Belum berhasil

"Ma, di kelas sekolah baru hanya sepatuku yang jelek," protes Hanan sembari memanyunkan bibirnya.  

Ayu mendekati Hanan dan duduk di samping bocah itu. Ikut menatap sepatu yang tersimpan di bawah meja. 

"Kenapa harus membandingkan dengan milik orang lain, itu namanya Hanan tidak bersyukur. Tidak menerima apa yang diberikan Allah. Sabarlah, Nak! Nanti kalau mama punya uang lebih, pasti akan membelikan Hanan barang-barang yang lebih bagus," tutur Ayu meyakinkan. 

Sebagai seorang ibu, ia pun merasa kasihan, tapi tak bisa berbuat apa-apa selain bersabar.

Meskipun keadaannya masih sangat sulit, Ayu tak pantang menyerah memberikan yang terbaik untuk ketiga anaknya. Untuk saat ini Hanan memang hanya mendengar janji dari bibir sang mama, namun ia berharap semua itu akan menjadi kenyataan. 

Sudah hampir sepuluh hari Ayu menulis, kini ia mengakhiri cerita itu dengan happy ending, yang berharap akan terjadi pada dirinya.

Apakah sebuah cerita benar-benar menjadi ladang rezeki?

Ayu membuka ponselnya, mencari akun dari seorang penulis ternama. Membaca berita yang beredar luas. Ternyata kebanyakan dari mereka memang bisa sukses, namun banyak juga yang tak berhasil. 

Menemukan sebuah aplikasi untuk menulis secara online. Memeriksa dengan detail beberapa cerita yang tertera. 

"Mungkin dicetak akan lebih mudah untuk dijual," pikir nya hingga Ayu tak begitu peduli dengan aplikasi tersebut. 

Tok tok tok 

Suara pintu diketuk dari luar. Sebelum Ayu beranjak, terdengar suara seseorang sedang berbicara. Tak lama kemudian Hanan menghampirinya. 

"Ada bi Ninik, Ma," lapor Hanan. Ternyata bocah itu yang membuka pintu. 

"Baiklah, kamu jaga adik-adik, Mamm keluar dulu." Ayu mengambil beberapa lembar uang dan keluar. Ia tersenyum kikuk saat melihat tetangganya itu berdiri di ambang pintu. 

"Silahkan duduk dulu, Bu." Ayu mempersilahkan bi Ninik. Menghitung uangnya kembali sebelum menyerahkan pada wanita itu. 

"Aku gak nagih uang kontrakan, Bu Ayu." Ninik duduk di depan Ayu. 

Ayu terdiam mendengar ucapan itu. Meskipun bukan itu tujuannya, ia tetap membayar seperti janjinya di awal. 

"Tapi ini sudah waktunya, Bu. Aku gak ingkar janji dan akan membayar tepat waktu."

Meskipun kondisi keuangannya buruk, Ayu tidak akan pernah lalai dengan kewajibannya. 

"Kamu dan anak-anak gak papa, kan?" tanya Ninik memastikan. Sebab, akhir-akhir ini ia jarang melihat Ayu keluar rumah. Setelah pulang kerja wanita itu langsung menutup pintu. 

"Kami semua baik-baik saja, terima kasih atas perhatian, Ibu." Ayu bersyukur memiliki tetangga baik seperti Ninik. 

Menyuruh Ninik menghitung uangnya lagi, takut kurang. 

"Kok gak pernah keluar sih?" tanya Ninik lagi. 

Ayu hanya menanggapinya dengan senyuman, tidak mungkin ia mengatakan sibuk menulis dan tak punya waktu untuk bersantai. 

"Akhir-akhir ini anak-anak minta di temenin. Mereka manja banget," ucap Ayu asal yang membuat Ninik percaya. 

Setelah Ninik pulang, Ayu kembali ke kamar. Lalu memasukkan bukunya ke dalam tas. 

"Aku berangkat sekolah dulu ya, Ma." Hanan yang sudah rapi itu bersalaman dengan Ayu. Kemudian, mencium kening kedua adiknya bergantian.

"Iya, Sayang. Hati-hati di jalan. Jangan ngebut, lihat kiri kanan kalau mau menyebrang jalan. Jangan bertengkar, mama gak suka." Ayu mengantar Hanan ke depan, melihat bocah itu mengayun sepedanya menuju jalan raya. 

Mama akan membayar setiap tetes keringatmu, Nak. Semoga kelak kamu menjadi orang yang sukses. 

Mengusap air matanya yang tak sengaja lolos membasahi pipinya. 

Ayu masuk ke dalam. Mengganti baju Alifa dan Adiba. Hari ini ia akan datang ke penerbit setelah tadi mendapatkan alamatnya. Meskipun belum yakin akan berhasil, setidaknya berusaha. 

Ayu turun di depan sebuah gedung yang lumayan besar. Ia memastikan alamatnya lagi sebelum masuk ke dalam. 

"Benar, ternyata ini alamatnya." 

Mengayun kakinya dengan ragu. Melihat beberapa orang yang berlalu lalang membuatnya insecure. 

Harus mulai dari mana, Ayu bingung, dan akhirnya nekad untuk masuk. 

"Ada yang bisa saya bantu, Bu?" Seorang wanita yang berkutat dengan layar laptop itu bertanya tanpa menghentikan jarinya yang terus menari diatas keyboard. 

Ayu mengetuk-ngetukkan jarinya di meja. Suaranya tercekat di kerongkongan, seolah ragu untuk mengatakan tujuannya. 

"Saya cuma mau tanya, apa saja syarat menerbitkan buku?" 

Wanita itu tersenyum tipis. 

"Salah satunya, Anda harus mempunyai naskah yang sudah lulus seleksi. Alangkah baiknya sudah memiliki viewers yang banyak, atau paling gak, buku yang akan dicetak itu disukai pembaca. Terlebih kalau sudah terbit di salah satu platform, itu akan lebih memudahkan Anda. Pokoknya yang disukai pasaran."

Huh 

Ayu menghela napas panjang. Ternyata tidak seperti ekspektasinya, yang ketika datang langsung dicetak seperti keinginan, namun semua butuh proses yang lumayan rumit. 

"Apa, Anda penulis?" 

Wanita itu menatap Ayu dengan lekat. 

Ayu menggeleng. 

"Tapi saya punya naskah yang akan saya cetak." 

Mengambil tiga buku dari tasnya lalu meletakkan di atas meja. 

Wanita itu memeriksa tulisan Ayu, sesekali melirik Alifa dan Adiba yang nampak anteng. 

Membaca blurb yang ada bagian depan. Meskipun bukan seorang penulis, ternyata tulisan Ayu sudah lumayan rapi. 

"Sekarang kebanyakan penulis itu mendaftar lewat platform, Bu. Mereka memperkenalkan karyanya dari aplikasi baca online, jika ibu berkenan bisa menulis di aplikasi dulu."

Ayu tersenyum. Sedikitpun ia tak mempunyai pengalaman untuk itu.

"Tapi kalau Ibu memaksa, kami juga bisa langsung mencetak. Di sini harus membayar uang muka dan paling sedikit harus mencetak lima puluh eksemplar. Jika setuju, nanti saya akan laporkan pada atasan. Itupun harus melalui beberapa tahap seleksi."

Ayu tak bisa menjawab apa-apa. Ia hanya bisa menghitung biaya yang ditawarkan wanita itu. 

Jika per buku empat puluh ribu, maka kali lima puluh menjadi empat juta. Sedangkan uangnya saat ini sudah semakin menipis. 

"Bagaimana, Bu? Apa Anda tertarik?" tanya pelayan itu. 

Terpaksa Ayu mengurungkan niatnya. Ia mengambil buku nya lagi dan berharap suatu saat bisa kembali. 

"Maaf ya, Bu. Saran saya ibu menulis di aplikasi, hanya modal kuota." 

"Apa Mbak tahu aplikasi yang paling mudah untuk menuangkan ide?" tanya Ayu. 

"Semuanya mudah, Bu. Yang penting ibu mempunyai cerita menarik dan bisa menulis sesuai standar platform, maka akan diterima. Untuk peraturannya, nanti ibu bisa lihat sebelum menulis. Karena, setahu saya setiap platform itu punya kebijakan masing-masing."

Ayu mengucapkan terima kasih. Ia memasukkan bukunya lagi kemudian pergi meninggalkan tempat itu. 

Ya Allah, permudahkanlah urusanku.

Tak mengenal lelah, sambil menggendong Adiba dan menggandeng tangan mungil Alifa Ayu meneysuri ruas jalan untuk mencari angkot.

"Kayaknya perempuan itu yang kemarin makan di restoran dengan Calvin." Seorang wanita dari dalam mobil menunjuk ke arah Ayu yang duduk di pangkalan ojek.

"Kamu yakin?" tanya yang lainnya.

Wanita itu mengangguk lalu mengambil gambar Ayu secara diam-diam.

Terpopuler

Comments

Isabela Devi

Isabela Devi

kamu pasti berhasil Ayu, tetep langkah trus kedepan

2024-04-20

0

Neulis Saja

Neulis Saja

ayu, never give up! keep up spirit and keep working 💪

2024-02-19

1

Truely Jm Manoppo

Truely Jm Manoppo

Perjuangan seorang ibu ... 😢😢😢😢

2024-01-23

0

lihat semua
Episodes
1 Perdebatan
2 Single Mom
3 Pergi
4 Kehidupan baru
5 Keberanian Ayu
6 Hanan sakit
7 Jalan-jalan
8 Menulis
9 Belum berhasil
10 Salah paham
11 Gagal
12 Ponsel baru
13 Tegas
14 Lembur
15 Ulang tahun Hanan
16 Musibah lagi
17 Penolakan Ikram
18 Pusat perhatian
19 Bab 19. Datang ke pernikahan
20 Percaya diri
21 Berubah
22 Bohong
23 Minta sekolah
24 Fitnah
25 Benci
26 Kesempatan
27 Kemarahan Harini
28 Ke rumah Ayu
29 Mengembalikan
30 Rencana Rani
31 Misi Harini
32 Julid
33 Salah paham
34 Mengintai
35 PDKT
36 Menolak
37 Hadiah dari Angga
38 Awal perjuangan
39 Bujukan Angga
40 Mempermalukan Ikram
41 Panggilan Papa
42 Melamar
43 Tidak setuju
44 Sandiwara
45 Ketahuan
46 Datang ke kantor
47 Penjelasan Angga
48 Mencari pilihan
49 Panik
50 Memperkenalkan diri
51 Mendekatkan
52 Cemburu
53 Kekesalan Angga
54 Datang ke rumah
55 Pendekatan
56 Kekecewaan Ikram
57 Tragedi
58 Rumah sakit
59 Amnesia
60 Uang tahun Adiba
61 Hadiah dari Angga
62 Menjenguk
63 Curiga
64 Pendapat Om Surya
65 Tumbang
66 Sikap Rani
67 Marah
68 Berubah
69 Cemburu berat
70 Masakan khas
71 Janji
72 Terlambat
73 Nonton ala Angga
74 Rencana
75 Terbongkar
76 Menegaskan
77 Saudara
78 Berkunjung
79 Kejutan baru
80 Tawaran
81 Bimbang
82 Niat pergi
83 Berpisah
84 Penjelasan Irma
85 Ruko untuk Ayu
86 Hari pertama
87 Layyana Shop
88 Wejangan untuk Ikram
89 Lima tahun kemudian
90 Menginap
91 Kejutan
92 Rencana menikah
93 Pertemuan di kantor
94 Masa depan
95 Pujian untuk Ayu
96 Hari pernikahan
97 Kecelakaan
98 Sadar
99 Menjelaskan
100 Tak akan goyah
101 Orang suruhan
102 Detik-detik
103 Mengenang masa lalu
104 Sah
105 Pertama kali
106 Setengah
107 Pesta terakhir
108 Malam pertama
109 Hari pertama
110 Semakin akrab
111 Semakin cantik
112 Jalan keluar
113 Mengungkap perasaan
114 Berakhir ranjang
115 Resah
116 Kepergok
117 Bukti, bukan janji
118 Putus
119 Mantan
120 Diam nya Ayu
121 Akur
122 Sedikit aneh
123 Kemungkinan
124 Positif
125 Pertemuan orang tua
126 Berubah fikiran
127 Menerima dengan lapang
128 Harapan Baru
129 Kembar
130 Bantuan
131 Berkumpul
132 Lamaran
133 Pendarahan
134 Mencari Memet
135 Tertangkap
136 Mengubah nasib
137 Impian yang terwujud
138 Pengumuman
Episodes

Updated 138 Episodes

1
Perdebatan
2
Single Mom
3
Pergi
4
Kehidupan baru
5
Keberanian Ayu
6
Hanan sakit
7
Jalan-jalan
8
Menulis
9
Belum berhasil
10
Salah paham
11
Gagal
12
Ponsel baru
13
Tegas
14
Lembur
15
Ulang tahun Hanan
16
Musibah lagi
17
Penolakan Ikram
18
Pusat perhatian
19
Bab 19. Datang ke pernikahan
20
Percaya diri
21
Berubah
22
Bohong
23
Minta sekolah
24
Fitnah
25
Benci
26
Kesempatan
27
Kemarahan Harini
28
Ke rumah Ayu
29
Mengembalikan
30
Rencana Rani
31
Misi Harini
32
Julid
33
Salah paham
34
Mengintai
35
PDKT
36
Menolak
37
Hadiah dari Angga
38
Awal perjuangan
39
Bujukan Angga
40
Mempermalukan Ikram
41
Panggilan Papa
42
Melamar
43
Tidak setuju
44
Sandiwara
45
Ketahuan
46
Datang ke kantor
47
Penjelasan Angga
48
Mencari pilihan
49
Panik
50
Memperkenalkan diri
51
Mendekatkan
52
Cemburu
53
Kekesalan Angga
54
Datang ke rumah
55
Pendekatan
56
Kekecewaan Ikram
57
Tragedi
58
Rumah sakit
59
Amnesia
60
Uang tahun Adiba
61
Hadiah dari Angga
62
Menjenguk
63
Curiga
64
Pendapat Om Surya
65
Tumbang
66
Sikap Rani
67
Marah
68
Berubah
69
Cemburu berat
70
Masakan khas
71
Janji
72
Terlambat
73
Nonton ala Angga
74
Rencana
75
Terbongkar
76
Menegaskan
77
Saudara
78
Berkunjung
79
Kejutan baru
80
Tawaran
81
Bimbang
82
Niat pergi
83
Berpisah
84
Penjelasan Irma
85
Ruko untuk Ayu
86
Hari pertama
87
Layyana Shop
88
Wejangan untuk Ikram
89
Lima tahun kemudian
90
Menginap
91
Kejutan
92
Rencana menikah
93
Pertemuan di kantor
94
Masa depan
95
Pujian untuk Ayu
96
Hari pernikahan
97
Kecelakaan
98
Sadar
99
Menjelaskan
100
Tak akan goyah
101
Orang suruhan
102
Detik-detik
103
Mengenang masa lalu
104
Sah
105
Pertama kali
106
Setengah
107
Pesta terakhir
108
Malam pertama
109
Hari pertama
110
Semakin akrab
111
Semakin cantik
112
Jalan keluar
113
Mengungkap perasaan
114
Berakhir ranjang
115
Resah
116
Kepergok
117
Bukti, bukan janji
118
Putus
119
Mantan
120
Diam nya Ayu
121
Akur
122
Sedikit aneh
123
Kemungkinan
124
Positif
125
Pertemuan orang tua
126
Berubah fikiran
127
Menerima dengan lapang
128
Harapan Baru
129
Kembar
130
Bantuan
131
Berkumpul
132
Lamaran
133
Pendarahan
134
Mencari Memet
135
Tertangkap
136
Mengubah nasib
137
Impian yang terwujud
138
Pengumuman

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!