(Bukan) Perjaka Tua
"Dito, lebih baik kita putus aja!" ucap gadis berusia 20 tahun yang bernama Nayla di belakang kampusnya.
"Kenapa Nay? Aku ada salah apa?" Dito tak mengerti dengan keputusan Nayla yang tiba-tiba ini. Mereka sudah berpacaram sejak awal masuk kuliah dan selama hampir dua tahun ini hubungan itu baik-baik saja. Tapi tiba-tiba saja Nayla meminta putus darinya. Ada apa dengan Nayla?
Nayla membalikkan badannya dan berjalan pelan. Ayolah, dia bukan gadis yang cengeng. Ini sudah menjadi keputusannya. "Karena aku udah bosan sama kamu." jawabnya, sambil berlalu meninggalkan Dito yang hanya berdiri mematung.
Ya, itu hanya sebuah alasan klasik untuk memutuskan hubungan. Nyatanya Nayla memutuskan Dito bukan karena itu. Justru masalah terbesar dalam hidupnya adalah kesenjangan sosial. Dia sadar diri, apakah pantas Dito seorang anak mentri bersanding dengan dirinya yang tidak mempunyai Ayah dan hanya bekerja freelance di teh racik untuk membiayai kuliahnya sendiri. Pertemuannya dengan keluarga Dito, benar-benar menyadarkannya akan hal itu. Saat orang tua Dito secara terang-terangan menyindir status sosial itu.
Nayla menghela napas panjang. "Biarlah, bumi gak akan berhenti berputar hanya karena aku kehilangan Dito. Lihat saja jika suatu saat nanti aku udah sukses!"
Meski demikian, Nayla tidak pernah menyerah. Dia memiliki semangat dan tekad yang kuat dalam hidupnya.
Beberapa saat kemudian ada sebuah panggilan masuk lewat whatsapp nya.
"Iya, hallo... Apa! Ibu masuk rumah sakit. Iya, aku akan segera ke sana..."
Setelah panggilan itu terputus, Nayla berjalan cepat menuju tempat parkir. Dia menaiki motor butut peninggalan dari Ayahnya 5 tahun yang lalu. Setelah menghidupkannya, dia segera melajukan motornya menuju rumah sakit.
"Semoga ibu tidak apa-apa."
Sudah beberapa hari ini ibunya memang mengeluh sakit di bagian perutnya. Setiap kali dia ingin mengajak ibunya periksa, ibunya selalu menolak.
Beberapa saat kemudian Nayla sampai di tempat parkir rumah sakit. Dia langsung menemui ibunya yang masih berada di IGD.
"Ibu." Nayla segera memeluk ibunya yang terbaring di atas brangkar. "Ibu sakit apa?"
Bu Lela tak menjawab pertanyaan putrinya. Justru Dokter yang berada di dekat Nayla yang menjawabnya. "Ada kista yang tumbuh di rahim, dan harus segera di operasi secepatnya."
Mendengar hal itu, Nayla membuka matanya lebar. "Operasi Dok?"
"Iya, karena kistanya sudah membesar."
Nayla menghela napas panjang. Tunggakan bpjs dari dua tahun terakhir ini saja belum dia bayar. Dia juga sudah banyak pinjaman dimana-mana. Gaji juga sudah dia ambil.
"Biar operasi ditunda saja Dok. Karena kami masih belum ada biaya," kata Bu Lela. Karena dia tahu apa yang dipikirkan putrinya saat ini. "Dan saya ingin berobat jalan saja, Dok."
"Ibu, Nayla pasti akan mencari uangnya."
Bu Lela menggelengkan kepalanya. "Ibu tidak apa-apa. Ibu bisa menahan sakit ini."
"Tapi kami tetap menyarankan untuk segera di operasi. Kalau bpjs ibu memang tidak aktif, coba minta bantuan ke perangkat desa agar bisa diganti dengan yang gratis." kata Dokter yang sangat mengerti dengan kondisi pasien.
"Iya, Dok. Terima kasih."
"Saya akan resepkan obat pereda nyeri. Nanti ditebus saja di apotik."
Setelah semua urusan di rumah sakit selesai, Nayla dan ibunya kembali pulang ke rumah.
Kali ini Nayla harus memikirkan cara bagaimana dia harus mendapat uang yang lebih banyak.
Sepertinya aku harus kerja sehari full dengan gaji minimal UMR.
Akhirnya Nayla menulis status di whatsapp nya, jika dirinya sedang butuh lowongan kerja segera.
Beberapa saat kemudian, ada teman lama yang membalas story Nayla. Seketika dia tersenyum.
Setelah sampai di rumah buru-buru Nayla mempersiakan surat lamaran. Mumpung hari masih siang, dia akan segera melamar di perusahaan itu.
"Nay, mau kemana?" tanya Bu Lela yang sedang terbaring di tempat tidur.
"Nayla mau melamar pekerjaan, Bu. Doakan keterima ya, Bu." Nayla berpamitan dan mencium punggung tangan ibunya.
"Terus kuliah kamu?"
Nayla tersenyum tulus agar ibunya tidak khawatir. "Ibu tenang saja. Nanti Nayla pasti akan melanjutkan kuliah."
Setelah itu Nayla keluar dari rumahnya lalu menitip pesan pada tetangga yang terasa saudara itu.
"Mbak Tika, aku titip ibu sebentar ya. Aku mau melamar pekerjaan."
"Iya, Nay. Maaf ya, aku gak bisa bantu banyak. Semoga kamu cepat mendapat pekerjaan yang lebih baik."
"Iya, Mbak. Amin." Kemudian Nayla menaiki motor bututnya dan segera melaju menuju perusahaan yang dia lamar.
...***...
"Selamat, mulai besok kamu bisa langsung bekerja di sini."
Mendengar kalimat itu, senyum Nayla mengembang. Akhirnya dia mendapat pekerjaan dengan gaji UMR meskipun hanya menjadi cleaning service. Tak apalah, yang terpenting ada pemasukan rutin setiap bulannya.
Nayla kini berjalan menghampiri temannya yang sedang membersihkan lantai di lobi. "Echa, makasih ya. Mulai besok aku udah bisa kerja di sini."
"Selamat ya. Tapi gimana dengan kuliah kamu? Kamu sudah mau semester 4 kan? Harusnya kamu bisa jadi staff di kantor ini gak cleaning service kayak aku."
Nayla menghela napas panjang. Kali ini tidak ada pilihan lagi. Dia harus mendahulukan yang lebih penting. "Yang terpenting sekarang aku mendapatkan pekerjaan dulu. Ya udah, aku pulang dulu ya." Nayla memutar langkahnya akan berjalan menuju pintu keluar. Tapi di dekat pintu terlihat ramai orang. "Ada apa?" tanya Nayla. Dia urung untuk melangkah.
Echa justru tersenyum gembira. Ekspresinya seperti melihat artis papan atas. "Wah, itu pasti Pak Reka. Beliau baru pulang dari New York."
"Pak Reka?"
"Iya, CEO di perusahaan ini. Wajahnya tampan banget, udah gitu masih single lagi. Lee min ho sih kalah."
Nayla mengernyitkan dahinya. Bisa selebay itu hanya karena melihat seorang bos. Pasti dia juga sudah tua dan botak mikirin anak buahnya.
"Meskipun aku gak bisa memilikinya tapi paling tidak aku bisa mengaguminya."
Nayla semakin tertawa. "Lebay banget sih. Ya udah aku mau pulang dulu." Nayla mulai melangkahkan kakinya tapi dia juga penasaran dengan apa yang dikatakan Echa. Dia memperhatikan satu per satu lima orang yang berjas itu. Bodohnya dia tidak bertanya yang mana orangnya.
Saking fokusnya tanpa sengaja Nayla justru menyenggol bahu seseorang. Bukannya orang itu yang terjatuh tapi justru Nayla.
Nayla menundukkan pandangannya sambil menahan tubuhnya dengan tangan.
"Hei, kalau jalan itu pakai mata!" suara orang itu terdengar begitu tegas.
"Pak Reka!" tapi panggilan dari rekan kerjanya itu membuat Reka urung melihat wajah Nayla.
Nayla berdiri sendiri dan mengibaskan celananya.
Whats?? Apanya yang ngalahin Lee min ho. Bos arrogant gitu! Moga aja orang itu jarang ke tempat ini meski bos di sini.
Nayla berdengus kesal lalu dia keluar dari perusahaan itu. Dia berjalan menuju tempat parkir. Menatap bangunan yang kokoh dan menjulang tinggi.
Sanjaya Group.
Selamat datang Nayla di Sanjaya Group.
💞💞💞
.
Jangan lupa jadikan favorit ya...
.
Novel ini ikut event 100% kekasih ideal ya. Mohon dukungannya..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
Ria Dardiri
seru nih,,mampir juga
2023-08-12
0
Opa Sujimim
aku faforit KK,ini ni karya ke3 KK yg kubaca.
2023-07-23
1
Nona Lengary
aq mmpir lgi thorr
2023-07-06
1