Happy reading.......
Setelah membuatkan minuman untuk mertuanya, Bunga pun pergi ke kamar, tapi lagi-lagi Tante Farah menghalangi langkah Bunga. "Mau ke mana kamu? Mertua lagi di sini main pergi aja. Pijitin dulu kaki saya!" Titah tante Farah sambil mengangkat satu kakinya ke atas sofa.
Bunga pun akhirnya duduk di sofa dan mulai memijit kaki tante Farah, tapi dengan cepat tante Farah mendorong tubuh Bunga hingga tersungkur ke lantai menggunakan satu kakinya.
"Jangan duduk di sofa! Duduk di bawah, dan pijit kaki saya!" ucap sarkas tante Farah dengan nada angkuh.
Bunga hanya menghela nafasnya dengan pelan saat mendapatkan perlakuan kasar dari mertuanya itu, sementara Nara melihat perlakuan tante Farah yang tidak manusiawi kepada Bunga, dengan Seringai di wajahnya.
'Benar ternyata dugaanku, jika tante Farah memang tidak menyukai Bunga. Baguslah! Aku akan menyusun rencana agar tante Farah mau membantuku untuk membujuk Mas Ilham, agar menceraikan wanita sialan itu.' batin Nara sambil memikirkan rencana apa yang akan dia lakukan.
"Cepat! Kenapa malah diam saja? Apa kau tidak punya telinga! Apa kau tuli! Apa kau bisu!" bentak tante Farah dengan nada bicara yang tinggi.
Bunga mengangguk, kemudian mulai memijit kaki tante Farah dengan dia yang duduk di lantai. 'Aku benar-benar harus sabar menghadapi sifat Mertuaku ini, ada saatnya kalian akan menyesal telah memperlakukan aku seperti ini. Lihat saja, jika kartu As ku sudah kubuka, maka aku pastikan kalian akan bungkam dan tidak berani lagi untuk berbicara.' batin Bunga dengan nada yang begitu geram.
***********
Sementara itu di kediaman Bagas, tante Ranti sedang duduk berdua dengan putranya. Dia masih kepikiran soal Bunga yang begitu sangat menyayangi Aurora.
"Padahal Mama berharap Bunga itu single, jadi kalian bisa bersatu. Tapi, tunggu dulu. Bagaimana bisa Aurora kenal dengan Bunga?" tanya tante Ranti kepada Putra semata wayangnya itu.
Mendengar pertanyaan dari sang Mama, Bagas pun menceritakan bagaimana awal mula Aurora dan juga Bunga bertemu, dan bagaimana kedekatan mereka berdua.
Tante Ranti yang mendengar itu pun hanya mengangguk-anggukkan kepalanya, dia tidak menyangka jika cucunya itu akan begitu dekat dengan Bunga, padahal baru pertama kali bertemu.
"Bagas juga tidak tahu Mah, kenapa Aurora begitu dekat dengan Bunga? Padahal mereka baru pertama kali bertemu?" bingung Bagas sambil menatap lurus ke arah depan.
Lalu keduanya pun sama-sama terdiam, hanyut dalam pikiran masing-masing hingga sebuah suara yang begitu menggemaskan Datang Memanggil Bagas dan langsung duduk di pangkuan pria tampan itu.
"Papa... Tante Bunganya sudah pulang ya? Padahal Aulola berhalap Tante Bunga masih ada di samping Aulola, aat Aulola bangun,' ucap Aurora dengan wajah merajuk kepada Bagas.
" Iya sayang, kan Aurora tahu sendiri. Tante Bunga itu kan harus pulang, mengurus rumahnya, memasak dan juga yang lain. Nanti kita hubungi Tante Bunga lagi ya! Aurora Inget kan pesan Tante Bunga apa?" ujar Bagas sambil mengusap lembut rambut Aurora.
"Iya Pah, Aulola ingat kok. Tante Bunga bilang kalau Alulola halus makan dan minum obat," Jawab Aurora sambil mengangguk-kan kepalanya dengan wajah yang begitu imut.
"Good! Anak yang baik. Kalau gitu kita main boneka yuk! Kebetulan hari ini Papa free, jadi kita bisa main sepuasnya."
"Waah... Benelan Pah? Hali ini belalti Aulola bisa main sama Papa dong sepuasnya? Holee..." ucap Aurora dengan nada yang begitu riang dan juga senang, sambil meloncat dan memeluk tubuh Bagas.
Dengan penuh kasih sayang dan juga senyum bahagia di wajah Bagas, dia mengusap lembut punggung putrinya, kemudian mengucup kening Aurora dengan penuh cinta.
'Papa akan lakukan apapun demi kamu, Nak. Sekalipun nyawa Papa taruhannya. Papa ingin selalu melihat senyuman dan kebahagiaan di wajah kamu,' batin Bagas sambil menatap Putri kecilnya.
************
Sementara itu Bunga baru saja sampai di kamarnya, setelah memijit kaki mertuanya. Dia merebahkan tubuhnya di atas kasur sambil menatap langit-langit kamar dengan Tatapan yang begitu kosong.
"Kenapa, kebahagiaan yang selalu kurasakan hanya sebentar? Kenapa, pada akhirnya penderitaan yang aku dapatkan? Ya Allah... Apakah ini memang jalan hidupku? Mendapatkan suami yang awalnya sangat mencintaiku, namun pada akhirnya dia selingkuh. Juga mendapatkan mertua yang tidak pernah menghargai, bahkan menyayangiku sebagai menantunya? Dia selalu saja menyiksa dengan fisik dan juga batin. Semoga aku selalu kuat, ya Allah." gumam Bunga dengan nada yang begitu Lirih.
Sementara itu di lantai bawah, Nara mencoba mendekati tante Farah dan duduk di samping wanita tua itu.
"Tante..." Panggil Nara dengan nada yang dibuat selembut mungkin.
"Iya Sayang, kenapa?" tanya Tante Farah sambil meminum teh yang dibuatkan oleh Bunga.
"Tante, kenapa sih kok perlakuannya seperti itu kepada Mbak Bunga? Apa Tante tidak menyukai Mbak Bunga? Padahal dia itu istrinya Mas Ilham?" Nara mencoba mengorek informasi tentang kebencian tante Farah kepada Bunga.
"Tante memang tidak menyukai dia, bahkan tante tidak pernah Merestui Pernikahan mereka. Tapi Ilham begitu ngotot untuk menikahi Bunga! Lagi pula derajat dan kasta dia itu sangat berbeda dengan kita, dia hanya anak seorang supir. Entah apa sudah dia perbuat, sehingga Putra tante mencintai dia?"
Nara yang mendengar itu tersenyum miring, sebuah rencana sudah tersusun di otaknya. Kemudian dia pun semakin menggeser duduknya kepada tante Farah, dan mulai memegang tangan wanita itu.
"Aku pikir, aku saja yang melihat jika Mbak Bunga itu bukan wanita baik-baik. Tante tahu! Tadi pagi, aku bolak-balik ke kamar mandi sehabis minum susu buatan Bi Marti. Tapi aku yakin, jika Mbak Bunga yang melakukan itu? Sebab tidak mungkin Bi Marti memberikan obat pencahar jika tidak disuruh seseorang, bukan tante?"
Nara mencoba mempengaruhi pikiran tante Farah, dan itu cukup berhasil, karena tante Farah mulai terbawa dengan ucapan Nara. "Obat pencahar? Maksud kamu, Bunga meracuni kamu? Untuk apa?" heran tante Farah dengan satu alis terangkat.
"Aku juga tidak tahu, tante! Mungkin Mbak Bunga tidak suka aku tinggal di sini, makanya dia langsung meracuni aku dengan obat pencahar itu. Apa salah aku Tante? Hiiikss... Kenapa Mbak Bunga begitu membenci aku? Padahal aku harus mengurus anaku" Nara mulai bersandiwara sambil menampilkan wajah sedihnya, dan mulai mengeluarkan air mata buayanya untuk menarik simpati dari Tante Farah.
'Kita lihat saja, wanita sialan. Siapa yang akan dibela oleh tante Farah? Dan aku yakin, sebentar lagi kamu akan ditendang dari rumah ini,' batin jahat Nara sambil menyeringai.
Bersambung. . . ....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 259 Episodes
Comments
Sugiharti Rusli
eh ko jadi curiga kalo aslinya Bunga bukan putri kandung bapak-ibunya deh
2024-08-28
0
Dwi Setyaningrum
kalau bunga ditendang dr situ malah kebeneran bunga ga menderita terus🤪🤪
2024-01-21
1
Ayuna Kamelia
lah bukannya si nara jg dr kalangan bawah kerja d kafe
iya gasi thor
emaknya ilham knp baek
2023-12-20
1