Pagi itu, Nayla sangat bersemangat berangkat bekerja. Dia berdo'a, semoga hari pertamanya bekerja diberi kelancaran dan berjalan mulus. Setelah sampai di tempat kerjanya, Nayla bersiap untuk kerja dengan komando dari kepala cleaning service.
"Kamu bersihkam ruangan Pak Direktur!" perintahnya pada Nayla.
Nayla melebarkan matanya. "Hmm, tapi Mbak saya kan masih baru. Nanti kalau saya..."
"Justru ini untuk mengetes kamu di masa training." Potong kepala cleaning service itu yang bernama Vita. "Cepat kerjakan!"
Nayla menganggukkan kepalanya. Dia mengambil peralatan bersih-bersih dan segera berjalan menuju ruang direktur yang berada di lantai lima. Hari masih pagi, para staff dan tentu direktur utama di perusahaan itu belum datang.
Dengan hati yang berdebar seperti akan melakukan ujian, Nayla masuk ke dalam ruangan itu. Ruangan yang cukup luas dan rapi. Dia edarkan pandangannya ke seluruh ruangan itu, tak lupa juga dia coba kursi kebesaran milik direktur.
"Nyaman sekali kursi ini. Andai aku jadi direktur pasti tinggal aku suruh-suruh aja anak buahku." Nayla tertawa kecil.
Puas berkhayal, Nayla kembali membersihkan ruangan itu. Tanpa sengaja dia menemukan sebuah bingkai foto di dekat pesawat telepon. Foto itu sangat menarik perhatian Nayla. Dia mengambil foto itu dan mengamatinya.
"Katanya Pak Reka masih single tapi sepertinya ini foto prewed." Nayla masih saja mengamati foto itu. "Tapi wajah ini..."
"Apa yang kamu lakukan!"
Suara keras itu seketika membuat Nayla terkejut dan dia menjatuhkan bingkai foto itu hingga kacanya pecah.
Pandangan mata Reka kini menatap tajam pada bingkai foto yang telah pecah itu. Dia berjalan cepat dan mengambil fotonya. "Siapa yang suruh kamu pegang barang-barang saya!" suara keras Reka sangat menandakan jika dia sedang marah.
"Maaf, Pak. Saya tidak sengaja." Nayla memutar tubuhnya sambil menundukkan pandangannya di depan Reka.
"Kamu..." Kalimat Reka berhenti saat melihat wajah itu. Wajah yang sangat tidak asing baginya. Wajah yang sangat dia rindukan yang hanya menghiasi hari-harinya lewat bayangannya saja. Mata dengan kilat amarah itu kian meneduh bahkan berkaca.
"Azkia." Seketika Reka memeluk tubuh Nayla. "Aku kangen sekali sama kamu."
Nayla bingung dengan pelukan Reka yang tiba-tiba itu. "Hmm, maaf Pak." Nayla mendorong dada bidang Reka. "Saya bukan Azkia."
Tersadar, seketika Reka melepas pelukannya. Azkia sudah meninggal, mana mungkin sekarang berdiri di depannya. Reka kembali mengamati wajah itu, dia pegang pipi tirus Nayla dan mengusapnya lembut.
"Wajah ini..."
Nayla menyingkirkan tangan Reka dari wajahnya. "Maaf Pak, saya akan membersihkan pecahan ini." Nayla mengambil sapu dan membersihkan serpihan kaca itu.
Reka kini duduk sambil terus mengamati gerak-gerik Nayla. "Siapa nama kamu?" tanya Reka.
"Nayla, Pak." jawab Nayla. Dia masih saja tidak berani menatap mata Reka yang tajam dan seolah ingin menusuknya.
"Nayla. Cleaning service baru di sini?" tanya Reka lagi.
Nayla menganggukkan kepalanya.
"Lain kali kalau membersihkan ruangan saya, jangan sentuh barang apapun kecuali ada yang kotor."
Nayla mengangguk paham. "Iya Pak. Saya permisi dulu." setelah selesai dengan pekerjaannya, Nayla keluar dari ruangan direktur.
Reka menghela napas panjang. Wajah itu benar-benar sangat mirip dengan Azkia. Bagaimana bisa ada dua orang dengan wajah yang hampir sama. Apa jangan-jangan mereka kembar?
Reka segera menghubungi Bu Ami, selaku kepala HRD. "Bu Ami, tolong bawa CV milik Nayla ke tempat saya... Iya Nayla cleaning service baru."
Setelah meletakkan gagang teleponnya, Reka kembali memikirkan wajah Nayla. "Azkia, apa kamu kembali..."
Reka kembali mengingat semua kenangannya bersama Azkia. Begitu sulit melupakannya. Dia bertemu Azkia saat usianya baru menginjak remaja, saat dia memakai seragam biru putih. Awalnya mereka hanya dekat dan berteman. Sampai saat SMA, rasa itu berubah menjadi cinta. Semua terasa mulus, hingga status mereka berubah menjadi pacar. Setelah lulus SMA, mereka berkomitmen untuk menikah setelah lulus kuliah.
Selama kuliah, mereka menjalani hubungan jarak jauh. Reka di Amerika sedangkan Azkia di Jakarta. Dan penantian itu tak sia-sia. Setelah lulus kuliah, Reka langsung melamar Azkia dan menentukan tanggal pernikahan mereka.
Mereka sudah melakukan foto preweding dan menyebar undangan, tapi tak disangka sesuatu yang buruk itu terjadi. Azkia mengalami kecelakaan saat dia mengendarai sepeda motornya sendiri.
Reka sangat sedih, semua kebahagiaan yang sudah berada di depan mata seketika hancur. Bahkan sampai 8 tahun berlalu dia masih belum bisa melupakan Azkia.
Tok! Tok! Tok!
Suara ketukan pintu membuyarkan lamunan Reka. "Iya, masuk."
"Ini CV nya Pak." Bu Ami memberikan amplop kertas itu kepada Reka.
"Iya, terima kasih."
Bu Ami mengangukkan kepalanya lalu keluar dari ruangan Reka.
Reka memutar benang merah yang melingkar itu lalu dia buka amplop itu.
Dia menghela napas panjang lagi saat melihat sebuah foto yang berlatar biru itu benar-benar mirip dengan Azkia. Dia lihat lagi biodata Nayla.
"Masih umur 20 tahun? Masih muda sekali. Kalau mereka memang gak kembar, kenapa wajahnya bisa mirip sekali." Reka kembali melihat alamat dan nama orang tuanya. "Saudara juga bukan, benar-benar suatu kebetulan."
Reka kembali menarik napas dalam lalu dia sandarkan punggungnya di kursi kebesarannya.
...***...
Nayla mengembalikan peralatan bersih-bersih itu sambil terus mendumel. "Berani banget tiba-tiba main peluk. Dasar mesum!"
"Siapa yang mesum, Nay?" tanya Echa yang tanpa sengaja mendengar perkataan Nayla.
"Eh, bukan." Nayla membalikkan badannya lalu dia mengambil air putih. "Cha, kata kamu Pak Reka itu masih single. Tapi aku tadi tanpa sengaja lihat foto prewed nya."
"Ssttt," Echa mendekati Nayla. "Jangan keras-keras kalau tanya soal itu. Pak Reka itu udah nyaris jadi perjaka tua."
"Maksudnya?"
"Jadi dulu sebelum menikah calon istri Pak Reka itu mengalami kecelakaan dan meninggal. Jadi sampai sekarang Pak Reka udah kepala tiga dia masih saja single soalnya masih trauma."
Nayla menggigit bibir bawahnya. Kasihan juga dengan bos arrogant itu.
"Banyak wanita yang mengejar-ngejar Pak Reka tapi selalu ditolak. Meskipun aku selisih 10 tahun, tapi kalau Pak Reka pilih aku sih, aku mau banget." kata Echa sambil tersenyum membayangkan jika suatu saat nanti dia akan bersama Reka.
Nayla mencubit lengan Echa. "Dasar halu. Gak mungkin Pak Reka bisa ngelirik cleaning service kayak kita."
"Namanya berharap kan boleh aja."
"Kalian berdua ngobrol aja!" ucapan Vita, si kepala cleaning service itu membuat Nayla dan Echa tersentak kaget.
"Nayla kamu dipanggil ke ruangan Pak Reka." kata Vita lagi.
"Aku?" tanya Nayla. Buat apalagi bos itu memanggilnya.
"Iya, mungkin kerja kamu gak beres dan akan langsung di pecat."
Nayla menggaruk tengkuk lehernya yang sebenarnya tidak gatal. Benarkah Reka akan memecatnya setelah dia memecahkan bingkai itu?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
Yani
Seru kayanya
2025-01-29
0
Opa Sujimim
songong bgt sih Vita,
2023-07-23
4
kavena ayunda
q aja pernah ne ada yg kriim fto mantan nya ke fb ku katanya q mriip mantannya yg uda meninggal dan setelah q liat2 emank.mirip.njirr pdhl kita beda bapak beda ibu🙄
2023-07-19
0