part 6

"Kak Aisyah, ke rumah yuk, ada yang ingin Abi sampaikan ke kakak" ajak Mifta saat selesai sholat zhuhur berjamaah.

"Tentang apa Ning..?" Tanya Aisyah.

"Hmm, Ndk tau kak, tapi kata Abi kak Aisyah harus ke dlem"

"Kamu ke sana aja Ais, siapa tau ada yang penting, aku Ama Dea juga akan menyetor hafalan kita ke Ustadzah Anisah, dari pada kamu sendirian di asrama lebih baik kamu ikut Ning Mifta aja" ucap Azizah.

"Ya Ais, kamu ikut aja sama Ning Mifta" lanjut Dea.

"Hmm, ya udah, ayo Ning. kami duluan ya ziz, de Assalamualaikum" pamit Aisyah undur diri pada kedua temannya.

"Wa'alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh "

*****

"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh " Aisya dan Mifta mengucapkan salam saat sudah sampai di depan rumah.

"Wa'alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh, eh..nak Aisyah, silahkan masuk nak" jawab umi Khadijah yang sedang duduk di ruang tamu.

"Iya umi" Aisyah pun masuk dan duduk di sofa yang sudah disediakan khusus untuk tamu.

"Mifta, panggil Abimu dan juga Aa mu" Khadijah meminta Mifta untuk memanggil suaminya dan putranya.

Mendengar perintah uminya, Mifta pun memanggil Abi dan Aa nya.

Setelah beberapa saat kemudian Kiyai Afnan datang lalu ikut duduk di samping istrinya.

"Mana Hafidz.?" Tanya Kiyai Afnan pada istrinya.

"Itu udah datang mas" jawab umi Khadijah sambil melihat putranya yang baru datang bersama dengan Putrinya.

Aisyah mengikuti Arah mata umi Khadijah, Aisyah mematung ditempatnya saat melihat pria yang baru saja duduk bersama Mifta. dengan baju Kokoh dipasangkan dengan sarung ditambah dengan peci yang menambah kadar ketampanannya. Aura nya berbeda, tatapan mata meneduhkan, bibirnya merah alami tanpa tersentuh rokok.

"Maa syaa Allah," batin Aisyah memuji ciptaan tuhan yang begitu indah.

"Nak Aisyah, ini putra sulung Abi dan umi, namanya Arkan Fahri al-hafidz, kamu bisa memanggilnya Gus hafidz atau kak hafidz, senyaman kamu aja nak" penjelasan kiyai Afnan menyadarkan Aisyah dari lamunannya.

"Hah...ya.ya abi" Aisyah terlihat salah tingkah saat ketahui sedang melamun.

Umi Khadija cuman tersenyum saat melihat Aisyah yang salah tingkah. Sedangkan Mifta terkekeh kecil.

"Aisyah, kamu kan santri baru, banyak pelajaran yang harus kamu pelajari dari awal, jadi Abi ingin, hafidz yang akan mengajarimu, bagaimana, kamu setuju?"

Aisyah cuman terdiam, dia ingin menerima tawaran Kiyai Afnan tapi malu, mau menolak tapi hatinya tidak setujuh.

"Abi, hmmm kenapa bukan Abi aja yang ngajarin Aisyah langsung.?" Bukannya menjawab pertanyaan sang kiyai, Aisyah malah balik bertanya.

"Abi pengennya begitu, tapi Abi terlalu banyak pekerjaan, jadi Abi memilih hafidz yang mengajarimu, Karna cuma hafidz yang Abi percaya" jelas kiyai Afnan sambil tersenyum kearah Aisyah.

"Gus hafidz gak keberatan, kalau ngajarin Aisyah..?" Tanya Aisyah, entah kenapa siapa.

"In syaa Allah gak keberatan, ya kan hafidz..?" Kiyai Afnan menepuk pundak putranya.

"In syaa Allah Abi, hafidz gak keberatan, tapi harus ada yang menemani, Hafidz Ndk mau berdua-duaan"jawab Hafidz.

Sambil menatap ayahnya.

"Tenang Aa ada mifta, Mifta akan ikut saat kakak mengajari kak Aisyah, jadi gak berdua-duan" ucap Mifta.

"Ada umi juga kok, kan belajarnya dirumah" lanjutnya.

Aisyah tersenyum mendengar perkataan Mifta begitu semangat.

"Jadi bagaimana nak, mau kan.?" Tanya kiyai Afnan untuk memastikan keputusan Aisyah.

Aisyah tersenyum lalu menganggukkan kepalanya bertanda kalau dia setujuh.

Melihat Aisyah yang setujuh dengan keputusannya, Kiyai Afnan tersenyum.

Bukannya dia pilih kasih atau bagaimana, tetapi dia sudah berjanji kepada Riyan bahwa dia akan mendidik Aisyah dengan baik dan menyayanginya seperti anaknya sendiri.

Menurutnya Aisyah bukan anak santri, tetapi Aisyah adalah putrinya.

"Jadi, selesai sholat magrib, kalian boleh mulai pelajaran nya" ucapan Kiyai Afnan.

Lagi dan lagi Aisyah cuman bisa menganggukkan kepalanya, dia tidak tau harus bicara apa.

Satu hal yang harus Aisyah syukuri, ya itu Allah masih memberikan kesempatan untuk bergabung dengan orang-orang baik seperti keluarga Kiyai Afnan dan anak-anak santri.

******

Dea dan Azizah merasa heran dengan tingkah Aisyah, semenjak dirinya pulang dari rumah kiyai, senyumannya tak pernah luntur.

"Ciee senyum-senyumi sendiri, lagi mikirin apa,.? Sini cerita sama kita" Azizah menyenggol lengan Aisyah.

"Iih apaan si, siapa juga yang senyum-senyum sendiri" elak Aisyah

"Lahh tadi itu apa, kalau bukan senyum-senyum sendiri" ujar Dea dengan nada yang menggoda.

"Cerita dong sama kita Ais, kok Lo gitu si" lanjut Dea dengan sedikit memaksa.

"Aku gak tau, mau mulai dari mana ni ceritanya "

"Iy dari awal lah, gimana si, cepat Aisyah keburu adzan Maghrib" Azizah ingin rasanya memukul kepala Aisya yang sok polos itu, padahal dia itu anak kota yang masuk pesantren.

"Baiklah, dengarin baik-baik, gak ada siaran ulang ya".

Setelah Azizah dan Dea menganggukkan kepalanya,

Aisyah pun memulai ceritanya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!