"Apapun yang menjadi takdirmu akan mencari jalannya menemukanmu."
🐻🍓
Ali bin abi Thalib♡
****
Saat mendengar perkataan Aisyah, Gus Hafidz mengehentikan niatnya untuk masuk kedalam, Gus Hafidz membalikkan badannya untuk melangkah ke pintu belakang.
"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh," salam Gus Hafidz.
"Wa'alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh, kok lewat pintu belakang Aa?" tanya Umi Khadijah.
"Pengen aja Umi," jawab Gus Hafidz.
"Oh kirain ada apa." Umi Khadija melanjutkan kegiatannya.
"Umi, sebaiknya rencana Umi di batalkan saja," ujar Gus Hafidz.
Umi Khadijah langsung menatap putranya dengan heran. "Loh, kok dibatalkan?"
"ais gak mau Umi," jawab Gus Hafidz.
"Kok kamu tau, kalau dia gak mau?" tanya Umi Khadijah.
"ais sendiri yang ngomong Umi," jawab Gus Hafidz.
Umi Khadijah melanjutkan kegiatannya membuat minuman teh. "Baiklah, kita bisa cari yang lain, jika ais gak mau."
Mata Gus Hafidz langsung melotot mendengar perkataan Uminya. "Ta–pi Umi, Aa cuman pengen A–"
"Gak ada tapi-tapian." Umi Khadijah berjalan keluar membawa cemilan, di susul Ning Mifta membawa nampan berisi minuman.
****
Umi Khadijah dan Ning Mifta berjalan ke arah ruang tamu.
"Silahkan dinikmati." Umi Khadijah meletakkan cemilan diatas meja, dan disusul Ning Mifta yang meletakkan cangkir berisi teh ke hadapan mereka yang ada diruang tamu.
Setelah beberapa saat Gus Hafidz pun keluar dari arah dapur berjalan ke arah ruang tamu, dan duduk di samping Abi nya.
Kiyai Afnan bertanya, "Datangnya lewat mana, Aa?"
"Lewat pintu belakang, Bi." Tangan Hafidz menggaruk tengkuknya yang tak gatal.
"Bagaimana kabarnya Nak Hafidz?" tanya Riyan.
"Alhamdulillah, baik Om," jawab Hafidz.
"Alhamdulillah," ucap Riyan.
Tak terasa Waktu sudah menunjukkan pukul 09:30 malam.
"Ayah, Abi, Umi, Ais balik ke asrama dulu ya," ujar Aisyah.
"Mau Ayah antar?" tanya Riyan.
Aisyah menggelengkan kepalanya. "Tidak usah Yah."
"Atau mau diantar Hafidz sama Miftah?" tanya Umi.
"Gak usah, Um–" Perkataan Aisyah terpotong.
"Gak ada penolakan sayang, ini udah malam, diluar juga pasti udah sepi," jelas umi Khadijah.
"Apa Gus Hafidz dan Ning Mifta, tidak keberatan?" tanya Aisyah.
"Gak kok Kak." Kepala Miftah menggeleng. "iyakan, Aa?"
"Ya, gak kok, Ais," ujar Gus Hafidz.
"Ayah, Abi, Umi, Aisyah balik ke asrama dulu. "Aisyah menyalimi tangan Riyan dan Umi Khadijah. "Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,"
"Wa'alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh," jawab Riyan, Kiyai Afnan dan Umi Khadijah bersamaan.
****
Mifta yang tidak suka dengan kesunyian, Diapun membuka percakapan.
"Kak Aisyah, perna suka gak, sama seseorang?" tanya Mifta.
Langkah kaki Aisyah dan Gus Hafidz terhenti saat mendengar pertanyaannya dari Miftah.
Mata Asiyah melihat kearah Miftah, lalu tersenyum. "Perna, bahkan sampai sekarang."
Kepala Hafidz pun tertunduk, lalu melanjutkan langkahnya. "Ayo, malam semakin larut."
🦋“ Cintailah kekasihmu sewajarnya saja arena bisa saja suatu saat nanti ia akan menjadi orang yang kamu benci. Bencilah sewajarnya karena bisa saja suatu saat nanti ia akan menjadi kekasihmu.🦋
****
Tok ... Tok ... Tok ...
"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh," salam seorang gadis yang bernama Ara, salah satu santriwati.
"Wa'alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh," jawab mereka yang ada didalam ruangan.
"Maaf, Ustadzah, mengganggu waktunya," ujar Ara.
"Ya Ara, ada apa?" tanya Ustadzah Ana.
"Kak Aisyah, di panggil Kiyai Afnan, untuk ke dalem, Ustadzah," jawab Ara.
"Nak Aisyah, kamu di panggil ke dalem," ujar Ustadzah Ana.
"Aisyah, izin dulu, Ustadzah." Aisyah menyalimi tangan Ustadzah Ana. "Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,"
"Wa'alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh," jawab Ustadzah Ana.
****
Didepan rumah Kiyai Afnan, sudah ada Riyan dan keluar Kiyai.
"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh." Aisyah menyalimi tangan Ayahnya dan Umi Khadijah, sedangkan dengan Kiyai Afnan dan Gus Hafidz, Aisyah menyatukan kedua telapak tangan yang diletakkan di depan dada.
"Wa'alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh," jawab Mereka.
Aisyah bertanya, " Ayah, udah mau balik?"
Riyan tersenyum. "Ya sayang, pekerjaan Ayah sangat banyak."
"Padahal, Aisyah masih rindu sama Ayah." Aisyah langsung memeluk Ayahnya.
"In syaa Allah, Ayah akan datang lagi, kalau pekerjaan Ayah udah selesai." Tangan Riyan mengelus kepala sang putri yang terbalut jilbab.
Aisyah melepaskan pelukannya. "Ayah, hati-hati bawah mobilnya."
"In syaa Allah sayang," ujar Riyan.
"Ayah, harus sering mampir," ujar Aisyah.
"Ya sayang, kalau begitu, Ayah balik dulu, Afnan, Aku balik dulu, titip Aisyah ya." Riyan menyalimi tangan Kiyai Afnan. "Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh."
"In syaa Allah, Yan, gak usah khawatir." Kiyai Afnan menyambut tangan Riyan. "Wa'alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh,"
Setelah beberapa saat mobil Riyan sudah meninggal kawasan pesantren.
"Nak Aisyah, ayo masuk dulu." Umi Khadijah berjalan menghampiri Aisyah yang masih berdiri didepan rumah.
Meskipun, Umi Khadijah tau, kalau Aisya tidak menyukai Putranya, Dia tidak pernah berubah kepada Aisyah.
"Aisyah, balik aja ke kelas Umi," ujar Aisyah.
Umi Khadijah tersenyum, lalu menganggukkan kepalanya. "Kalau ada apa-apa, atau butuh sesuatu, panggil Umi ya, sayang."
"Iy Umi, assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh." Aisyah pun menyalimi tangan Umi Khadijah.
"Wa'alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh," jawab Umi Khadijah.
****
Sudah tiga bulan berlalu, semenjak kedatangan Riyan ke pesantren. dan sudah empat bulan Aisyah berada di pesantren.
Selama empat bulan ini, Aisyah banyak belajar, tetapi bukan berarti dia sudah merasa memiliki ilmu yang banyak, malah, semakin lama dia di pesantren ini, semakin banyak yang dia ingin ketahui.
"Aisyah, hari ini, jadwal kita yang bersih-bersih di dalem," ujar Azizah.
"Astaghfirullah, hampir lupa lagi." Aisyah langsung menutup buku yang ada di tangannya.
"Kebiasaan," ujar Azizah.
"Aku pake jilbab dulu, tungguin ya." Aisyah mengambil jilbab yang ada didalam lemarinya.
"Cepetan, keburu makin siang," ujar Azizah.
"Iya," ujar Aisyah.
Hari ini cumn mereka berdua yang piket, Karna Dea sedang pulang kampung, kakak Perempuannya menikah.
Setelah beberapa menit kemudian, mereka sudah sampai di depan rumah Kiyai Afnan, didepan rumah terlihat Gus Hafidz sedang duduk di teras rumah.
"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, Gus," salam Aisyah dan Azizah.
Gus Hafidz melihat kearah Aisyah dan Azizah. "Wa'alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh."
Setelah menjawab salam Aisyah dan Azizah, Gus Hafidz pergi begitu saja.
"Gus Hafidz beruban ya," ujar Azizah, saat Gus Hafidz tidak terlihat lagi.
Aisyah hanya diam, tidak merespon ucapan Azizah, tetapi didalam hatinya dia membenarkan perkataan Azizah, akhir-akhir ini, Gus Hafidz berubah, paling tepatnya Gus Hafidz berubah 3 bulan yang lalu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments