Choco baru pulang ke hotel pada pukul 3 dini hari. Dia berjalan sempoyongan dengan kepala yang terasa berat, karena pada kenyataannya menemui Melinda bukan alasan yang tepat untuk menyelesaikan masalahnya.
Ditambah dia terus memikirkan bagaimana menyingkirkan Prilly dari hidupnya.
Tanpa memencet bel Choco sudah bisa masuk, sebab dia memiliki satu access card.
Kamar mereka masih tampak terang dengan kelopak bunga mawar yang berserakan. Choco menatap sekeliling dan pandangannya langsung tertuju pada sosok gadis bertubuh mungil yang meringkuk di atas sofa.
Semalaman Prilly menunggu Choco pulang. Akan tetapi sampai beberapa jam dia menunggu, sang suami tak kunjung menampakkan batang hidungnya. Hingga akhirnya dia pun tak sengaja tertidur di sana.
"Cih, dia pikir aku akan terharu? Yang ada aku muak dengan semua dramanya!" ketus Choco seraya membuang muka, tak sudi menatap wajah Prilly terlalu lama.
Dia berjalan ke arah wastafel sambil membuka satu persatu kancing kemejanya. Di sana Choco mencuci wajahnya yang seharian ini terlihat begitu kusut. Lalu menatap pantulan dirinya sendiri di dalam cermin.
Sekelebat bayangan percintaannya dengan Prilly datang. Membuat Choco mengeratkan gigi depannya. Apalagi saat gadis itu menyerahkan dirinya dengan cara cuma-cuma. Choco berdecih, semakin merasa jijik dengan perbuatan Prilly malam itu.
"Tak kusangka ternyata dia benar-benar murahan!" maki Choco sambil melirik ke belakang hingga ekor matanya menangkap ujung sofa—tempat di mana Prilly mengistirahatkan tubuhnya.
Pria tampan itu menyugar rambutnya frustasi, tak tahu harus bagaimana ia menjalani hari-harinya. Hingga ia kembali ke arah ranjang. Tanpa memedulikan keberadaan Prilly, Choco langsung merebahkan tubuhnya dengan bertelanjang dada.
Karena lelah pria itu langsung tertidur pulas. Itu semua terbukti dari dengkuran halus yang keluar dari mulutnya. Hingga tak terasa pagi pun datang. Bias cahaya mentari mulai memenuhi celah-celah kamar, dan membuat Prilly terbangun lebih dulu.
Kelopak matanya menyipit, dan melebar seketika saat melihat Choco sudah ada di kamar yang sama dengannya. "Hah, kapan dia datang?" Gumam Prilly yang lantas terduduk.
Dia melirik ke bawah, di mana tubuhnya hanya terbalut oleh kain lingerie yang tersedia di dalam lemari. Dengan gerakan cepat Prilly menutupi bagian dadanya.
Walaupun Choco sudah pernah melihat semuanya. Akan tetapi tetap saja Prilly merasa malu, jika bentuk tubuhnya terpampang jelas seperti ini.
"Aku harus mencari tasku. Tapi kemarin aku menaruhnya di kamar nomor berapa?" Prilly mencoba mengingat-ingat, hingga dia tak sadar bahwa seseorang yang tidur di atas ranjang, kini tengah menatapnya dengan tajam. Persis seperti seekor predator yang memindai calon mangsanya.
"Sepertinya aku—"
"Hei!" sentak Choco menghentikan ucapan Prilly, membuat gadis itu langsung melayangkan tatapan ke arahnya. "Menjijikkan! Untuk apa kamu berpakaian seperti itu? Masih ingin menggodaku?!" Sambung Choco dengan nada yang semakin tinggi. Tak suka melihat penampilan Prilly.
Mendengar itu, Prilly langsung menguasai dirinya. Dia tahu di mata Choco dia hanyalah wanita rendahan. Jadi, mau seperti apapun pasti dia akan tetap salah.
Karena sudah terlanjur dicap seperti itu, sekarang Prilly hanya bisa mengikuti alurnya saja. Dia pun meyakinkan diri dan mencoba bangkit dari sofa untuk mendekati Choco.
Tak bisa dipungkiri tubuhnya kembali gemetar melihat Choco yang bertelanjang dada. Apalagi saat ia mengingat serangan buas pria tampan itu.
"Aku tidak peduli Kakak ingin bicara apa, yang jelas sekarang aku adalah istrimu. Aku berhak berpakaian seperti ini, bahkan bertelanjang bulat sekalipun," tegas Prilly, yang membuat darah Choco mendidih seketika.
Pria itu langsung bangkit dari ranjang dan melangkah ke arah Prilly yang kini bergerak mundur. Gadis itu terlihat cemas, membuat Choco sedikit menarik sudut bibirnya ke atas, membentuk sebuah seringai penuh ejekan.
Prilly terus berjalan mundur hingga punggungnya menabrak dinding. Dan di sana Choco mengunci tubuh Prilly, hingga gadis itu tak dapat kabur ke mana-mana.
Choco meraih kedua pergelangan tangan Prilly. Lalu mengangkatnya di atas kepala. "Kakak mau apa?!" Tanya Prilly dengan mata yang mendelik, tak sanggup memikirkan bahwa Choco akan sampai tega menyiksa dirinya.
"Kenapa bertanya seperti itu? Bukankah aku ini adalah suamimu. Aku berhak atas apapun yang ada di dalam dirimu termasuk ini!"
Prilly langsung mendongakkan kepala dengan nafas yang tertahan, saat satu tangan Choco bermain-main di antara titik sensitifnya. Gadis itu mencoba untuk menahan semua sentuhan yang Choco berikan, sebab ia tahu pria itu sedang mempermainkannya.
"Bagaimana? Bukankah ini sangat nikmat?" tanya Choco dengan seringai tipis. Sementara tangannya terus bergerak memainkan gairah istri kecilnya.
Prilly tak dapat menjawab, matanya terasa begitu panas, tetapi dia mencoba untuk tidak menangis. Karena hal tersebut hanya akan membuat Choco merasa menang.
Nafas gadis itu mulai memburu, dia menggigit bibirnya kuat-kuat saat jemari hangat milik Choco sudah turun ke bawah sana. Dia mencoba meronta, dan gerakan itu membuat Choco langsung menghentikan aksinya.
"Kenapa?" tanya Choco dengan wajah tanpa dosa. Dia menatap kedua bola mata Prilly yang sudah sangat memerah. "Mau minta aku lepaskan? Mana Prilly si gadis pemberani yang aku kenal?" Ledeknya.
Prilly langsung membuang muka, sementara Choco kembali dengan aksinya. Pria itu terus bermain-main hingga tubuh Prilly menegang. Namun, pada saat terdengar sebuah lenguhan, Choco langsung menarik jarinya, kemudian berdecih jijik.
"Cih, jangan harap aku akan menyentuh tubuh kotormu lagi. Murahan!"
***
Si Choco ini mirip Daddy Python ya, mulutnya pedes sama cewek yang ga disukainya, persis kek si python kalo ladenin si Nora 😌😌😌
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
🍁Ang💃🆂🅾🅿🅰🅴⓪③❣️
pantesan kyk familiar ternyata sekuel
2024-10-13
0
Cipika Cipiki
wah iya masih inget dong waktu Nora buka baju depan Deddy Ken tapi Deddy malah ngatain Nora pedes banget 🤭
2024-05-08
0
May Keisya
masa...ga percaya aku🤣🤣🤣
2023-09-27
0