part 13

—Q.S At-Tαubαh : 40—

“Jαngαn engkαu bersedih, sesungguhnyα Allαh bersαmα kitα🐣💛”

"Umi, Aa ke rumah Al, dulu iya." Gus Hafidz menyalimi tangan Umi Khadijah.

"Gak lama kan, Aa?" tanya Umi Khadijah.

"In syaa Allah, gak, Umi." Gus Hafidz tersenyum, lalu memeluk Uminya. "Ya udah, Aa pergi dulu, assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,"

"Wa'alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh," jawab Umi Khadijah.

Pemandangan itu tidak terlepas dari mata Aisyah, bibirnya tersenyum saat melihat interaksi ibu dan anak itu, tetapi senyumannya luntur saat Gus Hafidz melewatinya begitu saja, tanpa melihatnya.

"Aisyah." Tangan Umi Khadijah memegang bahu Aisyah.

Aisyah yang sedang memikirkan sesuatu, terkejut. "Hah, iya Umi?"

"Kamu gak apa-apa?" tanya Umi Khadijah.

Aisyah menggelengkan kepalanya. "Gak apa-apa kok, Umi."

"Kalau ada masalah, jangan ragu cerita sama Umi iya," ujar Umi Khadijah.

"In syaa allah, Umi," ucap Aisyah.

Azizah cuman terdiam dan menyimak percakapan Aisyah dan Umi Khadijah, meskipun dia tau, apa penyebabnya, Aisyah terlihat murung, tetapi Azizah gak punya hak untuk mencampuri urusan pribadi sahabatnya itu.

"Kalian lanjutin masaknya iya, Umi mau keluar sebentar," ujar Umi Khadijah.

"Ya, Umi," jawab Aisyah dan Azizah bersamaan.

"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh" salam Umi Khadijah.

"Wa'alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh."

****

Setelah tugasnya udah selesai, dan makanan sudah siap, Aisyah dan Azizah akan kembali ke asrama putri.

"Umi, Aku sama Azizah, balik dulu iya," ucap Aisyah undur diri.

"Kalian makan dulu, baru balik ke asrama," ujar Umi Khadijah.

"Ga ... gak usah, Umi,"

"Gak baik menolak rezeki sayang," ucap Umi Khadijah. "Ya kan Aa?"

"Hah, i–ya Umi," jawab Gus Hafidz.

Ning Mifta terkekeh mendengar jawaban Kakaknya.

"Ya Nak, sebaiknya, kalian makan siang disini aja, bersama Kami," ujar Kiyai Afnan.

Mendengar perkataan Kiyai Afnan, Azizah tersenyum, dalam hatinya sangat bahagia, kapang lagi coba, bisa makan bersama seorang Kiyai.

Aisyah hanya bisa tersenyum kaku, meskipun dirinya perna makan satu meja dengan keluarga Kiyai Afnan, tapi hari ini rasanya sangat berbeda.

Pertahankan gengsi mu, walaupun, cinta setengah mati. Ingat, kita adalah wanita, yang harus menjaga harga diri.🌸

•••🥀🥀🥀•••

Seperti biasa, saat selesai sholat tahajud, Aisyah melanjutkan dengan membaca dzikir dan melancarkan hafalannya, sambil menunggu azan subuh.

Aisyah menutup Al-qur'an nya, saat suara adzan berkumandang. "Yuk, ke musholla."

"Ayo ...." Azizah dan Dea menutup Al-qur'an nya .

Aisyah, Azizah dan Dea, berjalan menuju musholla, untuk melaksanakan sholat subuh berjamaah.

Dea sudah balik ke pesantren beberapa hari yang lalu.

"Selama Aku balik ke pesantren, Gus Hafidz gak pernah azan lagi," ucap Dea.

"Mungkin, Gus Hafidz, memiliki kesibukan, jadi Dia gak sempat azan," jelas Azizah.

Dea mengangguk-anggukkan kepalanya. "Bisa jadi sih, kan Dia seorang Gus, pasti Dia sangat sibuk."

****

Hari demi hari, Aisyah lalu dengan baik di pesantren ini, tidak terasa waktu berlalu begitu cepat, sudah enam bulan Aisyah tinggal di pesantren, dan sudah enam bulan pula Aisyah memendam rasa cintanya kepada sang Gus.

Mifta berjalan ke arah Aisyah yang sedang duduk didalam Musholla. "Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, Kak Aisyah."

Mata Aisyah melihat ke arah Ning Mifta. "Wa'alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh, Ning."

"Boleh, Mifta duduk, Kak?" tanya Mifta.

"Duduk aja, Ning," jawab Aisyah.

Mifta pun duduk di samping Aisyah.

"Ning Mifta, ada apa kemari?" tanya Aisyah.

"Tadi, aku ndk sengaja liat Kak Aisyah disini, jadi, aku kemari," jawab Mifta.

"Oh ... kirain Ning Mifta, mau solat dhuha juga," ujar Aisyah.

"Mifta, solat dirumah Kak," ucap Mifta.

Aisyah menganggukkan kepalanya, lalu tersenyum ke arah Mifta.

″Kak Aisyah, selesai solat asar, ke rumah ya, di panggil Umi,″ kata Mifta.

″In syaa Allah, Ning,″ ucap Aisyah.

"Hmm ... Kak Aisyah, boleh Aku bertanya, tapi, Kakak harus jawab jujur!" kata Mifta.

"Mau tanya apa, Ning," ujar Aisyah.

"Kak Aisyah, punya rasa ndk sama Aa Hafidz?" tanya Mifta.

"A—aku, gak punya perasaan suka pada Gus Hafidz, Ning." Aisyah menundukkan kepalanya, dan memainkan jari-jarinya dengan gugup.

Mifta memegang tangan Aisyah. "Jujur aja, Kak."

"Ning, Aku balik dulu, assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh." Aisyah berdiri dengan cepat.

Melihat Aisyah berdiri dari duduknya, Miftah pun ikut berdiri. "Kak Aisyah, tunggu dulu."

Aisyah semakin mempercepat langkah kakinya, dia tidak ingin menjawab pertanyaan Mifta, tapi dia berjanji, suatu saat nanti dia akan mengakui perasaannya ke Gus Hafidz, saat dirinya sudah merasa pantas untuk bersanding dengan sang Gus.

Melihat langkah Aisyah semakin cepat, membuat Miftah tersenyum kecut. "Kak Aisyah, akan menyesal."

Perkataan Mifta, masih bisa di dengar oleh Aisyah, meskipun kurang jelas.

BERSAMBUNG

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!