Happy reading
Bunga saat ini tengah menunggu Ilham di meja makan untuk makan malam, dia sebenarnya sudah gatal sekali ingin menanyakan perihal wanita itu kepada Ilham, tetapi Bunga mengurungkan niatnya. Dia akan melihat dulu sejauh mana Ilham akan bertindak.
'Kita lihat saja, Mas. Apakah kamu akan berani membawa wanita itu ke hadapanku? Atau kamu terlalu pengecut,' batin Bunga sambil mengaduk teh yang ada di hadapannya.
Deru mesin mobil terdengar di teras rumah Bunga, dan dia sangat yakin jika itu Ilham. Bunga pun hanya diam saja di meja makan tanpa mau menyambut Ilham, dia sudah sangat malas karena hatinya saat ini tengah panas seperti air yang baru saja mendidih.
"Assalamualaikum," ucap Ilham sambil masuk ke dalam rumah
"Waalaikumsalam ...!" Jawab Bunga dengan nada yang datar.
Ilham berjalan ke arah Bunga, lalu Bunga pun mencium tangan Ilham tanpa ada senyum di wajah. Bunga biasanya jika Ilham pulang akan menyambut suaminya itu di depan pintu dengan senyuman manis di bibirnya, tetapi kali ini tidak. Bunga masih santai mengaduk tehnya tanpa memperdulikan Ilham.
"Kamu kenapa tidak menyambutku di depan pintu? Kan aku baru saja pulang kerja?" Bingung Ilham sambil menatap ke arah Bunga lalu duduk di samping istrinya.
"Nggak apa-apa sih, Mas. Lagi males aja," jawab Bunga dengan cuek, semakin membuat Ilham penasaran tetapi juga kesal.
"Aku ini suami kamu, dan aku baru pulang kerja. Tapi kok malah disambut seperti ini? Nggak ada Tata kramanya sekali kamu sebagai seorang istri! Tidak ada sopan santunnya! Kamu masih marah sama aku, gara-gara kemarin? Hah! Kan aku sudah bilang, dia itu cuma temen aku, nggak lebih. Jangan bikin aku emosi deh, pulang kerja capek bukannya dipijitin, bukan yang disambut dengan baik, malah seperti ini? Kalau seperti ini terus, aku bisa berpaling ke wanita lain!" Ancam Ilham dengan kesal kepada Bunga.
Alih-alih kesal Bunga malah tersenyum mengejek. "Mendua, maksud kamu? Silakan saja! Lagi pula, mungkin kamu memang sudah menduakan aku! Ya kalau kamu mendua hanya karena sikapku seperti ini sih menurutku tidak masuk akal ya? Gini ya Mas, seseorang itu tidak akan pernah berubah jika pasangannya tidak membuat kecewa," ujar Bunga tanpa melihat ke arah Ilham sedikitpun.
Emosi Ilham semakin memuncak saat mendengar ucapan Bunga, dia pun menggebrak meja dengan keras sampai membuat wanita ya di sampingnya itu tersingkat kaget, tetapi Bunga masih dalam mode datar dan dingin.
"Kamu jangan kurang ajar ya! Suami kamu ini baru pulang kerja loh, kamu kenapa sih sekarang melawan sama suami kamu? Oh, atau jangan-jangan kamu itu udah punya simpanan? Kamu punya pria lain di belakang aku, iya?" Tuduh Ilham memutar balikan fakta.
Bunga yang dituduh selingkuh pun tidak terima, kemudian dia berdiri dan menatap Ilham dengan Tatapan yang begitu tajam. "Apa kamu bilang tadi, aku selingkuh, Maksud kamu? Mas, Mas ... Apa nggak kebalik? Jangan udang dibalik menjadi bakwan, Mas. Nggak akan pernah bisa! Udah deh, males aku sama kamu."
Setelah mengatakan itu, Bunga pun pergi meninggalkan meja makan untuk ke kamar tamu. Dia ingin menenangkan pikirannya karena saat ini Bunga benar-benar tidak bisa mengkondisikan emosinya.
Jika saja dia masih di sana bersama dengan Ilham, kemungkinan Bunga akan lepas kendali dan akhirnya akan cekcok dan beradu mulut dengan Ilham. Lagi pula Ilham juga tidak akan mengaku, kalau Bunga memperlihatkan foto antara Ilham dengan wanita itu.
Air mata Bunga kembali menetes, dia pun menjatuhkan tubuhnya di pinggir ranjang. Hati Bunga sebenarnya sangatlah rapuh, tapi dia mencoba untuk selalu kuat menghadapi setiap ujian dan juga cobaan. Dia selalu ingat dengan kata-kata sang ayah, di mana Bunga harus selalu kuat dalam menjalani ujian hidup, karena ujian hidup adalah sebagian dari perjalanan kita menuju kebahagiaan.
**************
Bunga merasakan badannya pegal-pegal, dia pun bangun dan mengerjapkan matanya. Dinginnya lantai begitu menusuk sampai ke tulang, membuat Bunga sedikit menggigil, dan ternyata Bunga tidak sengaja tertidur di lantai karena terlalu lelah menangis.
"Ya ampun, sudah jam 10.00 malam," gumam Bunga sambil menatap jam dinding yang ada di kamar tamu.
Bunga menghembuskan nafasnya dengan kasar, tidak ada tanda-tanda Ilham masuk ke kamar itu karena memang kamar itu dikunci oleh Bunga, dia pun berjalan keluar kamar karena merasa perutnya sangat perih dan belum diisi makanan sama sekali dari sore.
Bunga melihat ke arah tangga yang mengarah ke kamarnya, tapi seketika pandangan bunga menunduk. Dia tidak ingin memanggil Ilham dulu, Bunga ingin menenangkan perasaannya karena saat ini Bunga masih merasa kesal dan juga marah kepada Ilham.
Dengan perlahan Bunga pun membuka tutup saji yang ada di atas meja, dan melihat jika sayur dan lauk pauk yang dia masak tadi sore sudah dingin. Tetapi bunga tidak ada pilihan lain, dia pun mulai menyendok nasi ke dalam piringnya lalu mengambil lauk dan memakannya.
Makanan ini terasa hambar, tidak sehangat dulu, tidak semanis dan tidak serasa dulu. 'Ya Allah, aku kangen masa-masa itu. Dimana kami makan di meja yang sama, di piring yang sama, bahkan minum di gelas yang sama. Ruang makan yang penuh dengan canda dan tawa, tetapi sekarang rasanya begitu dingin dan hambar, ya Allah,' batin Bunga sambil memakan nasi yang ada di piring.
Sebenarnya Bunga Tidak selera makan, tetapi dia tidak mau karena sakit hati dan juga kekesalannya, serta rasa sakitnya kepada Ilham, melupakan kesehatannya sendiri. Karena Bunga tahu ke depannya akan banyak sekali masalah yang harus dia hadapi, bukan hanya dari mertuanya saja tetapi dari selingkuhan Ilham.
'Aku sangat yakin Mas, jika nanti pasti kamu akan membawa Selingkuhan kamu ke hadapanku. Dan pastinya akan ada banyak masalah yang harus aku hadapi, dan aku tidak ingin badanku sakit, karena hatiku sudah jauh lebih sakit, Mas!' batin bunga sambil mengunyah makanannya dengan rasa terpaksa.
Sedangkan di kamar atas Ilham tidak bisa memejamkan matanya, karena tidak ada Bunga yang berada di sampingnya. Biasanya Ilham akan memeluk tubuh Bunga saat ia akan tertidur, tetapi dari tadi Ilham tidak bisa tertidur dengan nyenyak.
"Apa aku samperin Bunga saja ya di kamar tamu. Aku minta maaf sama dia, tapi aku takut kalau nanti aku kehabisan kata-kata. Aku harus seperti apa?" Bingung Ilham sambil mengacak rambutnya.
Akhirnya Ilham turun dari ranjang dan keluar dari kamarnya untuk menuju kamar tamu, dia akan mencoba membujuk Bunga. Dia tidak mau Bunga semakin curiga kepadanya, karena jika semakin Ilham diamkan maka Bunga akan semakin mencurigainya.
Dengan perlahan Ilham mulai membuka pintu kamar tamu, tetapi saat pintu terbuka Ilham tidak melihat Jika Bunga ada di dalam kamar. Padahal tadi pas Ilham ingin masuk ke dalam kamar, pintu kamar tamu itu terkunci.
"Apa bunga sudah bangun ya! Di kamar mandi juga sepertinya tidak ada?" Gumam Ilham dengan heran.
Lalu dia pun berjalan menuju ke dapur. Entah kenapa insting dia Bunga berada di sana, dan benar saja sesampainya Ilham di sana dia melihat Bunga sedang mencuci piring.
'Aku harus menurunkan egoku, agar Bunga tidak semakin curiga. Kalau sampai aku dan dia diam-diaman terus seperti ini, bisa-bisa akan terbongkar semuanya. Sedangkan aku belum siap untuk mengungkap semuanya kepada Bunga,' batin Ilham sambil melangkah mendekat ke arah Bunga.
Grep
Bunga kaget saat ada seseorang yang memeluknya dari belakang, dan saat dia lihat ternyata itu adalah Ilham. Bunga pun Acuh saja sambil mencuci piringnya, setelah selesai Bunga mengelap tangannya kemudian melepaskan pelukan tangan Ilham di perutnya.
"Sayang, aku minta maaf! Aku tahu aku salah, aku sudah membentak kamu. Tapi itu karena aku terlalu kecapean Sayang, aku pulang kerja. Tapi kamu malah nuduh aku yang nggak-nggak," ujar Ilham sambil kembali memeluk tubuh Bunga dari belakang.
Mendengar ucapan ilham, Bunga menarik satu sudut bibirnya ke atas, tetapi dia enggan untuk menjawab pertanyaan ilham. Karena percuma saja, mau Bunga desak seperti apapun ilham tidak akan pernah mengaku, karena dia sudah tahu sifat ilham seperti apa,
"Nggak papa Mas, aku malam ini tidur di kamar tamu dulu ya! Aku masih butuh waktu untuk menenangkan diri," pinta Bunga sambil berjalan meninggalkan Ilham yang mematung melihat sikap dingin Bunga.
'Maafkan aku Mas, luka yang kamu berikan sangatlah dalam, tetapi belum seberapa dalam, Mas. Tetapi jika memang kenyataan itu pada akhirnya benar, maka kamu sudah menggali lubang yang begitu dalam di hatiku Mas, hingga lubang itu menganga begitu besar dan sulit untuk ditutup kembali,' batin Bunga sambil menitikkan air mata dan masuk ke dalam kamar tamu.
Bersambung. . ........
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 259 Episodes
Comments
Sugiharti Rusli
terkadang yah perempuan tuh mudah luluh sih yah kalo dirayu, tapi langsung meledak-ledak emosinya pas tahu di selingkuhi, padahal kalo bisa bersikap elegan pasti bisa lebih terlihat bernilai lho
2024-08-28
0
Lela Sophie
benar2 harus menyiapkan tissu...
2023-05-26
0
Sulati Cus
semoga pintu nya di kunci dan kunci nyangkut di lubang kunci😂
2023-01-27
1