Lembur

Memikirkan banyak kebutuhan membuat Ayu terus memutar otak dan tenaga. Di tengah sibuknya menulis, ia masih bekerja demi mendapatkan uang dengan segera. Mengusir rasa malas yang terkadang menyelimuti. Setiap kali melihat ketiga anaknya, ia kembali bersemangat dan tak kenal lelah. Mereka satu-satunya sumber kekuatan hingga menjadi wanita yang tangguh seperti saat ini. 

Sudah hampir satu minggu, setiap pagi Hanan selalu terbangun dengan sendiri nya. Bocah yang sebentar lagi genap berumur sepuluh tahun itu mulai mandiri dan tidak merepotkan Ayu lagi. 

Hanan mengalungkan handuk di leher, pertanda mau mandi. Menghampiri sang mama menyusun makanan di meja makan.

"Tumben lauknya banyak, Ma?" Mata Hanan mengabsen beberapa menu makanan yang ada di meja.

Ayu menanggapinya dengan senyuman. Mengusap kepala Hanan dengan lembut. 

"Mama punya rejeki lebih, sekarang Kakak mandi setelah itu sarapan. Hari ini mama  akan pulang malam. Kalau kamu gak berani di rumah sendirian, di rumah bi Ninik dulu. Nanti mama jemput," ucap Ayu menjelaskan. 

Hanan mendongakkan kepalanya. "Uang mama habis, ya?" tanyanya dengan polos. 

Hati Ayu marasa teriris mendengar itu. Anak seusianya pasti tak akan pernah memikirkan tentang itu, namun Hanan justru terlihat khawatir dengan keadaan Ibunya. 

"Bukan habis, Nak. Mama cuma kasihan dengan bu Laila. Dia kerepotan kalau mama pulang sore."

Ayu meninggalkan Hanan yang masih duduk. Menyiapkan baju Alifa dan Adiba sebelum pergi. Sebab hari ini, tak hanya Alifa dan Hanan, namun Adiba juga akan ditinggal bersama Ninik di rumah. 

Mungkin akan merepotkan wanita mandul itu, namun Ayu terpaksa melakukannya demi mendapatkan bayaran lebih. 

Ayu menyiapkan susu dan beberapa baju ganti. Menggiring Alifa dan Adiba ke rumah Ninik setelah Hanan masuk sekolah. Dari lubuk hati terdalam ia sedikit ragu dan malu dengan tatapan sendu wanita itu. 

"Adiba gak ikut kamu?" cetus Ninik melihat beberapa popok dan botol susu di tangan Ayu. 

"Maaf, Bu. Hari ini aku lembur, jadi gak bisa bawa Adiba." Ayu menyerahkan si bungsu pada Ninik. 

"Gak papa, lagipula aku nganggur, kok," ucap Ninik santai. 

Ayu bergegas pergi, takut kesiangan. 

Tak seperti biasanya, rumah makan sangat ramai, bahkan pengunjung tak henti-hentinya keluar masuk hingga membuat Ayu tak sempat istirahat. Ia hanya bisa berhenti saat makan dan menjalankan kewajibannya sebagai seorang muslimah. Selebihnya bergelut dengan pekerjaan yang terus menuntut. 

"Kenapa kamu gak ajak Adiba, Yu?" tanya Bu Laila sembari meletakkan piring yang tadi sudah di cuci. 

Ayu mengusap peluh yang menghiasi dahi pertanda itu adalah sebuah perjuangan untuk mendapatkan rezeki. 

"Malam ini aku mau lembur, Bu. Besok Hanan ulang tahun, jadi gak bisa masuk."

Bu Laila mengangguk mengerti. Tak pernah memaksakan Ayu untuk terus bekerja keras mengingat anak-anaknya yang masih kecil. 

Disela-sela kesibukannya, Ayu menyempatkan menghubungi Ninik lewat video call. 

"Mereka baik-baik saja, Yu." Ninik menggeser layar ponselnya. Menghadapkan ke arah Adiba dan Alifa yang sedang bermain, sedangkan Hanan yang baru pulang itu bergelut dengan bukunya.

"Kak Hanan sudah makan apa belum?" tanya Ayu memastikan. 

Meskipun tak berada di dekat mereka, ia akan tetap memastikan kebutuhan anak-anaknya. 

"Sudah, Ma," jawab Hanan menunjukkan piring kosong yang ada di sampingnya duduk. 

"Kenapa piring nya gak dibawa ke dapur?" protes Ayu mengingatkan. 

Ninik menggeleng. "Aku yang menyuruhnya untuk meletakkan di situ. Sudah, jangan khawatir, kamu fokus kerja saja."

Ninik memutus sambungannya. 

Ayu hanya bisa menghela nafas panjang lalu melanjutkan pekerjaan yang masih menggunung. 

Jam sudah menunjukkan pukul tujuh malam. Suasana rumah makan mulai sepi karena makanan hampir habis. Bu Laila pun sudah menutup sebagian pintu supaya tak ada pengunjung yang masuk. 

Hanya ada tiga orang di sana, mereka menjalankan aktivitasnya masing-masing.

Merapikan sisa makanan serta menumpuk perabot yang kosong. 

"Kamu pulang saja, Yu. Kasihan Adiba, pasti kangen." Bu Laila membungkus makanan dan meletakkan di dekat tas milik Ayu. 

"Sebentar lagi, Bu. Nanggung." Ayu tetap kekeh untuk merapikan semuanya sebelum pergi. Ia tak ingin meninggalkan sahabatnya sendirian. 

Kurang lebih setengah jam, Ayu sudah menyelesaikan tugasnya. Bersamaan saat ia keluar dari pintu utama, suara guntur saling beriringan menghiasi telinga. 

Cuaca nampak mendung. Gumpalan Awan hitam menyembunyikan bintang yang tadi berkelip 

Sepertinya sebentar lagi akan turun hujan membuat Ayu terburu-buru berlari ke pangkal ojek. 

Hatinya gelisah mengingat ketiga anaknya yang ditinggal seharian penuh hingga ia tak bisa berpikir jernih. 

Ya Allah, lindungi anakku jadikan mereka kuat seperti aku. 

Tin tin 

Bunyi klakson membuyarkan lamunan Ayu yang membayangkan wajah Hanan, Adiba dan Alifa. Ia menoleh ke arah mobil yang berhenti tepat di depannya. 

Kaca mobil terbuka, nampak seorang pria duduk di depan setir. Ayu memang belum mengenal pria itu, namun ia pernah melihatnya. 

"Bu Ayu mau pulang?" tanya pria itu turun dan menghampiri Ayu yang masih duduk di tempat. 

Ayu hanya mengangguk tanpa suara. 

"Ikut aku aja, kebetulan kita se arah, rumahku yang ada di ujung jalan kontrakan bu Ayu," ucap pria itu dengan ramah. Menjelaskan pada Ayu bahwa rumahnya yang paling mewah di antara rumah lainnya. 

"Namaku Sugeng," imbuhnya. 

Ayu tersenyum tipis, kini ia tahu bahwa pria di depannya itu adalah pak RT. 

"Gak usah, Pak." Ayu menangkup kedua tangannya, menolak secara halus takut pria itu tersinggung. 

Sugeng melihat ke arah kiri kanan, tak seperti biasanya yang masih sangat ramai, jalanan cenderung sepi, mungkin karena gerimis ojek pun tidak mangkal. 

"Ibu gak kasihan pada anak-anak, pasti mereka menunggu. Lagipula ini sudah malam, kalau mendung seperti ini, ojek jarang yang beroperasi."

Benar apa kata Sugeng. Anak-anak lebih penting dari apapun hingga ia menerima tawaran pria itu. Takut terjebak hujan. 

Di sepanjang jalan tidak ada pembicaraan apapun. Yang ada di otak Ayu hanya anak-anaknya, dan ia tak ingin memikirkan apapun selain mereka. 

Mobil berhenti di depan gerbang rumah Sugeng. Ayu yang sudah turun lebih dulu mengucapkan terima kasih lalu berlari kecil menuju rumahnya. 

Tanpa disadari ada seorang wanita yang melihatnya saat turun dari mobil Sugeng. Lantas, wanita itu menyebar foto yang sempat ia ambil secara diam-diam. 

Dalam hitungan detik banyak komentar yang membanjiri postingan itu. Hingga beberapa warga sengaja keluar demi bisa melihat Ayu. 

"Oh, ternyata janda genit," sindir salah satu warga yang sudah termakan oleh foto itu. Menatap Ayu sinis layaknya seorang musuh.

Ayu tak menanggapi, ia hanya tersenyum dan melanjutkan langkahnya. Tak peduli pada mereka yang terus menggunjing tentang dirinya. 

Terpopuler

Comments

Isabela Devi

Isabela Devi

gpp kamu di caci maki wi yg penting, kamu ga berbuat seperti apa yg mrk tuduhkan

2024-04-20

0

Siti Nadiyah

Siti Nadiyah

semangat yu...aduuhh ada z yg usil sih

2024-04-06

0

Neulis Saja

Neulis Saja

ehm semangat yu, abaikan nada sumbang yg terdengar tdk enak ditelingamu, i believe you are a strong woman

2024-02-19

2

lihat semua
Episodes
1 Perdebatan
2 Single Mom
3 Pergi
4 Kehidupan baru
5 Keberanian Ayu
6 Hanan sakit
7 Jalan-jalan
8 Menulis
9 Belum berhasil
10 Salah paham
11 Gagal
12 Ponsel baru
13 Tegas
14 Lembur
15 Ulang tahun Hanan
16 Musibah lagi
17 Penolakan Ikram
18 Pusat perhatian
19 Bab 19. Datang ke pernikahan
20 Percaya diri
21 Berubah
22 Bohong
23 Minta sekolah
24 Fitnah
25 Benci
26 Kesempatan
27 Kemarahan Harini
28 Ke rumah Ayu
29 Mengembalikan
30 Rencana Rani
31 Misi Harini
32 Julid
33 Salah paham
34 Mengintai
35 PDKT
36 Menolak
37 Hadiah dari Angga
38 Awal perjuangan
39 Bujukan Angga
40 Mempermalukan Ikram
41 Panggilan Papa
42 Melamar
43 Tidak setuju
44 Sandiwara
45 Ketahuan
46 Datang ke kantor
47 Penjelasan Angga
48 Mencari pilihan
49 Panik
50 Memperkenalkan diri
51 Mendekatkan
52 Cemburu
53 Kekesalan Angga
54 Datang ke rumah
55 Pendekatan
56 Kekecewaan Ikram
57 Tragedi
58 Rumah sakit
59 Amnesia
60 Uang tahun Adiba
61 Hadiah dari Angga
62 Menjenguk
63 Curiga
64 Pendapat Om Surya
65 Tumbang
66 Sikap Rani
67 Marah
68 Berubah
69 Cemburu berat
70 Masakan khas
71 Janji
72 Terlambat
73 Nonton ala Angga
74 Rencana
75 Terbongkar
76 Menegaskan
77 Saudara
78 Berkunjung
79 Kejutan baru
80 Tawaran
81 Bimbang
82 Niat pergi
83 Berpisah
84 Penjelasan Irma
85 Ruko untuk Ayu
86 Hari pertama
87 Layyana Shop
88 Wejangan untuk Ikram
89 Lima tahun kemudian
90 Menginap
91 Kejutan
92 Rencana menikah
93 Pertemuan di kantor
94 Masa depan
95 Pujian untuk Ayu
96 Hari pernikahan
97 Kecelakaan
98 Sadar
99 Menjelaskan
100 Tak akan goyah
101 Orang suruhan
102 Detik-detik
103 Mengenang masa lalu
104 Sah
105 Pertama kali
106 Setengah
107 Pesta terakhir
108 Malam pertama
109 Hari pertama
110 Semakin akrab
111 Semakin cantik
112 Jalan keluar
113 Mengungkap perasaan
114 Berakhir ranjang
115 Resah
116 Kepergok
117 Bukti, bukan janji
118 Putus
119 Mantan
120 Diam nya Ayu
121 Akur
122 Sedikit aneh
123 Kemungkinan
124 Positif
125 Pertemuan orang tua
126 Berubah fikiran
127 Menerima dengan lapang
128 Harapan Baru
129 Kembar
130 Bantuan
131 Berkumpul
132 Lamaran
133 Pendarahan
134 Mencari Memet
135 Tertangkap
136 Mengubah nasib
137 Impian yang terwujud
138 Pengumuman
Episodes

Updated 138 Episodes

1
Perdebatan
2
Single Mom
3
Pergi
4
Kehidupan baru
5
Keberanian Ayu
6
Hanan sakit
7
Jalan-jalan
8
Menulis
9
Belum berhasil
10
Salah paham
11
Gagal
12
Ponsel baru
13
Tegas
14
Lembur
15
Ulang tahun Hanan
16
Musibah lagi
17
Penolakan Ikram
18
Pusat perhatian
19
Bab 19. Datang ke pernikahan
20
Percaya diri
21
Berubah
22
Bohong
23
Minta sekolah
24
Fitnah
25
Benci
26
Kesempatan
27
Kemarahan Harini
28
Ke rumah Ayu
29
Mengembalikan
30
Rencana Rani
31
Misi Harini
32
Julid
33
Salah paham
34
Mengintai
35
PDKT
36
Menolak
37
Hadiah dari Angga
38
Awal perjuangan
39
Bujukan Angga
40
Mempermalukan Ikram
41
Panggilan Papa
42
Melamar
43
Tidak setuju
44
Sandiwara
45
Ketahuan
46
Datang ke kantor
47
Penjelasan Angga
48
Mencari pilihan
49
Panik
50
Memperkenalkan diri
51
Mendekatkan
52
Cemburu
53
Kekesalan Angga
54
Datang ke rumah
55
Pendekatan
56
Kekecewaan Ikram
57
Tragedi
58
Rumah sakit
59
Amnesia
60
Uang tahun Adiba
61
Hadiah dari Angga
62
Menjenguk
63
Curiga
64
Pendapat Om Surya
65
Tumbang
66
Sikap Rani
67
Marah
68
Berubah
69
Cemburu berat
70
Masakan khas
71
Janji
72
Terlambat
73
Nonton ala Angga
74
Rencana
75
Terbongkar
76
Menegaskan
77
Saudara
78
Berkunjung
79
Kejutan baru
80
Tawaran
81
Bimbang
82
Niat pergi
83
Berpisah
84
Penjelasan Irma
85
Ruko untuk Ayu
86
Hari pertama
87
Layyana Shop
88
Wejangan untuk Ikram
89
Lima tahun kemudian
90
Menginap
91
Kejutan
92
Rencana menikah
93
Pertemuan di kantor
94
Masa depan
95
Pujian untuk Ayu
96
Hari pernikahan
97
Kecelakaan
98
Sadar
99
Menjelaskan
100
Tak akan goyah
101
Orang suruhan
102
Detik-detik
103
Mengenang masa lalu
104
Sah
105
Pertama kali
106
Setengah
107
Pesta terakhir
108
Malam pertama
109
Hari pertama
110
Semakin akrab
111
Semakin cantik
112
Jalan keluar
113
Mengungkap perasaan
114
Berakhir ranjang
115
Resah
116
Kepergok
117
Bukti, bukan janji
118
Putus
119
Mantan
120
Diam nya Ayu
121
Akur
122
Sedikit aneh
123
Kemungkinan
124
Positif
125
Pertemuan orang tua
126
Berubah fikiran
127
Menerima dengan lapang
128
Harapan Baru
129
Kembar
130
Bantuan
131
Berkumpul
132
Lamaran
133
Pendarahan
134
Mencari Memet
135
Tertangkap
136
Mengubah nasib
137
Impian yang terwujud
138
Pengumuman

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!