Lewat pesan chat yang aku kirimkan kepadanya kuungkapkan keinginanku saat itu untuk menjalin hubungan dengannya, tapi saat itu dia tidak langsung menerimaku. Beralasan kami baru saja saling mengenal dan butuh proses untuk saling suka.
Dia memang lebih tua 1 tahun dari aku walaupun saat itu kami sama-sama duduk dikelas 9, begitu juga pemikiranya. Akhirnya kami menyepakati waktu 1 minggu untuk saling mengenal dan memahami satu sama lain, setelahnya dia baru akan memberikan keputusan diterima atau tidaknya cintaku.
Beberapa hari telah berlalu, kami memang tidak saling sapa saat disekolah hanya sesekali aku menggodanya saat lewat didepan kelasku yang selalu hanya dibalas senyum kecil darinya. Hal itu sesuai dengan apa yang dimintanya karena dia tak ingin ada masalah apapun dengan Ana yang notabenya teman satu circlenya disekolah.
Risih memang karena aku sama sekali tidak tertarik dan memiliki perasaan apapun kepada Ana tapi dia selalu membuatku seakan terkekang dengan pengaruhnya. Membuat aku seakan terikat oleh keegoisan perasaanya.
Aku tidak bisa berbuat banyak, hanya sekedar menerima apa yang terjadi saat itu, karena jujur aku juga tak ingin menyakiti hati orang yang menyukaiku. Kebanggaan tersendiri saat mengetahui ada orang yang menyukaiku walaupun terkadang membuatku risih juga.
Hingga pada akhirnya di hari kelima aku mendengar kabar burung ada salah satu anak juga yang sedang mendekati Villa. Dia mendekatinya lebih dahulu daripada aku.
Aku mengenal anak itu karena dia pernah tinggal kelas di kelas 8 juga sepertiku, teman sekelas Villa bernama Dharma. Dharma memiliki fisik yang kurus dan lebih tinggi dariku, berkulit sawo matang, memiliki bibir yang lebar dan mata bulat dengan rambut hitam cepak nya.
Dia bukan anak yang terlalu nakal, hanya anak dari power golongan 2. Untuk memberikan sedikit gambaran saat itu fraksiku membagi 3 golongan kepada para siswa.
Golongan 1 berisi anak-anak dengan power yang besar dan backup diluar sekolah yang besar juga serta memiliki pengikut disekolah. Contoh anak golongan 1 seperti Andi, Iza, Mark, Zhaki, JB dan yang lainya yang berada diluar fraksiku.
Golongan 2 berisi anak yang memiliki pengaruh tapi tidak besar, dengan power tempur dibawah golongan 1. Syahrul, Nugi, Ivan dan banyak lainya termasuk dalam golongan ini. Beberapa dari golongan ini tidak ikut dalam membayar uang setoran wajib kepada kami karena beberapa mendapat perlakuan khusus dari kami.
Sedangkan golongan 3 berisi anak-anak biasa, mereka yang tidak terlalu mencolok dan yang menjalani kegiatan disekolah tanpa mencari masalah dengan siapapun. Hanya menjadi korban bully dari kami yang diatasnya.
Aku sendiri berada diluar golongan itu karena hampir semua golongan 1 disekolah saat itu memang tunduk dibawahku dan fraksi kami.
Tidak dapat dipungkiri dari ratusan anak disekolah itu memang tidak semuanya sejalan dan cocok dengan fraksiku. Beberapa memang tidak suka dan membenci kami tapi mereka terpaksa tunduk kepada keadaan.
Apalagi kelas 7 yang saat itu masih baru disekolah ini, kami harus show off dan memperkenalkan diri dengan mengorbankan salah satu anak dari tiap kelas 7 untuk kami hajar tanpa adanya permasalahan terlebih dahulu. Hal itu kami lakukan untuk sekedar menunjukkan sepak terjang kami dengan tujuan utama membuat mereka takut. Saat mereka takut dan mengikuti kami otomatis pendapatan dari setoran kami juga meningkat.
Kekuatan fraksi kami saat itu sangatlah besar, kami penguasa sekolah kala itu dengan aku yang merasa seperti raja juga.
Dari sekedar anak bawang dan anak yang selalu terbully saat SD hingga awal kelas 7, hingga saat itu menjadi seorang yang paling dominan dan ditakuti oleh seisi sekolah. Memang membuat sikapku sedikit berubah karena kaget dengan kekuasaan dan apa yang bisa kulakukan saat itu.
Banyak keputusan-keputusanku yang sebenarnya tidak penting, dan bisa dibilang aku menjadi seorang anak yang lebih malas dari sebelumnya. Tugas, barang bawaan, bahkan untuk membeli makanan aku sering menyuruh anak lain untuk melakukanya.
Hal itu memang menjadi sebuah kebanggaan tersendiri untukku kala itu, tapi disisi lain hal itu membuatku seakan tidak berguna dan menjadi bodoh dalam akademis.
Hari itu ujian terkahir sebelum libur sekolah, hari kelima kesepakatanku dengan Villa. Tidak ada yang mengetahui tentang dekatnya aku dan Villa selain Mark, Zhakki, Dita dan Avi karena permintaan Villa. Sebenarnya hal itu sempat membuatku risih karena secara tidak langsung dia membuka celah untuk didekati orang lain selain aku disekolah itu. Jika saat itu villa menginjinkan aku untuk mendekatinya secara terang-terangan di sekolah anak-anak lain yang mendekatinya pasti akan mundur untuk menghindari masalah denganku. Tapi permintaanya yang seakan menutupi kedekatan kami yang akan menjadi beberapa masalah nanti.
Saat istirahat di hari itu, aku mendadak memiliki ide untuk menarik uang iuran serentak seisi sekolah karena hari itu terakhir kami masuk dan bertemu. Beberapa anak bersembunyi dan lari saat melihat kedatangan kami di kelas mereka untuk menghindari pemalakan kami. Tapi anggota fraksi yang kami miliki disetiap kelas disekolah ini menjadi sebuah keuntungan tersendiri untuk kami saat itu. Anak-anak yang lari dari kami mereka cari saat itu juga karena memang mereka yang mengetahui dan mengenalinya. Mereka tidak bisa lari dari kami karena pengaruh dan kekuasaan fraksi kami saat itu.
Selama 4 tahun di sekolah itu memang baru saat aku berkuasa semua seperti terorganisir dengan baik, dan kekuasaan fraksi yang sebegitu besarnya. Tahun sebelumnya hingga setelah kami lulus dari sekolah itu tidak ada yang dapat menandingi popularitas dan power kami kala itu.
Hal itu terbukti saat aku sudah lulus dari bangku SMK aku sempat memiliki mantan pacar yang ternyata adek kelasku saat SMP. Tapi bukan adek kelas secara langsung karena setelah aku lulus dia baru masuk ke sekolah itu dulu. Saat masih pdkt dia sempat menceritakan tentang nama besarku dan seakan menjadi legenda di SMP itu dulu.
Hari itu ada 3 mata pelajaran yang membuat jam pulang kami menjadi lebih siang, dan ada 2 kali jam istirahat kala itu. Di jam pelajaran kedua aku keluar terlebih dahulu sebelum waktu mengerjakan habis karena sebelumnya ada seorang anak kelas 9 yang mencari dan ingin bertemu denganku.
Beberapa soal memang kukerjakan dengan asal-asalan saja, selain terburu-buru memang saat itu aku sempat mabuk dengan beberapa temanku di jam istirahat pertama tadi.
Diluar nalar dan batas memang, tapi memang seperti itu kejadianya dulu. Beberapa dari kami sering membawa alkohol ke sekolah, hanya untuk terlihat keren didepan anak lain terutama lawan jenis (menurut kami) , dan untuk mengintimidasi siswa lain yang menjadi korban kami.
Susi namanya, aku mengenalnya sejak kelas 8 awal saat dia masih berada dikelas 7. Menjadi kenal dekat saat aku tinggal kelas dan sekelas dengannya, ditambah lagi saat itu dia menjadi pacar dari Aji teman seperjuanganku yang keluar dari sekolah ini karena berpindah kota. Aji salah satu komandan juga di fraksiku yang sering aku ceritakan sebelumnya.
Aku dan Susi membuat janji bertemu di kamar mandi sebelah selatan sekolah dekat kantin selatan.
Aku datang terlebih dahulu dan menunggu beberapa saat hingga dia datang menemuiku. Siang itu masih sepi karena banyak yang masih mengerjakan soal ujian dikelas, hanya yang telah selesai terlebih dahulu yang keluar meninggalkan kelas.
Susi seorang cewek berkulit sawo matang, dengan rambut keriting pendek, dan tinggi badan sebahuku diimbangi dengan badan yang berisi.
Dia mengajakku masuk ke salah satu kamar mandi agar tidak ada yang mengetahui pertemuan kami dan dia bebas bercerita.
"mau crita apa emang?" tanyaku kepadanya,
"gue mau minta tolong yan, tapi jangan sampai ada anak lain yang tau ya" jawabnya dengan raut wajah yang memelas membuatku bersimpati saat itu.
Kala itu Susi menceritakan tentang masalahnya dengan Aji, berharap aku dapat membantunya menyelesaikan masalah mereka. Dia ingin putus dengan Aji tapi selalu ditolak dengan berbagai ancaman darinya.
Keadaanku saat itu memang serba salah, Aji teman dekatku walaupun sudah keluar dari sekolah ini tapi dia sebelumnya berjasa juga sampai fraksi kami berdiri.
Sedangkan Susi temanku juga yang sering membantuku saat di kelas 8 dulu baik dalam hal keuangan maupun tugas-tugas.
Beberapa kali aku mencoba meyakinkannya untuk melanjutkan hubungan mereka, tapi dia bersikukuh untuk menyudahinya. Aji saat itu memang berada di kota ini dan berkata ingin menemui Susi di hari itu juga.
Hingga obrolan kami terhenti saat dia memegang tanganku dengan memohon-mohon untuk membantunya. Entah apa yang kupikirkan saat itu, aku memojokkanya kedinding, memegang samping kepalanya dengan tangan kananku dan aku menciumnya.
Beberapa saat memang dia menolak berciuman denganku hingga akhirnya dia membuka bibirnya dan kami beradu lidah kala itu. Aku sempat melepaskan ciuman itu dan kembali mengobrol, tapi dia mendekatiku dan berjinjit untuk kembali menciumku. Sebenarnya aku sadar dia pacar dari temanku, tapi aku berusaha melupakan kesalahanku itu dengan pembenaran menurutku sendiri.
Hingga tanganku berpetualang dan melepas beberapa kancing seragam pramuka yang kala itu melekat padanya dengan sesekali mengarahkan tanganya ke salah satu bagian tubuhku.
Saat itu dibawah pengaruh alkohol aku mencoba menjadikanya pacarku, dan langsung diterimanya saat itu juga sebelum kami melanjutkan apa yang sedang kami lakukan. Salah satu hal bodoh yang pernah aku lakukan dulu, dia masih pacar temanku, dan kami bersepakat untuk menjalin hubungan dibelakang Aji.
Sesuatu yang merusak suasana saat itu adalah bel yang berbunyi dan suara dari siswa yang keluar dari kelas. Mendengarnya kami kaget dan merapikan pakaian serta bergantian keluar dari kamar mandi itu dan berjalan berbeda arah.
Aku ke basecamp untuk berkumpul dengan teman-temanku,
"darimana aja bos?" tanya Mark yang kala itu sudah berada disana dengan teman-temanku yang lain.
"emm, abis jalan-jalan tadi sambil kekantin" jawabku berusaha menutupi kejadian yang telah terjadi.
"tumben sendirian, kaga nungguin yang lain keluar dulu" sahut Zhaki,
"iya gue cuman lagi pengen jalan sendiri aja" ucapku dengan sedikit menekan intonasi agar mereka tidak terlalu banyak bertanya.
Sebenarnya aku bisa saja menceritakan hal yang telah terjadi kepada mereka, tapi hal itu beresiko juga akan membuat sikap mereka kepadaku berubah. Mungkin mereka masih akan mengikutiku entah karena takut atau segan, tapi tak bisa dipungkiri sikap mereka akan berubah drastis mengingat Aji adalah salah satu dari kami sebelumnya.
Semua berjalan seperti biasanya hingga pulang sekolah, kami nongkrong di gubuk terlebih dahulu sebelum pulang seperti biasanya.
Datang seorang menaiki sepeda motor dengan sangat kencang kearah kami, dia sampai ditempat kami dan langsung menyapa. Ternyata itu bukan orang yang tidak kami kenal, Aji. Dia kembali ke kota ini untuk mengurus surat-surat perpindahanya yang sebelumnya belum semuanya selesai.
"bos gimana kabar nih? lama gaketemu kita" ucapnya kepadaku setelah dia menyapa Mark, Iza dan lainya.
"eh bro baik nih, kamu gimana?" jawabku dengan sedikit canggung, mengingat apa yang telah terjadi antara aku dan Susi sebelumnya.
Kami saling mengobrol basabasi walaupun sebenarnya aku kurang nyaman dengan kondisi itu. Dia dan teman-temanku yang lain saling melepas rindu setelah lama tidak bertemu.
"lo liat Susi gak? gue mau nemuin dia nih, dari kemaren gue hubungin gadibales" ucap Aji kepada Zhaki yang saat itu duduk disebelahnya.
Mendengar pertanyaan itu perasaanku semakin tidak karuan, aku takut Susi akan mengatakan apa yang telah terjadi sebelumnya kepada Aji. Kalau hal itu terjadi bukan hanya hubunganku dengan Aji saja yang akan berakhir, tapi sikap dari semua anggota fraksiku pasti akan berubah ditambah lagi aku sedang mendekati Villa kala itu. Villa pasti juga akan mendengarnya mengingat betapa berpengaruhnya aku disekolah kala itu.
"tadi sih gue liat diwarung depan sekolah sama temenya, coba aja samperin kesana kali aja masih ada" sahut Iza memotong pertanyaan Aji ke Zhaki.
"yaudah gue kesana dulu ya, kangen lama gaketemu. ntar kalo masih pada disini gue kesini lagi" ucap Aji sembari berpamitan kepada kami.
Dipacunya sepeda motor dengan kencang kearah depan sekolah, aku yang saat itu tidak tenang hanya bisa berharap semua akan tetap baik-baik saja. Siang itu Aji tidak kembali lagi ke gubuk kami, entah dia telah mengetahui apa yang terjadi atau bagaimana tapi memang siang itu hari terakhirku bertemu dengannya.
Keesokan harinya hari pengambilan raport kami, aku sempat bertemu Susi di pagi harinya menanyakan apa yang terjadi kemarin. Aku masih kepikiran tentang hari kemarin karena akan berakibat fatal untukku sendiri.
"kemaren ketemu Aji jadinya? trus gimana?" tanyaku kepadanya,
"udah beres kok, kemaren sih gamau diputus sampe narik aku keluar dari warung, tapi dipisah ibu yang punya warung trus dia diusir" jawabnya menjelaskan tentang kejadian yang membuatku tak nyaman kemarin.
Aku merasa sangat lega dan tenang, pagi itu juga aku putuskan Susi. Aneh memang mengingat hubungan kami hanya berlangsung 2 hari, tapi memang kejadianya seperti itu dulu. Dia hanya menunjukkan raut wajah kecewa dan berkaca-kaca sebelum berlari kekelasnya dan meninggalkanku.
Hari itu menjadi yang terakhir kalinya aku mengenalnya, karena setelahnya Susi aku campakkan begitu saja. Aku tidak pernah berkomunikasi lagi dengannya walaupun masih berada di satu sekolah yang sama.
Saat berpapasan atau saling bertemu pun kami hanya saling membuang muka seperti orang yang tidak saling mengenal. Tapi hal itu...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments