"Nay, benar kamu masih mau bekerja menjadi cleaning service di kantor Reka?" tanya Luna pada Nayla yang sudah bersiap untuk pergi bekerja itu.
"Iya Bunda. Beberapa hari lagi aku akan kembali kuliah." kata Nayla. Karena dia masih baru bekerja, tidak mungkin dia tiba-tiba berhenti dan menghilang, meskipun bosnya adalah suaminya sendiri.
"Ya sudah, kamu berangkat bareng Reka saja ya."
Niat hati Nayla memang ingin berangkat sendiri tapi mertua baik hatinya itu justru menyuruh Nayla untuk menunggu Reka.
"Iya sayang. Ayo berangkat." Reka yang baru saja keluar dari kamar langsung menggandeng tangan Nayla.
Mereka pun berpamitan pada kedua orang tua Reka. Dengan tangan yang masih bergandengan, Reka dan Nayla keluar dari rumah lalu masuk ke dalam mobil Reka.
"Nanti turun sebelum kantor," pesan Nayla sebelum Reka melajukan mobilnya.
Reka tersenyum miring. "Kenapa harus ngumpet-ngumpet. Aku biasa aja kalau memang ada yang tahu hubungan kita." Reka mulai melajukan mobilnya di jalanan yang lumayan macet pagi hari itu.
"Tapi aku malu, karena pada kenyataannya pernikahan ini hanya berdasarkan bisnis bukan cinta."
Sambil fokus menatap jalanan pagi itu, Reka masih mengobrol dengan Nayla. "Kalau aku cinta sama kamu?" tanya Reka tiba-tiba.
Nayla tersenyum masam. "Pak Reka itu bukan cinta sama aku tapi sama wajah aku yang mirip dengan calon istri Pak Reka."
Setelah itu tidak ada pembicaraan di antara mereka lagi.
Sesuai permintaan Nayla, Reka menghentikan mobilnya beberapa meter sebelum kantor. Setelah itu Nayla turun, kemudiam dia berjalan menuju kantor dan masuk ke dalam.
Seperti biasa, dia mempersiapkan peralatan bersih-bersihnya lalu menuju ruangan Reka.
Ada rasa yang berbeda saat Nayla masuk ke dalam ruangan itu, sedangkan Reka sedang duduk santai di sofanya.
Nayla tak berkata apa-apa lagi, dia mulai membersihkan lantai kantor itu. Seharusnya Reka memang tidak datang sepagi itu, tapi sejak Nayla bekerja di kantornya, Reka selalu datang satu jam lebih pagi dari jam kerja kantor.
Reka berdiri dan mendekati Nayla. Dia meraih gagang pel yang Nayla pegang dan meletakkannya di dekat meja. "Mulai besok biar aku suruh cleaning service lain membersihkan tempat ini." kemudian Reka meraih tangan Nayla agar duduk di sofa.
"Pak, ini jam kerja nanti kalau pekerjaanku gak beres dimarahi sama Mbak Vita."
Reka tersenyum kecil. "Kamu lupa siapa bos di tempat ini."
Ya, Nayla hampir saja melupakan hal itu, jika seseorang yang sekarang duduk di sampingnya dan merupakan bos besar di perusahaan itu adalah suaminya.
"Iya, di rumah suami pura-pura. Kalau di sini tetap bos." kata Nayla.
Reka merengkuh bahu Nayla dan mendekatkan dirinya. "Kenapa setiap pagi kamu selalu buat aku tegang?"
"Tegang?" Dia teringat kejadian tadi pagi lagi yang lupa membawa baju gantinya ke kamar mandi. "Itu sih Pak Reka aja yang mikirnya kotor."
"Memang kamu pikir, aku cowok gak normal yang gak nafsu lihat tubuh kamu." Reka semakin menghapus jarak di antara mereka.
Nayla menjauhkan wajahnya karena wajah Reka semakin mendekat.
Kemudian Reka mengusap lembut pipi Nayla. "Aku kasih kamu gaji double kalau kamu mau melayaniku tiap malam. Selain dapat uang, kamu juga dapat pahala."
Seketika Nayla mendorong Reka dengan keras. Kalimat Reka itu benar-benar telah melukai hatinya. Dia merasa direndahkan harga dirinya hanya karena membutuhkan uang.
"Memang Pak Reka pikir aku wanita seperti apa?! Aku gak akan melakukannya tanpa adanya cinta dan satu hal lagi, Pak Reka sangat menginginkan aku karena Pak Reka menganggap aku ini Azkia. Tapi sayang aku gak bisa mencintai Pak Reka seperti Azkia."
Nayla mengambil peralatan bersih-bersihnya lalu keluar dari ruangan Reka. Dia sangat tergesa, hingga tanpa sengaja menyenggol bahu Sifa.
"Hei, kalau jalan itu pakai mata!" teriak Sifa kesal.
Tapi Nayla tak menggubrisnya, bahkan untuk sekedar minta maaf. Dia kinj mengusap setetes air mata yang berhasil lolos dengan punggung tangannya sambil berjalan cepat.
Sifa semakin curiga dengan hubungan Nayla dan Reka. "Sebenarnya, mereka ada hubungan apa?" Dia mengambil ponselnya lalu menghubungi Nova.
"Nov, sepertinya Pak Reka ada affair sama cleaning service di sini."
Sifa semakin serius mendengar cerita Nova di seberang sana.
"Apa? Iya, akan aku kerjakan."
Sifa memutuskan panggilannya. "Nayla, kamu pikir kamu bisa mendekati Pak Reka dengan mudah. Kamu salah!" Sifa tersenyum miring.
...***...
Sedari pagi, hati Reka tidak tenang. Tak seharusnya dia meminta Nayla melakukan hal itu. Sampai dia berani menawarkan uang pada Nayla. Pasti sekarang Nayla semakin kesal dengan Reka.
Akhirnya Reka keluar dari ruangannya dan memutuskan untuk menemui Nayla. Dia turun ke lantai dasar dan berjalan menuju pantry. Beberapa pasang mata menatap kedatangan bos besarmya itu.
Terlihat Nayla sedang berdiri sambil membuat minuman.
"Nay..." panggil Reka sambil berdiri di samping Nayla.
Nayla tak menjawab, dia hanya memutar bola matanya karena masih kesal dengan Reka. Dia menggeser kakinya menjauhi Reka tapi Reka kembali mendekat.
"Nay, aku minta maaf soal tadi..."
Echa yang berada di dekat mereka, hanya menatap bingung kedekatan mereka. Apa Nayla dan Reka mempunyai hubungan spesial?
"Nay, aku gak bermaksud menyinggung perasaan kamu." kata Reka lagi.
Nayla akhirnya memutar tubuhnya dan menatap Reka. "Kalimat itu sudah terucap, sulit untuk ditarik kembali. Pak Reka tolong kembali ke ruangan saja, daripada nanti kita memancing perhatian yang lainnya."
Reka menggelengkan kepalanya. "Aku gak peduli. Yang penting kamu mau memaafkan aku."
"Memang maaf aku sepenting itu? Meskipun aku marah, atau bagimana tetap gak ada efek kan sama Pak Reka. Pak Reka tenang saja aku akan tetap menjalankan tugas aku di rumah."
Tiba-tiba Reka manahan pundak Nayla yang membuat bola mata yang melihat adegan mereka hampir saja keluar dari tempatnya.
"Aku mau minta maaf sama kamu, karena aku memang salah." kata Reka begitu memohon.
Nayla hanya menundukkan pandangannya. Dia tidak berani menatap kedua netra Reka yang begitu tajam menatapnya.
"Iya, aku maafkan. Pak Reka lebih baik kembali aja ke ruangan Bapak."
"Oke." Reka membalikkan badannya setelah mengusap lembut pipi Nayla. Rupanya Reka memang sudah tidak peduli jika hubungannya akan terbongkar.
"O my God. Aku gak salah lihat barusan." Echa mendekati Nayla dan ingin bergosip. "Ada hubungan apa kamu sama Pak Reka?"
"Hanya bisnis."
Echa semakin mendekat. "Bisnis apa? Kamu?"
"Jangan kotor pikirannya. Aku gak kayak gitu." Nayla melihat sekitar tempatnya memastikan bahwa tempatnya aman. "Jadi..." Nayla menceritakan kronologi yang sebenarnya.
"Apa? Itu sih namanya pelarian!"
💞💞💞
.
Jangan lupa like dan komen ya...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
david 123
Nayla tidak usah jual mahal,ungkapkan perasaannya.dg sendirinya cinta akan bersemi karena selalu bersama dlm satu kamar,wajar ada gairahh yg memuncakkkkkk...he...he.
2024-12-27
0
cinta
walaupun gimana pun itu suami lo nay ga usa sok"kesel🤭
2025-02-16
0
Yani
Telat kamu Sifa ! Nay udah jadi istrinya
2025-01-30
0