Pusat perhatian

Sedikitpun Ayu tak merasa malu apa lagi ragu. Duduk di antara wali murid bukanlah hal yang tabu. Sebab, sebelumnya sering melakukan itu saat Ikram sibuk. Ia tak hanya datang bersama dengan Hanan, namun juga Alifa dan Adiba, karena saat ini Ninik sedang pergi dengan suaminya. 

Murid-murid mulai berdatangan memenuhi gedung serba guna yang ada di sudut sekolah. Mereka dengan orang tuanya duduk di kursi yang disediakan. Sementara Alifa dan Adiba bermain di depan Ayu. Cukup luas untuk mereka bisa berlarian ke sana ke mari. 

Hanan duduk di samping Ayu, sesekali melirik sang mama yang tampak keren dengan setelan jas dan rok hitam serta hijab yang senada. 

Beberapa guru maju di atas panggung untuk menjalankan tugasnya. Mereka berbaris membawakan acara demi acara yang sudah disusun rapi. 

Setiap murid mulai berhamburan mengambil setangkai bunga yang sudah disiapkan. Begitu juga dengan Hanan, bocah itu antusias berlari untuk mendapatkan setangkai mawar yang nantinya akan diserahkan kepada ayahnya. 

"Apakah semuanya sudah mendapatkan bunga?" tanya ibu guru memastikan. Memeriksa satu-persatu siswa yang mengangkat tangannya.

"Oke, kalau begitu kita akan lanjutkan acara yang selanjutnya."

Ayu terus mencium pucuk kepala Hanan dengan lembut. Seharusnya itu adalah momen berharga bagi seorang anak, namun tidak bagi Hanan yang hanya datang bersama mamanya. 

"Untuk siswa siswi kelas empat lima dan enam mohon maju ke depan." 

Hanan langsung berdiri dari duduknya. Berjalan mengikuti teman-temannya naik ke atas panggung. 

Dilihat dari wajahnya bocah itu bahagia layaknya yang lain, namun ada yang menjanggal dalam hatinya yang tak bisa diungkapkan dengan kata-kata. 

Murid kelas empat berdiri paling depan, kemudian disusul kelas lima dan enam di belakangnya. 

Ayu mengambil gambar sang buah hati yang nampak paling tinggi. Postur tubuhnya memang persis seperti Ikram. Kulitnya putih dan mencolok di antara yang lainnya.

Mereka menyanyikan lagu yang dipersembahkan untuk ayah secara serempak. Banyak pasang mata yang berkaca-kaca. Terharu dengan persembahan spesial itu.

Sekujur tubuh Ayu bergetar. Ia tak bisa membayangkan bagaimana perasaan Hanan saat ini, pasti kacau karena orang yang diharapkan itu tidak hadir. 

Ayu bertepuk tangan. Berusaha keras membuat Hanan untuk tetap tersenyum dan lupa dengan rasa sakit hatinya. 

Hampir sepuluh menit lagu berakhir tepuk tangan riuh memenuhi ruangan. 

Kepala sekolah mengambil mikrofon dan berdiri di tengah-tengah muridnya. 

"Sekarang waktunya memberikan hadiah untuk ayah masing-masing." 

Lantas mereka berhamburan turun dari panggung. Menghampiri ayahnya yang sudah berbaris. 

Hanan masih berdiri di di atas panggung. Matanya tak teralihkan dari Ayu yang terus melambaikan tangan. Memberi kode pada Hanan untuk segera turun. Ada rasa iri saat semua teman temannya itu memeluk ayah mereka. Namun, ucapan Ayu yang memintanya untuk kuat terus terlintas hingga rasa iri itu lenyap. 

"Dimana ayah kamu, Nak?" tanya salah atau guru yang belum tahu tentang kondisi keluarga Hanan. 

Hanan menunjuk Ayu yang menanti kedatangannya. 

Guru itu mengikuti jari Hanan menunjuk lalu mengangguk kecil, dengan begitu saja ia sudah paham maksud dari muridnya. 

"Silahkan berikan bunga mawar ini untuk pahlawanmu, Nak."

Hanan berlari kecil menghampiri Ayu lalu memeluknya dengan erat. Mencium kedua pipinya bergantian dan mengucapkan terima kasih berulang kali. 

Ayu menitikkan air mata. Banyak yang ia pikirkan saat melihat ketiga anaknya masih kecil dan butuh banyak biaya hidup. Terlebih, sebentar lagi Alifa masuk sekolah, sedangkan Hanan naik kelas. 

"Terima kasih untuk apa?" goda Ayu sambil mengusap air matanya.

"Untuk semuanya. Aku janji akan membalas semua jasa Mama. Walaupun tak sebanding, aku akan membahagiakan Mama."

Ayu dan Hanan menjadi pusat perhatian seluruh tamu. Sebab, ia satu-satunya wanita yang berperan sebagai ayah. 

Setelah memberikan bunga, semua murid pun diwajibkan untuk menyuapi ayahnya. Begitu juga dengan Hanan yang langsung menyuapi Ayu. 

Sepulang dari acara yang menguras air mata itu, Hanan masuk ke kamar dengan Alifa dan Adiba, sedangkan Ayu sibuk dengan ponsel miliknya. Seharusnya hari ini ia pergi ke bank untuk membuka tabungan, namun di urungkan karena sudah terlalu sore. Ia memilih untuk menulis lebih banyak lagi sebelum mengajukan. 

Suara ketukan pintu membuyarkan konsentrasi Ayu. Ia tak pernah mengabaikan siapapun yang datang dan  segera beranjak keluar dari kamar. Membuka pintu sedikit. Memastikan siapa yang datang.

Senyum yang sudah merekah untuk menyambut sang tamu itu kembali redup saat melihat seseorang yang berdiri di depan pintu. 

Orang yang sudah menghancurkan rumah tangganya dan merebut suaminya.

Ayu berdiri tegak dengan kedua tangan dilipat. Memasang wajahnya yang tangguh tak tertandingi. Tidak perlu manis di depan pelakor. Cukup menjadi singa betina yang pemberani. 

"Ngapain kamu ke sini?" tanya Ayu ketus. Menatap undangan di tangan wanita itu. 

"Aku cuma mau kasih undangan." Rani menyodorkan di depan Ayu. 

Tak berpikir panjang, Ayu langsung menerimanya. 

"Aku pasti datang," ucap Ayu lugas. 

Rani tersenyum menyeringai, seolah tak percaya dengan ucapan Ayu. Matanya menyusuri ruang tamu yang sangat sempit. 

"Kamu betah tinggal di sini?" tanya Rani mengejek. 

Ayu menoleh ke belakang. Kemudian menatap Rani lagi. 

"Memangnya kenapa? Rumah ini lebih nyaman daripada rumah mas Ikram. Dan aku lebih betah di sini karena membayarnya dengan hasil keringatku sendiri, bukan minta-minta pada orang lain." Ayu menggeser tubuhnya hingga Rani bisa melihat jelas ke arah dalam. 

"Dan satu lagi, jangan pernah memandangku rendah, karena aku tak serendah yang kamu pikirkan.* Mendorong Rani lalu menutup pintu. 

Rani berdecak kesal dengan tingkah Ayu yang tak sopan padanya. 

"Awas, Yu. Besok aku akan mempermalukan kamu." Meninggalkan rumah Ayu dengan dada yang menguap. 

Ayu menyandarkan punggungnya. Hari pernikahan Ikram dan Rani sebentar lagi, sedangkan ia belum punya baju untuk datang. Ingin menunjukkan bahwa ia tak selemah yang mereka kira. 

"Lula, aku harus minta bantuan Lula." Ayu bergegas ke kamar dan mengambil ponsel. Menghubungi sahabatnya yang memiliki butik juga salon. 

"Halo," sapa suara seorang wanita di balik ponsel. 

Ayu tersenyum. Ia sangat mengenal suara itu. Meskipun mereka sudah lama tak saling sapa, seorang sahabat tak akan bisa lupa. 

"Ini aku, Lul." Ayu menyapa tanpa menyebut nama. 

"Ayu," sapa Lula kemudian. 

Keduanya saling tertawa. 

"Tumben kamu nelpon, ada apa?" tanya Lula antusias. 

Ayu sedikit ragu untuk mengucap, namun ia tak boleh diam saja. 

"Aku butuh bantuanmu. Besok mas Ikram menikah, dan dia mengundangku. Aku harus datang dengan penampilan yang cantik dan menarik. Bukan untuk bersaing, Lul. Aku hanya ingin membuktikan bahwa aku juga bisa bahagia hidup tanpa dia," ucap Ayu panjang lebar. 

Lula tersenyum, ia paling bangga dengan wanita yang strong seperti Ayu. 

"Aku pasti bantu kamu, besok bawa anak-anakmu ke rumahku, dan kamu harus datang dengan sejuta pesona," timpal Lula mendukung. 

Terpopuler

Comments

Isabela Devi

Isabela Devi

sumpah baca bab ini aku mewek

2024-04-20

0

Idar Lalimat

Idar Lalimat

aku bagi bintang banyak berhasil buat ku mewekkk 😭😭 semangat ayu demi buah hati kita hampir sama nasib😭

2024-03-08

2

Rini Rohmawati

Rini Rohmawati

wow good job.patut d acungi jempol/Good/

2024-03-03

0

lihat semua
Episodes
1 Perdebatan
2 Single Mom
3 Pergi
4 Kehidupan baru
5 Keberanian Ayu
6 Hanan sakit
7 Jalan-jalan
8 Menulis
9 Belum berhasil
10 Salah paham
11 Gagal
12 Ponsel baru
13 Tegas
14 Lembur
15 Ulang tahun Hanan
16 Musibah lagi
17 Penolakan Ikram
18 Pusat perhatian
19 Bab 19. Datang ke pernikahan
20 Percaya diri
21 Berubah
22 Bohong
23 Minta sekolah
24 Fitnah
25 Benci
26 Kesempatan
27 Kemarahan Harini
28 Ke rumah Ayu
29 Mengembalikan
30 Rencana Rani
31 Misi Harini
32 Julid
33 Salah paham
34 Mengintai
35 PDKT
36 Menolak
37 Hadiah dari Angga
38 Awal perjuangan
39 Bujukan Angga
40 Mempermalukan Ikram
41 Panggilan Papa
42 Melamar
43 Tidak setuju
44 Sandiwara
45 Ketahuan
46 Datang ke kantor
47 Penjelasan Angga
48 Mencari pilihan
49 Panik
50 Memperkenalkan diri
51 Mendekatkan
52 Cemburu
53 Kekesalan Angga
54 Datang ke rumah
55 Pendekatan
56 Kekecewaan Ikram
57 Tragedi
58 Rumah sakit
59 Amnesia
60 Uang tahun Adiba
61 Hadiah dari Angga
62 Menjenguk
63 Curiga
64 Pendapat Om Surya
65 Tumbang
66 Sikap Rani
67 Marah
68 Berubah
69 Cemburu berat
70 Masakan khas
71 Janji
72 Terlambat
73 Nonton ala Angga
74 Rencana
75 Terbongkar
76 Menegaskan
77 Saudara
78 Berkunjung
79 Kejutan baru
80 Tawaran
81 Bimbang
82 Niat pergi
83 Berpisah
84 Penjelasan Irma
85 Ruko untuk Ayu
86 Hari pertama
87 Layyana Shop
88 Wejangan untuk Ikram
89 Lima tahun kemudian
90 Menginap
91 Kejutan
92 Rencana menikah
93 Pertemuan di kantor
94 Masa depan
95 Pujian untuk Ayu
96 Hari pernikahan
97 Kecelakaan
98 Sadar
99 Menjelaskan
100 Tak akan goyah
101 Orang suruhan
102 Detik-detik
103 Mengenang masa lalu
104 Sah
105 Pertama kali
106 Setengah
107 Pesta terakhir
108 Malam pertama
109 Hari pertama
110 Semakin akrab
111 Semakin cantik
112 Jalan keluar
113 Mengungkap perasaan
114 Berakhir ranjang
115 Resah
116 Kepergok
117 Bukti, bukan janji
118 Putus
119 Mantan
120 Diam nya Ayu
121 Akur
122 Sedikit aneh
123 Kemungkinan
124 Positif
125 Pertemuan orang tua
126 Berubah fikiran
127 Menerima dengan lapang
128 Harapan Baru
129 Kembar
130 Bantuan
131 Berkumpul
132 Lamaran
133 Pendarahan
134 Mencari Memet
135 Tertangkap
136 Mengubah nasib
137 Impian yang terwujud
138 Pengumuman
Episodes

Updated 138 Episodes

1
Perdebatan
2
Single Mom
3
Pergi
4
Kehidupan baru
5
Keberanian Ayu
6
Hanan sakit
7
Jalan-jalan
8
Menulis
9
Belum berhasil
10
Salah paham
11
Gagal
12
Ponsel baru
13
Tegas
14
Lembur
15
Ulang tahun Hanan
16
Musibah lagi
17
Penolakan Ikram
18
Pusat perhatian
19
Bab 19. Datang ke pernikahan
20
Percaya diri
21
Berubah
22
Bohong
23
Minta sekolah
24
Fitnah
25
Benci
26
Kesempatan
27
Kemarahan Harini
28
Ke rumah Ayu
29
Mengembalikan
30
Rencana Rani
31
Misi Harini
32
Julid
33
Salah paham
34
Mengintai
35
PDKT
36
Menolak
37
Hadiah dari Angga
38
Awal perjuangan
39
Bujukan Angga
40
Mempermalukan Ikram
41
Panggilan Papa
42
Melamar
43
Tidak setuju
44
Sandiwara
45
Ketahuan
46
Datang ke kantor
47
Penjelasan Angga
48
Mencari pilihan
49
Panik
50
Memperkenalkan diri
51
Mendekatkan
52
Cemburu
53
Kekesalan Angga
54
Datang ke rumah
55
Pendekatan
56
Kekecewaan Ikram
57
Tragedi
58
Rumah sakit
59
Amnesia
60
Uang tahun Adiba
61
Hadiah dari Angga
62
Menjenguk
63
Curiga
64
Pendapat Om Surya
65
Tumbang
66
Sikap Rani
67
Marah
68
Berubah
69
Cemburu berat
70
Masakan khas
71
Janji
72
Terlambat
73
Nonton ala Angga
74
Rencana
75
Terbongkar
76
Menegaskan
77
Saudara
78
Berkunjung
79
Kejutan baru
80
Tawaran
81
Bimbang
82
Niat pergi
83
Berpisah
84
Penjelasan Irma
85
Ruko untuk Ayu
86
Hari pertama
87
Layyana Shop
88
Wejangan untuk Ikram
89
Lima tahun kemudian
90
Menginap
91
Kejutan
92
Rencana menikah
93
Pertemuan di kantor
94
Masa depan
95
Pujian untuk Ayu
96
Hari pernikahan
97
Kecelakaan
98
Sadar
99
Menjelaskan
100
Tak akan goyah
101
Orang suruhan
102
Detik-detik
103
Mengenang masa lalu
104
Sah
105
Pertama kali
106
Setengah
107
Pesta terakhir
108
Malam pertama
109
Hari pertama
110
Semakin akrab
111
Semakin cantik
112
Jalan keluar
113
Mengungkap perasaan
114
Berakhir ranjang
115
Resah
116
Kepergok
117
Bukti, bukan janji
118
Putus
119
Mantan
120
Diam nya Ayu
121
Akur
122
Sedikit aneh
123
Kemungkinan
124
Positif
125
Pertemuan orang tua
126
Berubah fikiran
127
Menerima dengan lapang
128
Harapan Baru
129
Kembar
130
Bantuan
131
Berkumpul
132
Lamaran
133
Pendarahan
134
Mencari Memet
135
Tertangkap
136
Mengubah nasib
137
Impian yang terwujud
138
Pengumuman

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!