampingku tertawa kecil melihat sosok Winy dan aku yang salah tingkah. Badanya bahkan hampir 2x lipat badanku saat itu dengan tinggi badan yang lebih tinggi dariku pula. Aku tidak dapat menceritakan tentangnya lebih jauh lagi, karena benar-benar sudah tidak tertarik kepadanya.

Bodohnya aku yang sudah memanggilnya "sayang" saat di chat dan telepon kala itu, membuatku benar-benar merasa tidak nyaman saat dia memanggilku dengan kata yang sama diwaktu ketemuan itu.

Aku kebingungan mencari alasan untuk segera mengakhiri pertemuan kami saat itu, hingga telepon Lucky berbunyi. Ternyata itu telepon dari Rangga yang saat itu menyuruh kami berdua segera kembali ke tongkrongan kami karena ada masalah.

Aku yang saat itu serasa tertolong langsung berpamitan dengannya dan membonceng Lucky walaupun saat itu dia belum menyalakan motornya. Yang lebih membuatku sebel saat itu Lucky bukanya bergegas malah meledekku dengan sengaja menggoda Winy,

"kok buru-buru yan? kalo emang butuh waktu berdua gue tinggalin dulu, masak baru bentar ketemu udah ditinggal aja" katanya kepadaku,

"mbak pacarnya Ryan ya? dari kemaren ngomongin tentang kamu mbak, katanya Ryan sayang banget" ucapnya kepada Winy sembari menertawaiku,

"anjing bacut lo bener-bener ya! ayo buruan udah ditungguin Rangga!" kataku kepada Lucky yang masih dibalasanya dengan tertawa terbahak-bahak hingga akhirnya menyalakan motornya dan kamipun pergi dari tempat itu.

Sepanjang perjalanan dia masih meledekku karena telah ditipu Rangga dan Catur. Akupun tidak bisa berkata banyak hanya mengumpat dan ikut tertawa bersamanya.

"eh iya ada masalah apa emang?" tanyaku kepadanya menanyakan tentang Rangga yang menelponya tadi.

"gue gatau juga, cuman bilang bakal berantem aja" jawabnya kepadaku,

Kami memacu motor itu dengan kencang agar segera sampai ke tongkrongan kami, karena saat itu memang berantem menjadi salah satu hobbyku. Aku sering dan senang membuat masalah, bodohnya lagi saat itu aku bangga dengan hal itu.

Sesampainya kami di tongkrongan terlihat Rangga bersama seorang cowok dan cewek duduk bertiga mengobrol serius. Aku menghampiri Catur dan Adam yang saat itu berada tak jauh dari mereka.

Tongkrongan kami didepan SMP itu adalah sebuah cafe yang sudah lama tutup, bangunan kosong dengan halaman yang luas didepanya.

Aku baru mendekat dan belum mengeluarkan sepatah katapun, Catur bertanya kepadaku,

"gimana Winy? cakep?" ucapnya sambil tertawa terbahak-bahak,

"cakep kepala lo mas, gede banget gilak" jawabku,

Adam yang sudah mengetahui kalau memang aku dikerjain hanya ikut menertawaiku bersama Lucky,

"udah sikat aja lumayan wkw" celetuk Lucky yang langsung kubalas dengan umpatan,

"eh ini ada masalah apa emang?" tanyaku kepada mereka berdua,

Catur menjelaskan tentang Rangga dan Ayu, Cewek yang duduk bersama Rangga dan satu orang lainya itu ternyata Ayu gebetanya Rangga. Terlihat juga dia mengenakan hadiah ulang tahun yang dibelikan Rangga sebelumnya.

Ternyata selama ini Ayu memiliki seorang pacar, dan cowok yang sedang berada disana bersama mereka adalah pacar dari Ayu. Kami hanya menunggu mereka mengklarifikasi masalah yang terjadi tanpa ikut campur.

Mereka ngobrol lumayan lama setelah kedatanganku dan Lucky, hingga Anji dan Zuli datang, disusul Putra bersama temanya yang bernama Silo. Silo memiliki badan gempal sama sepertiku hanya lebih tinggi dengan rambut spike berponi panjang, sebelumnya kami hanya mengetahui namanya tanpa mengenal orangnya secara langsung. Maklum saja Putra memang bertempat tinggal di kampung pusat organisasi Lion, dan beberapa nama anak muda disana memang terkenal diantara anggota lain diluar kampung itu.

Kami berkenalan dengannya sebelum datang 9 motor berboncengan yang berhenti didekat kami, ternyata mereka adalah teman dari pacar Ayu. Kami sudah siap dan paham dengan situasi saat itu kalau akan ada perkelahian, ditambah lagi salah seorang diantara mereka mengenakan kaos dari organisasi Eagle yang merupakan musuh alami kami.

Walaupun kami hanya berdelapan dengan Rangga tapi tidak sedikitpun mengendorkan mental kami untuk bertarung. Entah apa yang mereka bicarakan sebelumnya tapi saat itu Rangga memintaku untuk menjemput Winy agar menjelaskan kepada pacar Ayu permasalahan mereka.

Mendengar permintaanya itu sontak aku menolaknya, dan akhirnya Catur yang mengalah untuk menjemput dan membawanya kesana. Tak lama setelah berangkat, Catur kembali dan datang bersama Winy.

Lucky yang memang sejak awal masih mengejekku kembali berulah dengan kata-katanya yang membuat Winy tersenyum sedangkan aku semakin muram.

Beberapa kali aku sampai menutup mulutnya dengan tanganku karena tak henti-hentinya menggodaku. Teman-temanku yang baru datangpun mengetahui tentang kejadianku dengan Winy sebelumnya dari mulut Lucky.

Kami yang sedang asik bercanda, lebih tepatnya mengejekku, kaget dengan teriakan Winy yang saat itu ditampar oleh Ayu. Rangga yang berusaha melerai mereka berdua langsung ditarik dan dipukuli oleh pacar Ayu dan teman-temannya.

Kami yang memang sejak awal sudah siap sontak serentak berdiri dan berlari kearah mereka. Aku sempat mengambil pot yang berada diatas tembok sampingku saat itu dan kupukulkan ke salah satu dari mereka yang membuatnya terjatuh kesakitan.

Melihat orang itu kesakitan aku tak berhenti begitu saja, kaki dan tanganku yang berbicara kepadanya. Zuli dan yang lainya berkelahi dengan yang lain, sedangkan Adam saat itu sempat dipukuli beberapa orang hingga terjatuh dengan posisi terlentang menutupi kepalanya.

Silo berlari kebelakang tempat itu dan mengambil sebuah pipa besi panjang yang dipukulkan kepada mereka.

Beberapa dari mereka kabur meninggalkan temannya ditempat itu, pacar Ayu yang menjadi provokator saat itu tak begitu saja aku lepaskan.

Aku memukulinya hingga dia merintih kesakitan, bahkan aku sampai ditahan oleh Anji dan Lucky. Mukanya sudah babak belur berlumuran darah, dia berusaha berdiri dari tempatnya. Aku yang sedang ditahan oleh Anji sempat nekat berlari dan menendangnya lagi.

Ayu yang saat itu ada disana hanya menangis memohon untuk menghentikan aksi kami. Kami sempat menjadi tontonan orang-orang yang lewat dijalan depan tongkrongan kami.

Akhirnya mereka meminta maaf walaupun saat itu aku dan Silo menantang mereka untuk membawa semua teman-teman mereka dari Eagle untuk melanjutkan pertarungan kami dengan massa yang lebih banyak. Tapi mereka menolaknya dan benar-benar ingin mengakhirinya serta meminta maaf kepada kami.

Mereka kami biarkan untuk pergi setelah bersalaman dengan kami satu persatu. Saat itu Winy kembali pulang diantar oleh Rangga karena aku menolak untuk mengantarkanya. Hal yang membuatku menjadi tak nyaman saat itu dia memegang tanganku cukup lama saat bersalaman berpamitan untuk pulang.

Sepulangnya mereka semua kami berbesar hati dan merasa bangga telah mengalahkan salah satu dari Eagle sekaligus mengakhiri permasalahan Rangga. Malam itu kami habiskan dengan mabuk-mabukan hingga agak malam kami semua diajak oleh Putra dan Silo untuk main kekampungnya bersama para anggota Lion Junior lainya.

Kamipun tak ingin melewatkan kesempatan itu, dan menyetujuinya untuk langsung bergegas kesana. Motor kami berpacu beriringan dengan sesekali berbuat onar hingga sampai di kampung itu.

Kami menuju ke halaman salah satu SMP disana, sekolah Putra dan Anji dulu. Tak berbeda jauh dengan kampungku, dikampung itu juga banyak terdapat sekolahan, bahkan lebih banyak disana.

Ada 4 SMP, 3 SMK/A dan 1 perguruan tinggi yang masih berada di lingkup kampung itu, dan diseberang kampung itu masih ada beberapa SMP dan SMA juga.

Kami ke salah satu SMP yang tepat berada di tengah-tengah kampung itu, sekolah itu dulunya bekas kandang kuda milik sebuah kerajaan dikota ini. Cerita mistis memang kerap bermunculan dari sana, saat itu masih pukul 23.00, sesampainya kami disana sudah ada beberapa teman Putra sekaligus teman satu organisasi Lion kami.

Kami saling berkenalan dan mengobrol sembari menengguk alkohol dimalam itu. Aku akan mengenalkan beberapa dulu dari mereka,

Ari, dia cukup dihormati karena keempat kakaknya memiliki nama besar di organisasi Lion, saat itu dia duduk di bangku SMA 2 tahun lebih tua dariku. Memiliki badan seperti Zuli dengan rambut keriting dan hidung yang agak besar.

Surya masih kerabat dengan Ari, rumah mereka bahkan masih 1 pekarangan. Dia anak salah satu dari 3 komandan tertinggi Lion saat itu, memiliki badan kurus dengan mata bulat.

Dika memiliki badan yang 11:12 denganku, dia berkacamata dan memiliki suara berat.

Dedi bersekolah didekat rumahku, memiliki rambut lurus yang selalu diponi dan bergigi ompong didepanya karena perkelahian.

Hera adalah anak seorang yang cukup berpengaruh, ibunya bekerja sebagai jaksa dan ayahnya bekerja di kepolisian. Tapi pekerjaan orangtuanya seakan tidak berpengaruh kepadanya mengingat kenakalanya saat itu. Dia memiliki badan yang mirip dengan Putra, dengan mata sipit dan tajam.

Yosef seorang penggila modifikasi, berbadan kurus dan tinggi dengan gigi yang tidak rapi, rumahnya berada di seberang tempatku ketemuan pertama kali dengan Winy dulu.

Sebenarnya masih ada beberapa orang yang lain, tapi akan kuceritakan nanti sesuai urutan cerita ini. Untuk kami anggota organisasi Lion yang berada diluar lingkaran pusat, malam itu sangat berharga dan menjadi kebanggaan tersendiri. Nama-nama yang biasanya hanya kudengar lewat cerita orang malam hari itu berkumpul dan duduk bersama denganku.

Anji dan Zuli yang memang anak rumahan pamit untuk pulang terlebih dahulu, meninggalkan kami yang tersisa berada disana. Malam itu kami dijamu dengan berbagai makanan hasil meminta dari para pedagang yang berada disekitaran kampung itu.

Sudah menjadi kebiasaan anak-anak dan orang dikampung ini memalak para pedagang saat mabuk dan acara lainya, tapi hal itu pertama kalinya bagi kami yang sebelumnya kenakalan kami hanya sebatas mencuri dan bertengkar.

Hasil palakan makanan itu memang tidak terlalu berharga, tapi kebanggaan dan kebesaran Lion yang membuat kami merasa bangga berada didalamnya.

Selesainya acara itu kami ikut berkeliling kota di malam hari, konfoi dengan gagah-gagahan mencari anggota organisasi Eagle musuh kami. Saat itu entah sudah menjadi tradisi atau bagaimana tapi memang setiap malam minggu kami para junior organisasi Lion banyak yang konfoi dan saling mencari dengan anggota organisasi Eagle untuk sekedar berperang.

Hal itu berlanjut disetiap malam minggunya, sweeping atribut seperti sticker ataupun kaos pasti saling kami lakukan.

Malam itu kami berkeliling dengan anggota yang lumayan banyak, tapi hanya Lucky yang banyak berbicara dengan yang lain karena memang SMPnya dulu disalah satu sekolah dikampung itu. Sehingga sudah mengenal beberapa dari mereka sebelumnya, berbeda dengan kami yang lain yang baru kali pertama bertemu dengan mereka.

Akupun hanya banyak diam dan mengobrol dengan teman-teman kampungku, saat itu hanya Dedi dan Yosef yang sudah lumayan akrab denganku.

Kami terhenti di sebuah taman didekat pusat kota, tempat itu biasanya menjadi tempat tongkrongan anggota Eagle tapi saat itu sepi tidak ada orang satupun. Beberapa dari kamipun ada yang berpamitan untuk pulang terlebih dahulu karena saat itu sudah hampir jam 00.00. Termasuk Catur dan yang lainya, sebenarnya saat itu aku ingin pulang juga tapi Putra menahanku.

Akhirnya aku tetap berada disana sendirian setelah teman-temanku kampung pulang terlebih dahulu. Aku yang saat itu tidak membawa motor berboncengan dengan Putra melanjutkan acara berkeliling kami dimalam itu.

Hingga setelah sampai didepan sebuah kolam renang dikota ini, terdengar teriakan dari beberapa orang yang sedang duduk disana.

"LION B*JING*N!" itu kata yang terdengar jelas saat itu, disusul beberapa teriakan dari orang lain disana.

Sontak kami yang mendengar teriakan itu berhenti dan berlarian kearah orang-orang itu. Mereka sedang menongkrong disebuah warung, cukup banyak orang yang berdiri saat kami berlarian menuju kearah mereka.

Mereka adalah anggota organisasi Eagle, suasana saat itu sangat chaos. Kami asal saja memarkirkan motor yang kami kendarai ditengah jalan, dan mencari senjata sedapatnya. Beberapa dari kami yang berlari terlebih dahulu dikeroyok, kami yang datang berikutnya berusaha membantu teman-teman kami yang dikeroyok dengan batu dan kayu yang kami dapatkan saat itu.

Warung tempat mereka nongkrong sebelumnya pun tak lepas dari aksi perusakan kami. Kursi dan segala perangkat yang ada di sana jadi bahan saling lemparan kami.

Aksi saling lempar batu dan baku hantam itu berlangsung cukup lama hingga suara sirine terdengar yang membuat kami kocar kacir berlarian berusaha menyelamatkan diri.

Aku berlari kearah motor Putra yang terparkir diseberang jalan, belum sempat aku menghidupkan motor itu hoodie yang aku kenakan ditarik dari belakang...

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!