Siang itu, Nova datang ke kantor Reka. Dia masuk begitu saja ke ruangan Reka tapi ternyata hanya ada Angga yang sedang bekerja di ruangan itu.
"Kak Reka dimana?" tanya Nova.
"Di rumah. Beberapa hari ini gak ke kantor." jawab Angga sambil tetap fokus dengan layar laptopnya.
"Kenapa?" tanya Nova lagi. Dia begitu ingin tahu tentang Reka.
"Menemani istrinya yang masih gak bisa jalan." jawab Angga, tanpa melihat Nova sama sekali.
"Jadi Nayla itu memang istrinya Kak Reka?" Nova masih saja tidak percaya dengan hal itu. Padahal Reka sudah mengatakannya saat tragedi pembullyan itu yang membuat pelaku bully langsung dipecat.
"Iya." jawab Angga singkat. Dia kini mengangkat ponselnya lalu berjalan keluar dari kantor.
Nova mengamati meja Reka, dia mencari sesuatu yang bisa menjatuhkan Nayla. Dia yakin, antara Reka dan Nayla pasti telah terjadi sesuatu hingga mereka tiba-tiba menikah.
"Foto ini?" Nova mengambil selembar foto yang tertindih pesawat telepon. "Ini kan foto Kak Reka dengan Azkia dulu. Wajah ini mirip sekali dengan Nayla. Jangan-jangan karena ini Reka menikahi Nayla."
Nova bergegas mencari sesuatu di laci meja Reka. Tumpukan dokumen-dokumen itu dia lihat satu per satu dengan cepat. Hingga dia menemukan satu dokumen yang sangat menarik perhatiannya.
"Surat kontrak menikah?" Nova mengambil surat itu dan membacanya. "Jadi pernikahan mereka hanya berdasarkan kontrak saja." Nova memasukkan dokumen itu ke dalam tasnya lalu dia segera keluar dari ruangan Reka.
...***...
Beberapa hari pun berlalu, kini Nayla sudah bisa berjalan meski masih pelan dan harus berhati-hati.
"Ingat, jangan lari-lari, nanti sakit lagi." kata Reka. Dia akhirnya tidak perlu menggendong Nayla jika sedang menginginkan sesuatu.
"Iya. Emang aku anak kecil lari-larian." Nayla duduk di tepi ranjang sambil menggerakkan kakinya pelan.
"Capek juga tiap hari gendong kamu ke kamar mandi. Badannya langsing tapi berat."
Nayla tak menanggapi candaan Reka. Dia justru tersenyum mengingat sikap manis Reka beberapa hari ini padanya. Sepertinya virus-virus cinta itu semakin menyebar di dirinya.
"Kenapa sedari tadi senyum-senyum gitu?" tanya Reka. Dia menggeser dirinya dan melingkarkan tangannya di perut Nayla. Sudah beberapa hari ini juga Nayla tidak menghindari pelukan Reka.
"Ya senang aja, akhirnya kaki aku sembuh." jawab Nayla. Meski sebenarnya dia bahagia mendapat perlakuan manis dari Reka.
"Bener? Gak ada faktor lain?" Reka kini duduk di belakang Nayla sambil menyandarkan dagunya di bahu Nayla.
Nayla menggelengkan kepalanya. Merasakan pelukan Reka yang seperti ini saja membuat detak jantung Nayla kian melonjak.
"Hmm, Nay..."
"Apa?"
"Aku ingin mengakhiri kontrak kita." kata Reka tiba-tiba.
Deg!
Mendengar hal itu, jantung Nayla seolah berhenti berdetak beberapa saat. Dulu dia ingin masa kontrak itu segera berakhir tapi sekarang, dia benar-benar tidak ingin kontrak itu berakhir. Dia sudah terbiasa bersama Reka dan sekarang dia takut kehilangan Reka.
"Kenapa? Mas Reka sudah bosan sama aku?" tanya Nayla dengan suara yang sedikit bergetar. Tapi sedetik kemudian kalimat dan nada bicara Nayla berubah seolah sok kuat dan tidak keberatan. "Ya gak papa kalau Mas Reka mau memutuskan kontrak ini. Jadi aku udah lepas dari bayang-bayang Mas Reka."
Reka tersenyum miring. Dia usap pipi Nayla dengan lembut. "Kamu yakin bisa lepas dari bayang-bayang aku?"
"Hmm, aku, hmm..." Nayla tidak bisa menjawabnya. Sentuhan lembut Reka ini pasti akan sangat dia rindukan ketika Reka tak lagi menyentuhnya.
"Maksud aku bukan seperti yang ada di pikiran kamu."
Seketika Nayla memutar tubuhnya dan menatap Reka. "Terus? Maksudnya apa?"
"Ya, aku ingin kita melupakan masalah kontrak itu. Aku ingin kita menjalani pernikahan kita tanpa bisnis apapun." Setelah beberapa hari menjadi suami Nayla, Reka semakin ingin memiliki Nayla seutuhnya.
Nayla menatap Reka ragu. "Tapi kita tidak saling mencintai."
Seketika tatapan Reka berubah menjadi kelam. "Kamu gak cinta sama aku?" tanya Reka.
Nayla hanya terdiam. Dia masih takut jika ternyata Reka masih mencintai Azkia dan menganggapnya sebagai pengganti Azkia. "Aku sendiri juga gak tahu."
Perlahan Reka menarik tubuh Nayla hingga terbaring di ranjang. "Apa kamu merasa deg-deg an tiap dekat aku?" tanya Reka. Kini dia berada di atas tubuh Nayla dan sedikit menindihnya.
Nayla hanya speechless. Bahkan untuk mengangguk saja rasanya sangat berat.
"Aku tidak bisa memaksa kamu. Kalau seandainya kamu memang gak cinta sama aku, kamu berhak memilih, ingin bertahan bersama aku atau pergi." Reka terus menatap wajah cantik yang ada di bawahnya itu dengan satu jemari mengusap lembut pipi Nayla.
"Hmm, aku..." Nayla semakin sulit berbicara. Apalagi posisi ini membuatnya seperti kehabisan oksigen. Dadanya terasa sesak bahkan dia tidak ada tenaga untuk mendorong Reka dari atas tubuhnya.
Reka tersenyum kecil. "Tegang banget ekspresinya. Baru juga bicara serius gini. Gimana kalau kita nanti malam pertama?" Reka mengerlingkan matanya menggoda Nayla.
"Malam pertama?" Nayla berdecak pelan. "Memang Mas Reka sendiri punya rasa sama aku? Apa Mas Reka masih menganggap aku sebagai pengganti."
Reka terdiam. Dia semakin menatap dalam kedua netra Nayla. Dia dekatkan dirinya dan mencium lembut bibir yang telah menjadi candu itu.
Kemudian Reka menuntun tangan Nayla untuk memegang dada kirinya. "Kamu rasakan sendiri detak jantung aku saat ini."
Nayla bisa merasakan detak jantung Reka yang berdetak cepat dan tentu sama seperti yang dia rasakan.
"Nay, sebenarnya aku..."
Tok! Tok! Tok!
Suara ketukan keras dari balik pintu membuyarkan moment romantis itu.
"Reka! Ayah mau bicara sama kamu! Keluar!" teriak Niko dari luar kamarnya.
Seketika Reka terduduk mendengar suara marah Ayahnya. Ada apa ini?
💞💞💞
Jangan lupa like dan komen ya..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
cinta
ga sopan bgt tu ulat bulu
2025-02-16
0
Yani
Pasti lapiran si rese Nova
2025-01-30
0
panty sari
nova ga sopan ruangan orang main gratak padahal cuma teman seolah seperti istri aja
2024-11-03
1