Salah paham

"Ayu…" teriak suara berat dari deretan mobil yang terjebak macet. 

Ayu menoleh ke arah sumber suara. Bibirnya mengulas senyum melihat seseorang yang terus melambaikan tangannya. 

Mobil melaju menghampiri Ayu yang masih duduk menunggu kendaraan umum. 

"Calvin, ngapain kamu di sini?" tanya Ayu diiringi dengan senyuman manis. 

Calvin turun dari mobil lalu duduk di samping Alifa yang nampak berkeringat dan lelah. 

"Rumahku dekat dari sini." Menunjuk ke arah ujung jalan. "Kamu ngapain di sini?" tanya Calvin balik. Merapikan rambut Alifa yang sedikit acak-acakan. 

"Tadi aku dari toko buku. Ini lagi nungguin angkut," ujar Ayu. 

"Pulang bareng yuk! Kita kan searah," ajak Calvin antusias. 

Ayu menggeleng seketika. Bukan menolak, namun ia memang tidak mau merepotkan orang lain. 

"Kenapa? Kasihan anak kamu. Cuacanya juga panas, nanti mereka capek." Calvin terus membujuk. Mengangkat tubuh mungil Alifa dan membawa ke pangkuannya. 

"Gak usah, aku bisa pulang sendiri." Ayu tetap kekeh dan menolak ajakan Calvin.

Calvin menggendong Alifa dan membawanya ke mobil tanpa persetujuan dari Ayu. 

"Ikut, atau aku akan bawa anak kamu pulang," ancam Calvin sembari menutup pintu mobil. 

Terpaksa Ayu berdiri dari duduknya dan masuk ke mobil Calvin. 

Sepanjang jalan, Alifa nampak bahagia, setelah berbulan-bulan hanya bisa naik angkot, akhirnya ia naik mobil mewah. Meskipun bukan milik papa nya, setidaknya bisa merasakan naik kendaraan mewah. Terlebih, Calvin sangat baik dan ramah padanya. 

"Alifa mau beli mainan?" tanya Calvin menatap Alifa dari pantulan spion yang menggantung. 

Alifa melirik ke arah Ayu, kemudian menundukkan kepalanya. 

"Alifa jangan takut sama mama, hari ini kita akan borong mainan."

Calvin berputar arah menuju ke pusat perbelanjaan. Tak mempedulikan wajah Ayu yang nampak datar, baginya membahagiakan Alifa jauh lebih penting dari kemarahan wanita itu. 

Mobil berhenti di depan Mall terbesar, namun Ayu belum juga turun membuat Calvin harus membujuknya lagi. 

"Ayolah, Yu. Kasihan anak kamu, kita sudah di sini." Calvin membungkuk, mengulurkan tangannya ke arah Adiba yang ada di gendongan sang mama. 

"Tapi aku gak mau ngerepotin kamu, Vin," bantah Ayu tanpa turun. 

"Aku gak merasa direpotkan, Yu. Anggap saja ini traktiran." 

Melihat Alifa yang nampak kegirangan membuat Ayu tak tega dan akhirnya ia ikut turun. 

Calvin terus mengikuti Alifa sambil menggendong Adiba, sedangkan Ayu membawakan beberapa mainan yang dibeli. Di mata orang lain, mereka seperti pasangan suami istri yang romantis, meskipun tak ada hubungan apapun, Calvin sangat perhatian pada kedua anak Ayu. 

"Alifa, ini sudah banyak."

Alifa meletakan mobil-mobilan di tempat nya. Teguran Ayu adalah peringatan yang wajib dipatuhi. 

"Kalau mau ambil saja," suruh Calvin. 

Alifa mendongak menatap Calvin yang berdiri di belakangnya.

"Ini untuk kak Hanan, Om," ucapnya penuh harap. 

Calvin mengambil beberapa mainan untuk anak laki-laki lalu membawanya ke kasir. Mengabaikan Ayu yang terus berteriak menolak pemberiannya. 

"Pokoknya setelah ini kita pulang," ucap Ayu menegaskan. 

Kali ini Calvin mengangguk. Ia tak ingin membuat Ayu lebih marah lagi. Bahkan, membatalkan rencananya untuk makan di luar, namun tetap membelikan makanan untuk mereka. 

Hampir dua puluh menit, Ayu dan Calvin sudah tiba di kontrakannya. 

Calvin terkejut melihat rumah sederhana yang ada di depannya. Ia tak menyangka, cinta pertamanya itu hidup menderita. 

"Jangan bilang kalau kamu kasihan sama aku," cetus Ayu membuka pintu. 

"Meskipun aku tinggal di rumah kecil seperti ini, aku tetap bahagia karena bisa bersama dengan anak-anak," imbuhnya lagi. Meyakinkan Calvin untuk tidak mengasihaninya. 

Mereka berbincang di teras depan rumah. Ayu tidak mau semua orang berprasangka buruk padanya.

"Aku tahu kamu perempuan yang hebat, Yu. Kamu pasti bisa bangkit tanpa bantuan siapapun."

Calvin tak pernah lupa siapa wanita yang duduk di depannya itu. Wanita yang beberapa kali memperoleh juara kelas dan penghargaan berbagai lomba itu pasti bisa melewati sulitnya tanpa orang lain. 

Calvin melihat jam yang melingkar di tangannya. 

"Aku pulang dulu ya, Yu. Kayaknya sudah waktunya Devi pulang," pamit Calvin. 

"Salam untuk istri kamu." Ayu ikut berdiri dari duduknya. 

Calvin hanya mengangkat jempolnya tanda setuju. 

Setelah mobil Calvin menghilang, Ayu masuk ke rumah. Ia melihat ada sedikit kebahagiaan di wajah kedua putrinya. Setelah sekian lama terdesak oleh keadaan yang mengimpit, kini mereka bisa merasakan layaknya anak yang lain. 

Tok tok tok 

Pintu diketuk dari arah luar. Ayu bergegas membukanya. 

"Kamu sudah pu __" 

Ucapannya terpotong. Senyumnya pun redup saat melihat seseorang yang berdiri di depan pintu. 

"Anda mencari siapa?" tanya Ayu ramah. 

Wanita itu melipat kedua tangannya seolah-olah memandang Ayu rendah. Melirik ke arah Adiba dan Alifa yang sibuk di ruang tamu. 

"Namaku Devi." Wanita itu menyebut namanya. 

"Jadi kamu menggunakan anak-anakmu untuk mendekati Calvin. Memperalat mereka untuk mendapatkan uang dari dia."

Ayu mengernyitkan dahi. Ia tak mengerti dengan ucapan wanita itu yang seolah menyudutkannya. 

"Apa maksud kamu?" Ayu tak terima. Sebab, sedikit pun ia tak bermaksud melakukan itu. Bahkan berulang kali menolak pemberian Calvin. 

"Jangan pura-pura sok manis." Menunjuk dada Ayu. "Aku tahu, kamu hanya menggunakan jilbab sebagai kedok untuk menutupi keburukanmu yang suka menggoda suami orang."

Plak 

Ayu melayangkan tamparan di pipi Devi. Ia tak terima dihina dan direndahkan hanya karena sesuatu yang tak dilakukannya. 

Devi mengusap pipinya yang memerah. Menatap Ayu tajam mengibarkan bendera perang. 

"Asal kamu tahu, aku tidak pernah melakukan apa yang kamu katakan," jelas Ayu serius. 

Devi tak terima dan mendorong tubuh Ayu hingga terhempas di dinding. Mengambil beberapa mainan yang ada di depan Alifa dan Adiba. 

"Apa ini? Calvin menghabiskan banyak uang hanya demi anak-anak kamu. Dia rela menguras dompet hanya untuk kalian. Kalau bukan karena rayuanmu, tidak mungkin dia melakukan itu," pekik Devi dengan lantang. 

Ayu melangkah maju lebih mendekat. Sedikitpun tak takut karena ia merasa tak bersalah. 

"Jadi kamu istrinya Calvin?" ujar Ayu. Ia menjelaskan apa yang terjadi sebenarnya, namun Devi tak percaya dan terus menuduh Ayu menggoda suaminya. 

"Terserah, percaya atau gak, itu hak kamu. Yang penting aku sudah bicara jujur." Ayu mengumpulkan semua mainan yang tadi dibelikan Calvin dan meletakkan di depan Devi.

"Kalau kamu gak ikhlas, bawa pulang."

Bukan mengambil mainan itu, Devi justru mengambil tas milik Ayu dan membongkar semua isinya. Ia tidak menemukan apa-apa selain beberapa buku. 

Tanpa aba-aba, Devi mengeluarkan korek api dan membakarnya, kemudian melemparnya ke arah luar. 

Melihat kejadian itu, Ayu menggiring anaknya menuju kamar. Lalu, mengusir Devi dari rumahnya dengan cara kasar.

Ya Allah, kuatkan aku dari cobaan ini. 

Memejamkan mata sejenak, menghampiri kedua anaknya yang ada di kamar. 

Terpopuler

Comments

Isabela Devi

Isabela Devi

bahagia itu akan dtg

2024-04-20

0

Neulis Saja

Neulis Saja

one day later you Will find happiness, trust me 🙏

2024-02-19

1

Truely Jm Manoppo

Truely Jm Manoppo

Sabar Ayu ... orang sabar disayang Tuhan

2024-01-23

0

lihat semua
Episodes
1 Perdebatan
2 Single Mom
3 Pergi
4 Kehidupan baru
5 Keberanian Ayu
6 Hanan sakit
7 Jalan-jalan
8 Menulis
9 Belum berhasil
10 Salah paham
11 Gagal
12 Ponsel baru
13 Tegas
14 Lembur
15 Ulang tahun Hanan
16 Musibah lagi
17 Penolakan Ikram
18 Pusat perhatian
19 Bab 19. Datang ke pernikahan
20 Percaya diri
21 Berubah
22 Bohong
23 Minta sekolah
24 Fitnah
25 Benci
26 Kesempatan
27 Kemarahan Harini
28 Ke rumah Ayu
29 Mengembalikan
30 Rencana Rani
31 Misi Harini
32 Julid
33 Salah paham
34 Mengintai
35 PDKT
36 Menolak
37 Hadiah dari Angga
38 Awal perjuangan
39 Bujukan Angga
40 Mempermalukan Ikram
41 Panggilan Papa
42 Melamar
43 Tidak setuju
44 Sandiwara
45 Ketahuan
46 Datang ke kantor
47 Penjelasan Angga
48 Mencari pilihan
49 Panik
50 Memperkenalkan diri
51 Mendekatkan
52 Cemburu
53 Kekesalan Angga
54 Datang ke rumah
55 Pendekatan
56 Kekecewaan Ikram
57 Tragedi
58 Rumah sakit
59 Amnesia
60 Uang tahun Adiba
61 Hadiah dari Angga
62 Menjenguk
63 Curiga
64 Pendapat Om Surya
65 Tumbang
66 Sikap Rani
67 Marah
68 Berubah
69 Cemburu berat
70 Masakan khas
71 Janji
72 Terlambat
73 Nonton ala Angga
74 Rencana
75 Terbongkar
76 Menegaskan
77 Saudara
78 Berkunjung
79 Kejutan baru
80 Tawaran
81 Bimbang
82 Niat pergi
83 Berpisah
84 Penjelasan Irma
85 Ruko untuk Ayu
86 Hari pertama
87 Layyana Shop
88 Wejangan untuk Ikram
89 Lima tahun kemudian
90 Menginap
91 Kejutan
92 Rencana menikah
93 Pertemuan di kantor
94 Masa depan
95 Pujian untuk Ayu
96 Hari pernikahan
97 Kecelakaan
98 Sadar
99 Menjelaskan
100 Tak akan goyah
101 Orang suruhan
102 Detik-detik
103 Mengenang masa lalu
104 Sah
105 Pertama kali
106 Setengah
107 Pesta terakhir
108 Malam pertama
109 Hari pertama
110 Semakin akrab
111 Semakin cantik
112 Jalan keluar
113 Mengungkap perasaan
114 Berakhir ranjang
115 Resah
116 Kepergok
117 Bukti, bukan janji
118 Putus
119 Mantan
120 Diam nya Ayu
121 Akur
122 Sedikit aneh
123 Kemungkinan
124 Positif
125 Pertemuan orang tua
126 Berubah fikiran
127 Menerima dengan lapang
128 Harapan Baru
129 Kembar
130 Bantuan
131 Berkumpul
132 Lamaran
133 Pendarahan
134 Mencari Memet
135 Tertangkap
136 Mengubah nasib
137 Impian yang terwujud
138 Pengumuman
Episodes

Updated 138 Episodes

1
Perdebatan
2
Single Mom
3
Pergi
4
Kehidupan baru
5
Keberanian Ayu
6
Hanan sakit
7
Jalan-jalan
8
Menulis
9
Belum berhasil
10
Salah paham
11
Gagal
12
Ponsel baru
13
Tegas
14
Lembur
15
Ulang tahun Hanan
16
Musibah lagi
17
Penolakan Ikram
18
Pusat perhatian
19
Bab 19. Datang ke pernikahan
20
Percaya diri
21
Berubah
22
Bohong
23
Minta sekolah
24
Fitnah
25
Benci
26
Kesempatan
27
Kemarahan Harini
28
Ke rumah Ayu
29
Mengembalikan
30
Rencana Rani
31
Misi Harini
32
Julid
33
Salah paham
34
Mengintai
35
PDKT
36
Menolak
37
Hadiah dari Angga
38
Awal perjuangan
39
Bujukan Angga
40
Mempermalukan Ikram
41
Panggilan Papa
42
Melamar
43
Tidak setuju
44
Sandiwara
45
Ketahuan
46
Datang ke kantor
47
Penjelasan Angga
48
Mencari pilihan
49
Panik
50
Memperkenalkan diri
51
Mendekatkan
52
Cemburu
53
Kekesalan Angga
54
Datang ke rumah
55
Pendekatan
56
Kekecewaan Ikram
57
Tragedi
58
Rumah sakit
59
Amnesia
60
Uang tahun Adiba
61
Hadiah dari Angga
62
Menjenguk
63
Curiga
64
Pendapat Om Surya
65
Tumbang
66
Sikap Rani
67
Marah
68
Berubah
69
Cemburu berat
70
Masakan khas
71
Janji
72
Terlambat
73
Nonton ala Angga
74
Rencana
75
Terbongkar
76
Menegaskan
77
Saudara
78
Berkunjung
79
Kejutan baru
80
Tawaran
81
Bimbang
82
Niat pergi
83
Berpisah
84
Penjelasan Irma
85
Ruko untuk Ayu
86
Hari pertama
87
Layyana Shop
88
Wejangan untuk Ikram
89
Lima tahun kemudian
90
Menginap
91
Kejutan
92
Rencana menikah
93
Pertemuan di kantor
94
Masa depan
95
Pujian untuk Ayu
96
Hari pernikahan
97
Kecelakaan
98
Sadar
99
Menjelaskan
100
Tak akan goyah
101
Orang suruhan
102
Detik-detik
103
Mengenang masa lalu
104
Sah
105
Pertama kali
106
Setengah
107
Pesta terakhir
108
Malam pertama
109
Hari pertama
110
Semakin akrab
111
Semakin cantik
112
Jalan keluar
113
Mengungkap perasaan
114
Berakhir ranjang
115
Resah
116
Kepergok
117
Bukti, bukan janji
118
Putus
119
Mantan
120
Diam nya Ayu
121
Akur
122
Sedikit aneh
123
Kemungkinan
124
Positif
125
Pertemuan orang tua
126
Berubah fikiran
127
Menerima dengan lapang
128
Harapan Baru
129
Kembar
130
Bantuan
131
Berkumpul
132
Lamaran
133
Pendarahan
134
Mencari Memet
135
Tertangkap
136
Mengubah nasib
137
Impian yang terwujud
138
Pengumuman

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!