part 11

Saat selesai sholat ashar, Aisyah siap-siap untuk ke rumah Kiyai.

"Udah bangus belum?" tanya Aisyah.

Azizah tersenyum lalu memperbaiki jilbab Aisyah yang sedikit berantakan. "Na, udah bangus."

"Beneran, dah bangus?" tanya Aisyah lagi, dia merasa kalau jilbabnya masih berantakan.

Dea terkekeh kecil. "Gini Ama iya, kalo mau ketemu doi."

"Hussstt ... Omongannya, Dea!" bisik Aisyah.

Mata Dea melotot mendengar bisikan Aisyah. "Idih ... Malu-malu kucing, padahal, hatinya bahagia tuh."

"Dea, iisssss ...!" rengek Aisyah dengan wajah memerah karena malu.

"Udah-udah, Aisyah, kamu jadi ke dalem atau gak ni?" tanya Azizah.

Aisyah tersenyum ke arah dua sahabatnya itu. "Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, aku ke dalem dulu." Setelah mengucapkan salam, Aisyah keluar dari kamarnya.

*****

Jantung Aisyah berdetak dengan kencang saat berdiri didepan pintu rumah Kiyai.

"Aduh ... Kok ada Gus hafidz sih!" batin Aisyah. "please ... Jantung, jangan deg ... deg ... degan dulu."

Saat Aisyah terdiam menenangkan dirinya, tiba-tiba, dikagetkan dengan suara, yang begitu dia kenal.

"Aisyah ...," panggil Gus hafidz.

Mata Aisyah melotot, saat mendengar suara Gus hafidz menyebutkan namanya. "Eh ... Gus Hafidz, a–as–salamualaikum warahmatullahi wabarakatuh Gus." salam Aisyah, dengan Suara sedikit gugup.

Gus Hafidz tertawa kecil, melihat wajah Aisyah. "Wa'alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh." Gus hafidz bertanya,"kenapa melamun?"

"Hah ... Melamun, siapa yang melamun?" tanya Aisyah balik.

"Kamu, barusan," jawab Gus Hafidz.

Asiyah tersenyum kaku lalu menundukkan kepalanya. " A–ku ndk melamun kok Gus." Gumam Aisyah.

"Kalau ndk melamun, terus apa dong?" tanya Gus Hafidz.

"A–ku ndk melamun, cum ...." perkataan Aisyah terpotong saat Mifta datang dari arah dapur.

"Kak Aisyah, ayo masuk kak, umi udah nungguin." Langkah kaki Mifta Menuju ke arah Aisyah.

Aisyah tersenyum, dan mengelus dadanya. "Alhamdulillah, selamat." batin Aisyah.

Sedangkan Gus Hafidz menatap tajam kearah adiknya itu. " Gangguin aja nih Bocil" batin Gus hafidz.

*****

Aisyah dan Ning mifta berjalan Menuju ke arah dapur.

"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, Umi." Salam Aisyah, lalu menyalimi tangan Umi Khadijah.

"Wa'alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh." jawab umi Khadijah menyambut tangan Aisyah.

"Ada yang bisa Aisyah bantu, Umi?" tanya Aisyah.

"Kamu kupas bawang ini ya, sayang." Umi Khadijah menyodorkan beberapa bawang merah ke hadapan Aisyah. "bisakan?" tanya Umi Khadijah kemudian.

"In syaa Allah, bisa Umi," jawab Aisyah.

Merekapun melanjutkan acara masak-memasaknya sampai selesai.

Setelah beberapa jam kemudian.

Umi Khadijah mematikan kompor gas. "Alhamdulillah, selesai juga."

"Alhamdulillah," ucap Aisyah dan Mifta bersamaan.

"Umi, Aisyah balik dulu ya, ke asrama, soalnya udah mau magrib," ucap Aisyah.

Umi Khadijah tersenyum kearah gadis yang ada didepannya ini. "Selesai sholat isya langsung kesini iya, kita makan malam bersama."

"In syaa Allah, Umi." Aisyah menyalimi tangan Umi Khadijah kemudian menciumnya. "Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,"

Bibir umi Khadijah tersenyum. "Wa'alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh."

Saat Aisyah sudah tak terlihat lagi, Mifta menghampiri Uminya. "Semoga rencana umi berhasil."

Aisyah membuka pintu kamarnya. "Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh."

"Wa'alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh," jawab Azizah dan Dea bersamaan.

"Cape banget." Langkah kaki Aisyah berjalan lesu ke arah tempat tidurnya.

"Ngapain aja sih, di dalem, kok cape banget?" tanya Azizah.

"Bantuin umi masak," jawab Aisyah.

Tawa Dea pecah mendengar perkataan Aisyah. "Baru juga masak, udah cape, gimana, kalo dah jadi menantu."

"Kalau dah jadi menantu, bedah lagi ceritanya." Aisyah berdiri, lalu mengambil alat mandinya.

"Mau mandi ya?" tanya Azizah.

"Hmmm." Aisyah menganggukkan kepalanya. "tungguin iya, bentar kok, awas di tinggal!"

"Cepetan, keburu asan Magrib," ujar Dea.

"Oke." Dengan cepat Aisyah berjalan ke arah kamar mandi khusus untuk Santriwati.

****

Setelah beberapa menit, mereka selesai melaksanakan sholat magrib, lalu dilanjutkan membaca al-qur'an.

"Kak Aisyah," bisik Ning Mifta.

"Astaghfirulla, Ning." Aisyah mengelus dadanya. "kenapa Ning?"

"Jangan lupa, selesai sholat isya, ke dalem!" bisik Mifta lagi.

"In syaa Allah, Ning," jawab aisyah.

Dea mendekat tubuhnya ke arah Aisyah dan Ning Mifta. "Lagi ngomongin apaan sih, kok bisik-bisik."

"Kak Dea mau tau gak?" tanya Dea.

"Mau banget lah, apa Ning, kasi tau aku do—" Perkataan Dea terpotong.

"Huuuusssstt, jangan berisik, dah azan tuh." Azizah meletakkan jari telunjuk ke bibirnya.

Merekapun terdiam.

****

Dea da Azizah sudah pusing melihat tingkah aisyah, yang sibuk memilih jilbab yang akan dia pake ke rumah kiyai.

"Adu ... pusing, mau pilih yang mana." Tangan Aisyah sudah memegang dua jilbab yang berbeda warna.

"Pake yang ini aja." Azizah menunjuk jilbab yang berwarna hitam.

"Tapi kan, in–" Perkataan Aisyah terpotong.

Azizah mengambil jilbab yang ada di tangan Aisyah, lalu memasanhnya ke atas kepala Aisyah. "Apapun yang kamu pake, tetap kelihatan cantik kok, percaya sama aku."

"Serius?" tanya Aisyah.

"Serius." Tangannya memasang peniti ke jilbab Aisyah.

"Makasih, zin." Asiyah memeluk Azizah dengan erat.

****

"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh," salam Aisyah.

"Wa'alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh," jawab mereka yang ada di ruang tamu.

Mata Aisyah berkaca-kaca, saat melihat ayahnya juga ada di ruangan tersebut.

"Ayah." Tanpa malu Aisyah langsung memeluk ayahnya.

Riyan tertawa kecil, saat membalas pelukan Putrinya.

"Ayah ... Aisyah kangen ama Ayah," ujar Aisyah.

"Ayah juga kangen sama kamu sayang." Tangan Riyan mengelus kepala putrinya.

Kiyai Afnan dan yang lainnya terkekeh kecil melihat tingkah Asiyah.

"Nanti dulu kangen-kangenan, kita makan malam dulu, ayo,"

****

"Ayah kok, gak bilang dulu, kalau mau kesini?" tanya Aisyah.

"Biar jadi, kejutan," jawab Riyan.

Saat ini mereka sedang duduk di ruang tamu, setelah menyelesaikan makan malamnya.

Kiyai Afnan dan Gus Hafidz ke asrama putra, untuk menyelesaikan sedikit masalah, Umi Khadijah dan Ning Mifta lagi membersikan meja makan.

"Bagaimana kabarmu, Ais?" tanya Riyan.

"Alhamdulillah, baik Yah," jawab Aisyah.

"Pelajarannya lancar?" tanya Riyan lagi.

"Alhamdulillah, lancar juga Yah, berkat gus hafidz." Bibir Aisyah tersenyum, matanya berbinar saat menyebut nama gus hafidz.

"Ais, suka gus hafidz?" tanya Riyan.

"Eh ... gak kok Yah, Ais, gak suka sama gus hafidz," jawab Aisyah dengan cepat. "maaf ya Allah, maaf Yah, aku berbohong, Ais, belum pantas buat gus hafidz, dia adalah seorang laki-laki yang hampir sempurna dalam segi apapun, sedangkan Aisyah, hanyalah wanita biasa, memiliki masa lalu yang buruk!" batin Aisyah.

Aisyah tersenyum menatap Ayahnya, Aisyah berharap Ayahnya akan percaya dengan ucapannya.

Tanpa mereka sadari, seseorang telah mendengar percakapan Meraka dari luar.

Seseorang itu telah menundukkan kepalanya. "Aku terlalu terburu-buru."

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!