"Maaf, Pak!"
Suara itu membuat Nayla seketika berdiri dan Reka menjauhkan dirinya.
"Lain kali kamu kalau kerja yang bener! Biar gak sampai jatuh!" Reka berpura-pura memarahi Nayla agar Sifa tidak curiga dengannya.
"Iya Pak." Nayla membereskan peralatan bersih-bersihnya lalu segera keluar dari ruangan itu.
"Ada apa Sifa?" tanya Reka pada sekretarisnya itu sambil berdiri.
"Maaf Pak, saya kira Pak Reka belum datang. Saya mau mengambil dokumen."
Reka duduk di kursinya lalu mengambil dokumen yang diinginkan Sifa.
"Permisi, Pak." kemudian Sifa keluat dari ruangan Reka. Dia letakkan dokumen itu di mejanya lalu menghampiri Nayla yang sedang membersihkan lantai di dekat lift.
"Cleaning service baru di sini?" tanya Sifa dengan keras pada Nayla.
Nayla memutar bola matanya jengah. Memang kenapa kalau dia cleaning service baru?
"Iya." jawab Nayla singkat.
"Kamu jangan sok kecantikan deh godain Pak Reka. Kamu itu cuma cleaning service, gak pantas sama Pak Reka."
"Terus yang pantas siapa? Kamu?" kata Nayla sambil berlalu dan membawa alat kebersihannya.
"Eh, kurang ajar kamu!"
Nayla sudah tak menggubris lagi suara Sifa. Dia mengembalikan alat kebersihannya ke tempatnya lalu ke pantry untuk mengambil minum.
Tiba-tiba saja bayangan wajah Reka terus terlintas di pikirannya. Nayla menghela napas panjang.
"Aku gak boleh baper sama Pak Reka. Ini cuma bisnis. Oke Nayla, fokus cari uang." gumamnya.
...***...
Sore hari itu saat pulang kerja, Nayla akan menaiki motornya tapi dihalangi oleh seseorang.
"Maaf, Mbak Nayla, Pak Reka sudah menunggu Mbak di mobil," kata bapak paruh baya yang sepertinya adalah sopir Reka.
Nayla menoleh ke belakang dan melihat mobil Reka, benar saja ada Reka yang sedang duduk di kursi pengemudi.
"Tapi saya bawa motor sendiri, Pak. Dan saya juga mau berpamitan dulu sama ibu." kata Nayla.
"Kata Pak Reka saya disuruh mengantar motor ini dan menyampaikan pesan pada ibu Mbak Nayla di rumah."
Nayla menghela napas panjang. Andai saja dia tidak butuh uang dari Reka pasti dia tidak mau dijajah seperti ini.
"Bapak sudah tahu alamat saya?"
"Sudah Mbak."
Nayla memberikan helm dan kunci motornya pada sopir itu lalu dia berjalan mendekati mobil Reka. Sebelum naik, dia memastikan keadaan sekitar, apakah ada yang melihatnya. Setelah dirasa aman, baru dia masuk ke dalam mobil Reka. Ya, harusnya dia bangga bisa dekat dengan seorang pimpinan perusahaan, tapi dia merasa malu karena dia memiliki hubungan dengan Reka lewat jalur bisnis seperti ini.
Nayla membuka pintu belakang tapi..
"Siapa yang suruh kamu duduk di belakang?! Emang aku sopir. Duduk di depan!" suruh Reka.
Nayla menutup kembali pintu itu dengan keras lalu dia membuka pintu depan dan duduk di sebelah Reka.
Beberapa saat kemudian, mobil Reka mulai melaju.
"Pak, bukannya jam makan malam masih lama. Saya mau berpamitan dulu sama Ibu."
"Butuh persiapan dulu sebelum makan malam. Nurut apa perintah aku!"
Nayla hanya memanyunkan bibirnya sambil melipat tangannya.
"Nanti kamu jangan panggil aku Pak di depan keluarga aku." kata Reka sambil sesekali melirik Nayla yang masih saja terlihat kesal.
"Terus panggil apa? Seumuran Pak Reka kan memang pantas dipanggil Bapak."
Perkataan Nayla begitu menancap di hati Reka. Andai saja dia juga tidak membutuhkan Nayla pasti dia sudah menyuruh Nayla turun sekarang juga.
Sabar...
"Sayang atau Mas Reka." sambung Reka lagi.
Seketika Nayla tertawa dengan keras. "Iuh, jijik banget panggil Pak Reka kayak gitu."
Tiba-tiba Reka menghentikan mobilnya yang membuat punggung Nayla sedikit tersentak.
"Masih ingat isi kontrak itu, di depan keluarga aku, kamu harus bertingkah selayaknya pasangan aku yang sebenarnya dan kita saling mencintai. Kalau gak mau, berarti kamu melanggar kontrak dan kamu harus kembalikan uang itu dua kali lipat."
Nayla melebarkan matanya. Ini pemerasan. "I-iya, Pak." sepertinya Nayla hanya bisa pasrah. Bersiap-siap menjadi boneka mainan Reka.
"Coba dulu, bagaimana panggilnya.." Reka mendekatkan dirinya ke wajah Nayla.
Dada Nayla semakin berdebar. Ingin dia menghindar, tapi dia semakin dihimpit Reka. "Iya, M-mas Reka." begitu berat panggilan itu keluar dari bibir Nayla.
"Kalau panggil sayang?"
Dada Nayla semakin berdebar tak karuan. Ditambah tatapan Reka semakin mengintimidasi dirinya. "I-iya, sayang..."
Satu tangan Reka menangkup pipi Nayla. Dia dekatkan dirinya. Bibir tipis itu kini menjadi incarannya.
"Pak!" Nayla mendorong Reka dengan sekuat tenaganya.
Tersadar, Reka kembali menyandarkan dirinya di jok. Untuk beberapa detik itu, Reka benar-benar menganggap Nayla adalah Azkia.
"Maaf, sesuai perjanjian aku gak mau sentuhan fisik."
Reka menghela napas panjang. "Iya, iya, maaf." Dia kembali melajukan mobilnya.
Setelah 15 menit berlalu, Reka menghentikan mobilnya di sebuah butik. Kemudian mereka turun dan masuk ke dalam butik.
Nayla mengedarkan pandangannya. Matanya berbinar memandangi deretan dress yang selama ini tak mampu dia beli.
"Kamu pilih beberapa." suruh Reka sambil mengikuti Nayla di dekatnya.
Nayla dengan semangat memilih dress itu. Dia pilih dress floral dengan warna yang sangat cocok di kulit putihnya.
Mengapa selera mereka juga sama.
Reka menghela napas panjang. Rasa sesak di hatinya kembali terasa. Andai saja Nayla memanglah Azkia.
"Kamu coba saja, kalau memang cocok sekalian kamu pakai."
Nayla masuk ke dalam ruang ganti sedangkan Reka kini duduk sambil memainkan ponselnya.
Beberapa saat kemudian, Nayla yang telah berganti pakaian itu keluar. Reka mendongakkan kepalanya menatap Nayla. Hampir saja ponsel yang ada di genggaman tangannya terlepas saat menatap paras cantik Nayla memakai dress itu.
"Cantik," gumamnya pelan sambil berdiri mendekati Nayla. "Pilih beberapa lagi setelah itu ikut aku."
"Saya sudah ambil tiga."
Reka mengambil lima dress lagi yang dipilihnya secara acak dan menurutnya cocok untuk Nayla. "Nanti setelah menikah, semua keperluan kamu aku siapkan di rumah. Tidak perlu bawa barang terlalu banyak."
Antara senang dan miris. Mulai sekarang hidupnya akan terus diatur oleh Reka.
Setelah membayar di kasir, Reka mengajak Nayla ke sebuah salon yang berada di sebelah butik itu.
Nayla memutar bola matanya jengah, keinginan si orang kaya ini memang harus sempurna. Meski demikian Nayla tetap menuruti keinginan Reka.
Setelah hampir satu jam, dan lagi Reka dibuat terpesona oleh kecantikan Nayla. Rambut lurus yang tergerai itu dengan make up natural yang sangat pas dengan wajahnya, Nayla semakin terlihat mempesona.
Reka berdiri dan mendekatinya. "Cantik." puji Reka, kali ini bisa didengar oleh telinga Nayla.
"Cantik buat Azkia bukan buat Nayla." Nayla berjalan keluar dari salon yang diikuti oleh Reka.
Dan pada kenyataannya apa yang dikatakan Nayla itu memang benar adanya.
.
💞💞💞
.
Jangan lupa like dan komen..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
panty sari
thor naila itu beneran buka azka atau memang azkia belum mati
2024-11-02
0
+62 88
kwkwkwkwkwkwkwk 😭 al ngakak sambil mamam 🍩
2025-01-24
0
Yani
Semangat Nay
2025-01-29
0