JAM 07:00 PAGI
Aisyah berlari kecil menuruni anak tangga, lalu berjalan ke arah meja makan, Di sana sudah ada ayahnya sedang sarapan.
Aisya mencomot roti diatas meja yang sudah disediakan bibi ani.
Riyan yang melihat kelakuan putrinya cuman bisa menggelengkan kepalanya.
"Duduk dulu Ais, gak baik makan dan minum berdiri"
"Ais buruh-buruh yah, Ais dah telat"
Aisyah mengambil segelas susu lalu diminumnya sampai habis
"Berangkat sama siapa.?"
"Sama Devan yah, Ais berangkat dulu iya, pacar Ais udah menunggu, dahhhh"
"Hati-hati Ais, assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh"
"Wa'alaikumsalam"
Devan berdiri di samping mobilnya, menunggu sang pujaan hati.
Melihat Devan yang sudah berdiri didepan rumahnya, Aisyah berlari kecil lalu memeluk sang kekasih.
"Maaf ya Dev, Lo nunggu lama"
"Gak apa² sayang"
"Yuk berangkat, nanti kita telat" lanjut devan
"Ayo"
"Silahkan tuan putri"
Devan membukakan pintu mobil untuk Aisyah.
Merekapun berangkat.
Riyan yang sedang berdiri dibalik jendela, cuman bisa berdo'a agar Suatu hari nanti putrinya sadar,
"Alisha, mas harus apa.?, Mas gak tau cara mendidik Ais dengan benar, mas gagal,
Ya Allah, hamba mohon, berikan hidayah pada putriku"
Riyan menangis, dia berharap putrinya akan cepat sadar. Dia tidak ingin terlalu menekan Aisyah. Dia takut Aisyah akan kabur dari rumah jika terlalu ditekan.
*****
JAM 18:00
Riyan sudah mondar-mandir didepan rumahnya, dia khawatir Karna Aisyah belum pulang dari sekolahnya.
"Kamu kemana si Ais, ayah khawatir" Riyan mencoba menghubungi no Aisyah tapi tidak diangkat.
"Ya Allah, lindungi Putri hamba"
Riyan masuk kedalam rumahnya, untuk mengambil kunci mobilnya dia akan mencari Aisyah.
"Bi Ani, saya cari Aisyah dulu, kalau Aisyah pulang, hubungi saya"
"Baik tuan"
Belum sempat Riyan keluar dari rumahnya, dia dikejutkan dengan kedatangan Aisya yang terlihat tidak baik-baik saja. Pakainnya berantakan, sudut bibirnya sobek, langkahnya terseok-seok. Matanya bengkak dengan air mata yang masih mengalir dari matanya.
Melihat keadaan putrinya, membuat Riyan terdiam kaku ditempatnya. Entah apa yang sudah terjadi dengan putrinya.
"A.a...ayah" tubuh Aisyah ambruk kelantai
"AISYAH..." Teriak Riyan, dia berlari kearah putrinya, lalu menggendong Aisya ke sofa .
"BIBI....TELFON DOKTER, CEPAT"
"Baik tuan"
"Ais..bangun sayang, kamu kenapa, apa yang terjadi, Aisyah"
"CEPAT BI, TELFON DOKTER "
"Sudah tuan, dokter akan datang"
"Bibi ambil pakaian Aisyah dikamarnya, saya akan membawanya Aisyah keruang tamu"
"Baik tuan"
Dengan sekuat tenaga Riyan membawa Aisyah kedalam kamar tamu.
"Bi, bantu Aisyah ganti bajunya, saya akan menunggu dokter diluar"
"Baik tuan"
Setelah beberapa saat, dokter pun datang lalu memeriksa keadaan Aisyah.
"Bagaimana keadaan putri saya Al..?
Nama dokter itu adalah Alvaro sahabat Riyan waktu kuliah.
"Dia tidak apa-apa, cuman dia kecapean aja, kamu gak usah khawatir Yan, putri kamu GK apa-apa kok"
"Lalu lukanya bagaimana Al..?"
"Itu cuman luka kecil, putrimu akan sadar sebentar lagi, dan ini obatnya,"
"Makasih Al,"
"Sama-sama, kalo gitu aku pulang dulu"
"Hati-hati Al"
Setelah kepergian dokter Alvaro, Riyan masuk kedalam kamar tamu untuk melihat keadaan putrinya.
"Tuan saya permisi dulu iya, mau buat bubur untuk non Ais,"
"Iya bi"
Bibi Ani pun keluar dari kamar tamu,
Riyan duduk di samping putrinya, dia mengelus kepala sang putri.
"Cepat sembuh sayang, ayah sangat menyayangimu"
"A..ayah" panggil Aisyah dengan suara yang masih lemah.
"Kamu udah sadar sayang, butuh sesuatu, biar ayah ambilkan "
Mata Aisyah berkaca-kaca, dia menyesal karna selalu membatah perkataan ayahnya selama ini, tidak pernah mendengar nasehat ayahnya.
"Ayah..hiks..hiks..hiks"
Aisyah memeluk sang ayah, tangisannya pecah.
"Huusstt.. jangan nangis sayang, ayah di sini, tidak akan ada yang menyakitimu selama ayah masih hidup dan bersamamu"
Riyan mengelus kepala sang putri dengan penuh kasih sayang.
"Maafin Aisyah, yah, Ais gak pernah dengarin perkataan ayah, Aisyah menyesal, hiks...hiks..hiks.."
"Sudah sayang, kamu jangan nangis lagi, nanti cantiknya hilang Lo" Riyan menghapus air mata sang putri.
"Permisi tuan, ini buburnya"
"Makasih ya bi"
"Sama-sama tuan, bibi permisi dulu"
"Ya bi".
Riyan mengaduk bubur yang ada di mangkuk.
"Sekarang kamu makan ya, ayah yang suapi"
Aisyah pun menurut dengan perkataan sang ayah. Lagi-lagi dirinya menyesal karena menyia-nyiakan Seorang ayah yang begitu baik seperti ayahnya. Padahal diluar sana banyak yang merindukan sosok ayah.
"Alhamdulillah udah selesai, sekarang Aisyah istirahat dulu"
"Ayah, Aisyah ingin cerita"
"Besok aja sayang, sekarang kamu istirahat dulu oke, sekarang kamu tidur"
"Makasih dan maaf yah, makasih Karna sudah menjadi ayah terbaik buat Ais, dan maaf Karna Ais gak pernah dengarin perkataan ayah"
"Huuuusssstt, gak usah di fikiran, sekarang kamu tidur"
"Temani Aisyah, Aisyah gak mau sendiri"
"Ayah akan temanin, sekarang Ais tidur"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments