ASMARASA
Ditahun ini aku genap berusia 28 tahun, umur yang matang untuk menjalin sebuah hubungan pernikahan. Seharusnya dibulan ketujuh tahun ini adalah bulan pernikahanku, tapi takdir berkata lain. Dibulan kelima kemarin aku memutuskan untuk membatalkan pernikahanku dengan wanita yang aku cintai selama hampir 6 tahun ini karena beberapa pertimbangan.
Aku sempat down dan mengalami kerugian yang lumayan untukku karena semua sudah dipersiapkan matang-matang, dari gedung, rias dan lain sebagainya. Aku tau saat itu aku akan menyakitinya dan keluarganya, tapi aku yakin keputusanku akan berbuah baik kedepanya bagi kedua belah pihak.
Empat bulan telah berlalu sejak kejadian itu, dia sudah bersama yang lain dan aku juga telah beberapa kali berganti pasangan.
'Beberapa kali berganti pasangan' hal itu yang harus digaris bawahi, aku bukan seorang yang terlalu goodlooking, aku berdarah campuran Jawa-China walaupun tidak terlihat dari fisikku, dan bukan berasal dari keluarga kaya raya tapi memang untuk masalah percintaan kisahku agak sedikit berbeda dengan orang lain disekitarku yang beberapa kali dipenuhi hal-hal mistik dan tidak masuk akal.
Total yang kuingat dan kucatat ada lebih dari 100 wanita yang pernah dekat dan sebagian besar pernah jadian denganku. Satu kali gagal menikah, satu kali gagal tunangan, dan berkali-kali gagal dalam berpacaran. Hal yang aneh memang tapi itu memang benar terjadi di hidupku. Untuk memulai kisah ini aku akan menceritakan semua dari 14 tahun yang lalu, saat aku masih berada di bangku SMP.
Pagi itu di hari senin di tahun 2008, pukul 06.00 wib aku sudah siap untuk berangkat ke sekolah. Hari itu ada kegiatan upacara di sekolah seperti biasanya, aku harus berangkat lebih pagi karena berjalan kaki menuju sekolah.
"mah berangkat dulu", pamitku kepada ibuku sebelum beliau berangkat bekerja di jam yang sama karena beliau mengajar di kota yang berbeda dengan tempat tinggalku. Ibuku bekerja sebagai seorang guru di sebuah Sekolah Dasar.
"iya hati-hati", ucapnya sembari memberiku uang Rp.2.000,00 sebagai uang sakuku.
Nominal yang tidak besar untuk siswa kelas 8 sepertiku di tahun 2008 itu, tapi aku tak dapat menuntut lebih karena ibuku seorang diri membesarkanku dan adikku yang masih Sekolah Dasar setelah meninggalnya ayahku satu tahun sebelumnya karena sakit keras.
Namaku Ryan, pagi itu aku berseragam SMP dan menggendong tas ranselku aku berjalan ke sekolah, cukup jauh memang harus menghabiskan waktu 30 menit berjalan ke sekolahku tapi aku menikmatinya. Sepuluh menit sudah aku berjalan, hingga sampai dibarat sebuah universitas ada suara yang tak asing menyapaku.
"loh bos, tumben udah sampai sini" , ucap syahrul teman sekelasku yang biasa berangkat bersama, rumahnya tak terlalu jauh dari rumahku hanya sekitar 500 meter.
"yoi bro, mumpung gue lagi semangat sekolah ini wkw" sahutku,
' jakam' julukanku di sekolah waktu itu, sebenarnya bukan aku sendiri yang menamai julukanku seperti itu tapi teman-temanku, karena kelakuanku di sekolah hingga membuatku tak naik kelas dan harus mengulang di kelas yang sama tahun itu. Walaupun ibuku seorang guru, tapi aku tidak bersikap baik seperti kebanyakan anak guru yang lain.
"ga bolos aja bos? gue males banget harus ikut upacara, panas, capek juga" ucap Syahrul.
"enggalah hari ini jatah kelas, gue harus masuk dulu buat ngambil setoran ntar daripada gue gadapet duit" ,
Uang sakuku memang hanya 2.000 rupiah tapi setiap hari aku meminta uang ( malak) teman-temanku dan adek kelas untuk menambah uang sakuku.
"yaudah bos gue temenin masuk dulu kalo gitu, ntar cabut habis istirahat pertama aja".
Sambil berjalan kami bercanda hingga tiba-tiba Syahrul heboh berteriak,
"boss.. boss, itu si Nina"
Kulihat dari kejauhan ada tiga orang kakak kelas perempuan yang aku kenal berjalan bersama, sebenarnya mereka seangkatan denganku hanya saja aku tinggal kelas. Nina, Gina dan Ayu, mereka sebagian dari genk primadona di sekolahku. Sekilas fisik mereka bertiga hampir sama karena selain sudah mengenal makeup dari siswi yang lain, mereka juga masih ada hubungan saudara.
"iya rul, biarin aja kita jalan pelan aja dibelakang mereka, gausah disalip malu aku" ucapku karena minder,
Aku memang menyukai Nina sejak lama. Seorang gadis berparas cantik oriental, berkulit putih dengan rambut berponi menutupi jidat dan lurus pendek sebahu dengan gaya modisnya. Pernah sekali aku mencoba mengungkapkan perasaanku kepadanya, tapi ditolaknya mentah-mentah.
Aku sadar diri hanya seorang anak dari keluarga yang kurang mampu, yang berangkat sekolah saja harus berjalan kaki lumayan jauh. Berbeda jauh bila dibandingkan dengan dia yang berkecukupan dan banyak dilirik cowok-cowok lain disekolah yang memiliki kekayaan lebih.
Ini salah satu alasanku juga untuk berbuat nakal dan onar, karena aku berasal dari keluarga yang kurang mampu aku harus fighting agar bisa dihormati dan tidak diinjak yang lain. Sebenarnya aku bukan seorang yang nakal dari kecil, aku cukup introvert dan pendiam tapi pengalaman pahit dipalak hingga jadi bahan bully sewaktu masih SD menjadikanku harus berubah walaupun itu bertolak belakang dari didikan orangtuaku.
Singkat cerita kami tiba dikelas, aku langsung mengambil sebuah buku tulis dari tas ranselku. Didalam buku itu ada nama teman-temanku dan siswa dari kelas yang lain dan adek kelasku.
Memang agak aneh tapi inilah ciri khasku, buku itu aku pakai untuk memalak uang dari teman-temanku ada nama dan hari dimana mereka harus memberikan setoran uang kepadaku secara sukarela karena takut. Memang agak aneh kelakuanku tapi aku sengaja membuat buku itu seperti buku KAS kelas.
Aku berdiri didepan pintu masuk, saat itu dikelas sudah ada beberapa teman wanita sekelasku juga yang sudah berada dikelas.
Sembari memberikan uang 2.000 "nih buat lo yan" kata Evi, seorang teman sekelasku.
Evi seorang gadis manis memiliki rambut panjang curly selalu diikat dengan ikat rambut berwarna cerah, dengan tinggi sebahuku saat itu dan badan yang proporsional dengan tinggi badanya.
"loh elo gausah vi, kan cuman yang cowok aja", karena memang aku tidak pernah meminta uang ke cewek hanya cowok saja.
"udah gapapa bawa aja, itu memang gue siapin buat kamu" ucap evi sembari tersenyum manis kepadaku melanjutkan tugas piketnya.
Teett.... suara bel berbunyi keras tanda siswa harus ke lapangan untuk upacara. Ternyata jam sudah menunjukkan pukul 07.15, tak sadar aku karena sibuk berdiri bersender di pintu menarik uang dari teman-temanku sebelum mereka masuk kelas.
Belum sempat aku menghitung total uangnya tiba-tiba ada teriakan dari Benny salah satu teman yang benar-benar seperjuangan menurutku karena di tahun ketiga berada disekolah itu dia selalu sekelas denganku bahkan tinggal kelas pun masih sekelas juga.
Apalagi kami beragama minoritas yang saat pelajaran agama juga dipisah dari yang lain, itu cukup menjadikanku secara emosional dekat dengannya walaupun sifatnya berbanding terbalik denganku.
Benny seorang pecandu game online di warnet, dengan badan kurus sedikit membungkuk ketika berjalan, memiliki kulit sawo matang dan tahi lalat agak besar disebelah pelipis kanannya.
"Pak Hendy.. Pak Hendy" ucap Benny agak berlari mendatangi kami,
"yaudah langsung ke lapangan aja!" ucapku yang panik menaruh buku dimeja terdepan dan memasukkan uang hasil palakanku ke saku.
Aku berlari ke lapangan diikuti Benny, Syahrul dan tiga teman sekelasku lain yakni Aji, Andi dan Mark seorang blasteran Indo-Belanda.
Pak hendy adalah seorang guru yang paling kami takuti di sekolah itu, mantan wali kelasku di tahun sebelumnya yang membuatku tidak naik kelas. Aroma parfumnya sangat khas dan kuat, perpaduan melati dan opium. Sebelum kedatanganya aroma parfumnya selalu tercium terlebih dahulu dan itu yang menjadi patokan kami kalau dia berada disekitar situ. Selain dikenal sebagai guru yang sangat paham tentang spiritual, dia juga sering memotong rambut dan menghukum kami yang berdandan tidak sesuai aturan sekolah.
Upacara saat itu dimulai, guru BK berkeliling mengecek satu per satu pakaian siswa. Pertama didatangi selalu kelas D, dan kebetulan kelas kami 8D. Pembagian kelas di sekolah itu menurutku bukan berdasarkan prestasi saja tapi memang berdasar juga kepada sifat siswa.
Kelas A diisi siwa dengan nilai akademis terendah,
Kelas B diisi siswa dengan nilai akademis diatas kelas A,
Kelas C diisi siwa dengan nilai tertinggi seangkatan,
Kelas D diisi siswa nakal dan malas,
Kelas E diisi siswa dengan nilai akademis dibawah kelas C.
Itulah alasan kenapa kelas kami selalu menjadi sasaran guru BK kalau ada razia kedisiplinan.
"Lepasin itu ikat pinggangmu! " bentak bu Ami seorang guru BK disekolah itu, karena aku memakai ikat pinggang dengan gesper MYSEX besar yang sedang hits saat itu. Apalagi rambutku berponi panjang ala emo, tapi masih selamat dari guntingan guru karena tertutup topi yang kupakai saat itu.
"tapi bu ini kalau dilepas celananya melorot karena celananya kegedean" sahutku beralasan karena memang aku memakai celana yang lebih besar agar bisa dipakai agak melorot dibawah pinggang sesuai trend.
"ndak usah banyak alasan! pakai ini dulu nanti pulang sekolah diambil di ruang BK!" kata bu Ami sambil memberikan sebuah tali rafia menyuruhku memakainya.
Aku terpaksa memakainya, sambil ditertawai teman-teman cewek sekelasku. Hanya mereka yang berani menertawaiku saat itu walaupun tidak semuanya, tanpa ada suara tawa dari teman cowokku, karena saat ada teman cowok yang berani tertawa mereka sudah paham apa akibatnya.
Upacara selesai dan kami berjalan kembali ke kelas, saat itu sesampainya dikelas aku mencari buku tulis berisi nama-nama temanku yang kutinggalkan karena panik tadi, tetapi tidak ada. Sontak saat itu aku marah kepada teman-temanku sekelas mengira salah satu dari mereka menyembunyikanya. Tas dan meja satu persatu ku geledah dibantu teman-teman sekelas yang satu fraksi denganku, Syahrul, Aji, Andi, Mark, Ivan, Iza, Nugi, Zhaki dan Vian.
Syahrul berbadan kurus memiliki wajah semi India dengan kulit coklat kehitaman dan rambut curly.
Ivan memiliki badan besar berisi sepertiku sama seperti Andi dan Aji hanya dia berkulit lebih putih.
Andi memiliki tinggi yang sama persis denganku, berkulit sawo matang dan memiliki rambut keriting yang sering disisir ala-ala moldy gitaris band radja. Sedangkan hobby mereka sama sepertiku yang selalu berkelahi dan berbuat onar di sekolah, menyeret paksa siswa yang berseberangan dengan kami untuk dieksekusi di pojok barat ujung selatan sekolah. Selain basecamp kami tempat itu juga tempat tersepi dan terjauh dari ruang guru yang berada di pojok timur ujung utara sekolah.
Nugi agak pendek berambut keriting, dia salah satu donatur bagi kami selain Vian karena berasal dari keluarga yang mampu dibanding kami yang berasal dari keluarga menengah kebawah.
Zhaki memiliki badan agak berisi hanya lebih pendek dariku, dengan gaya rambut mirip seperti Andi.
Iza memiliki badan kurus namun lebih tinggi dariku, lebih kalem dari yang lain dan lebih dewasa karena dia berumur 2 tahun lebih tua dari kami karena tinggal kelas 2x disekolah ini dan Vian berbadan kurus paling modis diantara kami, dia jarang ikut turun tangan saat kami berkelahi tapi sifat playboynya sudah terkenal luas.
Aku ingat betul saat itu kami bersembilan mencari buku itu keseluruh kelas hingga kelas 8E yang berada disamping kelas kami yang merupakan kelas dari Ivan dan Nugi. Kelas 8D dan 8E memang bersebelahan tapi berada dibelakang kelas 8A-8C karena sama-sama menghadap ke timur tanpa ada kelas lain disamping kelas kami, hanya UKS dan Koperasi disebelah utara menghadap keutara juga dan parkiran sepeda serta salah satu kantin disebelah selatan kelas kami.
Setengah jam sudah kami semua mencari tapi buku itu tidak ditemukan hingga guru matapelajaran pertama hari ini masuk ke kelas kami.
"Van, Nug, kami balik kelas dulu nanti kalo buku itu ketemu dikelasmu bawa dulu!" ucapku karena mengira ada salah satu siswi dikelasnya yang iseng menyembunyikan buku berisi nama-nama siswa yang kupalak setiap harinya karena dikelasnya memang ada beberapa siswi yang sering caper kepadaku. Aku berpikiran seperti itu karena memang beberapa dari teman sekelasnya membenci gerombolan kami terutama aku karena selain aku pentolanya ada dua orang siswi dari kelas 8E yang menyukaiku saat itu dan selalu mencari masalah denganku dan mereka sering main ke kelasku juga.
Saat dikelas mengikuti pelajaran yang berlangsung itu tiba-tiba ada suara pintu diketuk,
"permisi bu, mau manggil Ryan sebentar" terdengar kalimat itu diucapkan suara yang tak asing bagiku,
Aku menengok kepintu dan ternyata itu suara pak Hendy, saat itu juga aku keringat dingin tahu namaku disebutnya. Sontak teman-temanku melihatku, beberapa ada yang menanyaiku tapi aku sendiri tidak tahu dipanggil karena masalah apa. Aku berjalan keluar menghampirinya yang berdiri disamping kelasku,
"iya pak ada apa ya?" tanyaku,
"ini bukumu bukan? kok didalemnya ada nama-nama siswa sama nominal, ini buku apa?!" tanyanya dengan nada agak keras,
"anu pak, itu buku kas" ucapku beralasan berusaha menyelamatkan diriku sendiri.
"buku kas kok ada nama dari kelas lain?! dari kelas 7 juga ada?!" bentaknya kepadaku,
"bener pak itu buku kas, buat bikin kaos" sahutku mencari alasan,
Raut tidak percaya terpancar dari wajahnya, maklum karena aku pernah berurusan dengannya karena hal yang sama dulu, hanya saja saat itu bukan berbentuk buku tapi hanya sobekan kertas dan berisi nama-nama teman sekelasku.
Beliau tau itu untuk meminta uang secara paksa karena saat itu ada yang melaporkanku. Tiba-tiba pak Hendy meninggalkanku yang berdiri disamping kelas saat itu lalu masuk ke kelas dan bertanya kepada teman-temanku,
"ini bukunya Ryan, apa bener buat bikin kaos?!" tanya pak Hendy kepada seisi kelasku,
Saat itu juga seisi kelasku yang sebelumnya ramai hanya terdiam, hanya ada suara dari guruku yang sedang mengajar ikut menanyai kebenaran yang ditanyakan kepada mereka saat itu.
Sumpah saat itu aku sangat ketakutan dan keringat dingin karena sebelumnya aku sudah membuat surat pernyataan untuk tidak mengulangi kenakalanku lagi dan akan dikeluarkan dari sekolah bila terbukti mengulanginya.
Saat aku masih terdiam ketakutan, tiba-tiba terdengar suara dari salah seorang siswa dikelasku menjawab pertanyaan dari kedua guruku tersebut..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
Anggi Priyanto
semangat thor
2022-10-31
0