Setelah selesai mata kuliah terakhir, Prilly langsung bersiap-siap untuk pulang. Sebab dia tidak ingin membuat Choco menunggu lama. Namun, sebelum dia meninggalkan kelas, Ezza lebih dulu mencekal langkahnya.
"Pril, kamu pulang ke mana?" tanyanya.
Mendengar pertanyaan dari Ezza, Prilly pun langsung menoleh. "Aku pulang ke rumah suami aku lah, Za. Nih aku mau pulang bareng dia." Jawab gadis itu apa adanya. Bahkan wajahnya senantiasa menunjukkan raut bahagia.
"Oh, kalau begitu hati-hati yah, jangan lupa telepon aku kalau terjadi sesuatu padamu," kata Ezza sambil melepaskan tangan Prilly, kemudian mengusak puncak kepala gadis itu.
Prilly semakin mengembangkan senyum sambil menganggukkan kepala. "Oke, Bos." Lantas setelah itu dia berlari meninggalkan Ezza sendirian. Beberapa kali Prilly menoleh, dan masih melihat Ezza yang menatapnya.
Bagi Ezza, melihat Prilly bahagia itu sudah cukup.
Akan tetapi sayang seribu sayang, begitu Prilly sampai di parkiran, senyum di bibir gadis itu sirna seketika, sebab dia tidak melihat mobil Choco di tempat semula. Dia melirik ke sana ke mari, berharap pria itu masih ada di sana. Namun, pada kenyataannya dia salah.
Dia terlalu berharap bahwa Choco akan sedikit berbaik hati padanya. Faktanya tidak demikian, pria itu sudah pulang, karena pada saat Prilly melihat ke arah gerbang, mobil sang suami melintas meninggalkan halaman kampus.
Dengan tega pria itu melupakannya.
Terdengar helaan nafas kasar keluar dari mulut Prilly. "Dia meninggalkanku?" Gumamnya dengan wajah tertunduk lesu, tetapi dia tidak akan pernah sendirian selagi ada Ezza di sampingnya.
Pemuda itu tiba-tiba mengulurkan sebuah helm pada sang sahabat. "Pulang bersamaku."
"Za!" panggil Prilly, cukup merasa terperangah karena ternyata Ezza mengikuti dia dari belakang.
Gadis manis itu ingin menolak, tetapi Ezza lebih dulu memasangkan helm di kepalanya. Tanpa bicara dia langsung mengambil motornya yang berjajar rapih dengan kendaraan-kendaraan lain.
"Naik!" Ezza menepuk jok motor yang ada di belakangnya. Sementara Prilly celingukan, takut jika teman-temannya yang lain curiga terhadap rumah tangganya yang tidak harmonis. Apalagi dia naik motor berdua dengan pria lain. Meskipun pria itu adalah sahabatnya sendiri.
"Za, tapi—"
"Udah ayo! Tenang aja motor aku bisa susul mobil suami kamu kok," kata Ezza, yang membuat Prilly akhirnya menyerah, mau tidak mau ia naik ke atas motor milik pemuda itu.
Dengan kecepatan cukup tinggi, Ezza membawa motor sportnya membelah jalan raya. Tanpa diberitahu pun Ezza sudah tahu harus ke mana dia untuk sampai di rumah Choco. Karena dia sudah mencari tahu di mana Prilly tinggal sekarang.
Selama di perjalanan, Prilly hanya memegang pundak Ezza, persis seperti yang selama ini ia lakukan ketika pemuda tampan itu membonceng dirinya.
Hingga tak berapa lama kemudian, sebuah mobil mewah masuk ke halaman mansion. Disusul seorang gadis yang kala itu turun tak jauh dari pintu gerbang.
"Terima kasih, Za," ucap Prilly, saat dia hendak melangkah meninggalkan pemuda itu. Ezza hanya tersenyum lalu mengusir Prilly dengan tangan kanannya. Agar gadis itu bisa mengimbangi Choco yang baru saja keluar dari mobil.
Pria tampan itu tampak sangat terkejut, karena baru saja melangkah, sudah ada tangan langsing yang menggandeng lengan kekarnya.
Dia reflek mendelik saat melihat Prilly yang sedang tersenyum. Padahal ia sudah meninggalkan gadis itu di kampus. "Apa-apaan kamu ini? Lepaskan aku!" Kata Choco sambil berusaha melepaskan pelukan tangan Prilly.
Akan tetapi Prilly malah semakin mengeratkan pelukannya, hingga kepala gadis itu bersandar di lengan sang suami. "Aku tidak akan melepaskanmu. Karena sesuatu yang telah menjadi milikku, akan tetap menjadi milikku."
"Apa maksudmu?!" sentak Choco penuh penekanan. Dia masih ingat dengan jelas saat Prilly berpegangan tangan dengan seorang pemuda saat di kampus. Dan sekarang gadis itu malah menggodanya.
Tanpa menjawab, Prilly menarik lengan Choco agar berjalan. Pria itu ingin berontak, tetapi ada beberapa asisten rumah tangga dan juga penjaga rumah di sana. Membuat dia tidak bisa berkutik.
"Ck!" Decakan keras mengiringi langkah mereka berdua. Prilly tersenyum senang, karena meskipun Choco masih belum menerimanya, di sini pria itu tidak akan berdaya.
Dan tepat saat mereka masuk ke dalam kamar, pria itu langsung menghentak keras tangannya hingga pelukan Prilly terlepas. "Jangan kurang ajar kamu! Apa kamu sama sekali tidak ingat, apa yang sudah kamu lakukan tadi pagi?"
Kening Prilly berkerut. "Apa?" Katanya dengan wajah polos.
"Cih, dasar tidak tahu malu. Sikapmu itu sungguh menunjukkan bahwa kamu benar-benar murahan. Bahkan di depan mataku dan semua orang, kamu rela digandeng oleh seorang pria—dengan statusmu yang sudah menjadi seorang istri!" ketus Choco mengatakan yang sebenarnya.
Akan tetapi bukannya merasa bersalah, Prilly merasa bahwa Choco mulai perhatian padanya. Dengan wajah mengejek, Prilly menatap suaminya. "Kakak selalu berkata bahwa aku murahan. Aku terima. Tapi sekarang aku ingin bertanya, lebih murahan mana dengan seorang suami yang diam-diam menemui wanita lain di belakang istrinya?"
Deg!
Choco langsung mengangkat kepala, hingga tatapan mereka beradu dalam satu garis lurus. Beberapa saat ke depan mereka sama-sama terdiam, hingga Prilly kembali buka suara. "Asal kamu tahu, itu sama saja dengan pengkhianat!"
***
Mohon buat yang nggak suka sama ceritanya, ya udah nggak usah dibaca, jangan malah kasih rating satu ya. Itu merusak performa author, please lah minta kerja samanya 🙏🙏
Kasih semangat dong gaess😩😩😩
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
🍁Ang💃🆂🅾🅿🅰🅴⓪③❣️
dengerin tuh kara prili penghianat 😁😁
2024-10-14
1
Cipika Cipiki
iya sih heran sama reader yang hobinya protes mulu, tibang baca gratis doang apa ruginya sih
2024-05-08
0
Eka
mantalp prili🤣🤣🤣
2023-12-04
0