Hanan sakit

Sikap Ayu memang sudah benar menurut orang-orang yang menyaksikan perdebatan itu, tapi tidak di mata Ikram. Pria itu justru menyalahkannya karena sudah berani memutar balikkan fakta. 

"Aku sudah memberimu dua pilihan." Ikram menarik tangan Rani ke belakang, melindungi dari tatapan sinis mata mereka yang memandangnya sebelah mata karena disebut pelakor. 

"Tapi malah memilih pergi dan membawa anak-anak, bukankah itu tandanya kamu sudah siap lepas dariku?" Ikram menyudutkan. Seolah-olah semua itu salah Ayu. 

Ayu mundur dan berdiri sedikit jauh dari Ikram. Dari lubuk hati terdalam ingin segera pergi dari tempat itu, namun ucapan Ikram tak bisa dibiarkan begitu saja. 

"Aku memang sudah siap berpisah darimu, karena aku tidak mau diduakan. Jadi jangan khawatir, karena aku tidak akan merusak hubunganmu dengan perempuan murahan itu," bantah Ayu tanpa rasa takut sedikitpun. 

Kedua tangan Ikram mengepal sempurna, ia geram mendengar ucapan Ayu yang menyebut Rani wanita murahan. Akan tetapi, ia tak bisa berbuat apa-apa mengingat itu adalah tempat umum. 

Ayu pergi dari tempat itu, puas sudah mempermalukan Rani di depan banyak orang. 

Baru saja tiba di pangkalan angkutan umum, ponsel yang ada di tas nya berdering. Ternyata itu telepon dari Ninik yang menyuruhnya cepat pulang. 

"Memangnya ada apa, Bu?" tanya Ayu cemas saat mendengar suara panik tetangganya itu. 

"Badan Hanan demam, aku takut." 

Ayu memutus hubungannya setelah mengucapkan salam. Bergegas naik ojek yang kebetulan berhenti di depannya. 

Ayu berlari kecil masuk ke dalam rumah. Sepanjang perjalanan tidak ada yang ia pikirkan selain Hanan. Harta yang paling berharga dalam hidupnya saat ini. 

Tempat yang ia tuju pertama kali adalah kamar sang putra. Ayu menurunkan Adiba dan menghampiri Hanan yang terbaring lemah di atas ranjang. Mendekapnya dan memastikan. 

"Sejak kapan dia panas, Bu?" tanya Ayu pada Ninik yang masih setia menjaga kedua anaknya. 

"Aku juga gak tahu, Bu. Tapi pas masuk, Hanan sudah menggigil," terang Ninik menjelaskan dengan jujur. Wanita itu tak hanya menemani, namun juga membantu Alifa makan. 

Ayu merasa bersalah karena sudah membawa mereka di tempat yang jauh dari kata layak, namun ia juga tak bisa menarik ucapannya lagi. Tidak ingin Ikram menjatuhkan harga diri yang sudah di bangunnya dengan kokoh. 

Tidak ada jalan lain selain membawa Hanan ke rumah sakit. Ayu tidak ingin terjadi sesuatu yang buruk pada putranya.. 

"Hanan bisa jalan, kan?" tanya Ayu membantu Hanan duduk. 

"Bisa, Ma," jawab Hanan pelan sambil memakai sandalnya. 

"Perlu bantuan, Bu?" tahlnya Ninik mengikuti langkah Ayu menuju depan.

Ayu tersenyum dan mengucapkan terima kasih. Ia tidak ingin merepotkan orang lain terus-menerus. Bagaimanapun juga harus berdiri sendiri.

Kembali menggendong Adiba di bagian dada, sedangkan tangan kiri dan kanan menuntun Alifa dan Hanan. 

Tidak mudah untuk tiba di rumah sakit, Ayu berjalan hingga ke ujung jalan untuk mendapatkan kendaraan, namun ia tak mengenal kata lelah demi sang buah hati. 

"Apa dokter Ferdy ada di tempat?" tanya Ayu pada resepsionis yang bertugas. 

"Maaf, Bu. Hari ini dokter Ferdy tidak praktek, tapi ada dokter pengganti, silahkan Anda ke ruangan." 

Siapapun itu Ayu tidak peduli, yang penting putranya bisa sembuh seperti semula. Ia berjalan menyusuri lorong rumah sakit tanpa melepaskan tangan mungil Hanan dan Alifa. 

Meskipun menjadi pusat perhatian banyak orang yang melintas, tak menyurutkan langkah lebar Ayu. 

"Permisi, Dok," sapa Ayu sembari  mengetuk pintu yang sedikit terbuka. 

Terdengar sahutan suara wanita dari dalam.

Ayu langsung membuka pintu lebar-lebar. Matanya terbelalak saat melihat dokter cantik yang sibuk dengan buku di depannya.  

"Himma!" seru Ayu tanpa ragu. 

Seketika wanita  yang berjas putih itu menatap ke arah sumber suara. 

Sama seperti Ayu, wanita itu pun terkejut melihat sahabatnya yang terlihat kerepotan dengan anak-anaknya. 

Mereka berpelukan, meskipun terhalang Adiba yang ada di gendongan, tetap saja bisa mengurai rasa rindu setelah bertahun-tahun tak bertemu. Saling menanyakan kabar dan berbincang sejenak sebelum membahas pokok permasalahan. 

"Kamu mau apa ke sini?" tanya Himma menatap ketiga anak Ayu bergantian. 

"Mau memeriksakan Hanan, badannya demam." Menunjuk Hanan yang  berdiri di depannya. 

Himma manggut-manggut mengerti. Menuntun Hanan menuju brankar. 

"Anak ganteng, bu dokter periksa dulu ya." Membaringkan tubuh Hanan kemudian mengambil stetoskop. 

Ayu menunggu sedikit ke belakang. Mencoba mengusir rasa cemas nya. 

"Anak kamu harus dirawat di sini dulu, Yu. Demamnya terlalu tinggi." Tanpa persetujuan dari Ayu, Himma memanggil suster, meminta mereka untuk menyiapkan kamar. 

"Tapi, Him __" Ayu menghentikan ucapannya saat Himma mengangkat tangan. Itu artinya ia tak bisa memilih. Terpaksa menyetujui perintah wanita itu walaupun berat. 

Ayu duduk di samping brankar. Membiarkan Alifa main, sedangkan Adiba tetap berada di pangkuannya. 

Untuk saat ini ia tak memikirkan apapun selain kesembuhan Hanan. 

"Cepat sembuh ya, Nak." Mama janji, setelah ini akan bekerja keras untuk kamu dan adik-adik." Menggenggam tangan Hanan yang terasa dingin. 

Tak sengaja Himma yang berada di balik tirai itu mendengar ucapan Ayu yang terdengar memilukan.

"Kenapa Ayu bicara seperti itu? Memangnya kenapa Suaminya? Himma hanya bisa bertanya dalam hati. 

Yang Himma tahu, dulu Ayu menikah dengan orang kaya, tapi dari nada bicaranya, sepertinya wanita itu mengalami kesusahan. 

Ehem

Himma berdehem lalu menghampiri Ayu. Memeluk Alifa yang sibuk dengan mainannya. 

"Memangnya suami mu di mana, Yu?" tanya Himma ragu. Sebab, itu sudah tahap masalah pribadi dan tidak sembarang orang wajib tahu. 

Ayu terdiam, bibirnya kelu untuk mengungkap semuanya, namun ia tak bisa memendam itu sendiri. Cepat atau lambat semua akan tahu bahwa ia bukan lagi istrinya Ikram. 

"Aku dan mas Ikram bercerai," ucap Ayu dengan lugas. 

"Maaf, Yu. Bukan maksudku __" 

Ayu meraih tangan Himma. "Tidak apa-apa. Lagipula aku tidak menyesal karena sudah bercerai darinya." Memasang wajah tegar, menyembunyikan kesedihan yang masih memenuhi dadanya. 

"Tapi, bukankah anak-anak masih kewajibannya, seharusnya dia bertanggung jawab dong." Himma tak terima, meskipun ia belum tahu akar permasalahannya, tetap saja menyalahkan Ikram. 

Ayu menggeleng. Ia tidak ingin lagi meminta belas kasihan dari Ikram. Tekadnya sudah bulat dan tidak akan tergoyahkan. 

"Biarkan dia bahagia dengan wanita pilihannya. Aku tidak peduli. Yang penting saat ini aku akan fokus mencari kerja untuk anak-anak." Mengusap wajah Hanan.

Sebagai seorang sahabat, Himma hanya bisa memberi semangat dan mendukung Ayu agar tetap kuat menjalani hidupnya.

"Untuk biaya rumah sakit, biar nanti aku yang tanggung," ujar Himma.

Namun, Ayu tidak ingin dikasihani. Ia akan tetap mengembalikan uang Himma setelah mendapat pekerjaan.

Minta dukungannya untuk bu Ayu ya!

Like

Komen

Vote

Terpopuler

Comments

Umi Shochifah

Umi Shochifah

kasihan tapi aq salut sama bu ayu ...dia wanita yg tegar dan kuat ...

2024-04-20

0

Isabela Devi

Isabela Devi

kamu pasti bisa ayu

2024-04-20

0

Siti Nadiyah

Siti Nadiyah

d tunggu penyesalan mu ikram

2024-04-06

0

lihat semua
Episodes
1 Perdebatan
2 Single Mom
3 Pergi
4 Kehidupan baru
5 Keberanian Ayu
6 Hanan sakit
7 Jalan-jalan
8 Menulis
9 Belum berhasil
10 Salah paham
11 Gagal
12 Ponsel baru
13 Tegas
14 Lembur
15 Ulang tahun Hanan
16 Musibah lagi
17 Penolakan Ikram
18 Pusat perhatian
19 Bab 19. Datang ke pernikahan
20 Percaya diri
21 Berubah
22 Bohong
23 Minta sekolah
24 Fitnah
25 Benci
26 Kesempatan
27 Kemarahan Harini
28 Ke rumah Ayu
29 Mengembalikan
30 Rencana Rani
31 Misi Harini
32 Julid
33 Salah paham
34 Mengintai
35 PDKT
36 Menolak
37 Hadiah dari Angga
38 Awal perjuangan
39 Bujukan Angga
40 Mempermalukan Ikram
41 Panggilan Papa
42 Melamar
43 Tidak setuju
44 Sandiwara
45 Ketahuan
46 Datang ke kantor
47 Penjelasan Angga
48 Mencari pilihan
49 Panik
50 Memperkenalkan diri
51 Mendekatkan
52 Cemburu
53 Kekesalan Angga
54 Datang ke rumah
55 Pendekatan
56 Kekecewaan Ikram
57 Tragedi
58 Rumah sakit
59 Amnesia
60 Uang tahun Adiba
61 Hadiah dari Angga
62 Menjenguk
63 Curiga
64 Pendapat Om Surya
65 Tumbang
66 Sikap Rani
67 Marah
68 Berubah
69 Cemburu berat
70 Masakan khas
71 Janji
72 Terlambat
73 Nonton ala Angga
74 Rencana
75 Terbongkar
76 Menegaskan
77 Saudara
78 Berkunjung
79 Kejutan baru
80 Tawaran
81 Bimbang
82 Niat pergi
83 Berpisah
84 Penjelasan Irma
85 Ruko untuk Ayu
86 Hari pertama
87 Layyana Shop
88 Wejangan untuk Ikram
89 Lima tahun kemudian
90 Menginap
91 Kejutan
92 Rencana menikah
93 Pertemuan di kantor
94 Masa depan
95 Pujian untuk Ayu
96 Hari pernikahan
97 Kecelakaan
98 Sadar
99 Menjelaskan
100 Tak akan goyah
101 Orang suruhan
102 Detik-detik
103 Mengenang masa lalu
104 Sah
105 Pertama kali
106 Setengah
107 Pesta terakhir
108 Malam pertama
109 Hari pertama
110 Semakin akrab
111 Semakin cantik
112 Jalan keluar
113 Mengungkap perasaan
114 Berakhir ranjang
115 Resah
116 Kepergok
117 Bukti, bukan janji
118 Putus
119 Mantan
120 Diam nya Ayu
121 Akur
122 Sedikit aneh
123 Kemungkinan
124 Positif
125 Pertemuan orang tua
126 Berubah fikiran
127 Menerima dengan lapang
128 Harapan Baru
129 Kembar
130 Bantuan
131 Berkumpul
132 Lamaran
133 Pendarahan
134 Mencari Memet
135 Tertangkap
136 Mengubah nasib
137 Impian yang terwujud
138 Pengumuman
Episodes

Updated 138 Episodes

1
Perdebatan
2
Single Mom
3
Pergi
4
Kehidupan baru
5
Keberanian Ayu
6
Hanan sakit
7
Jalan-jalan
8
Menulis
9
Belum berhasil
10
Salah paham
11
Gagal
12
Ponsel baru
13
Tegas
14
Lembur
15
Ulang tahun Hanan
16
Musibah lagi
17
Penolakan Ikram
18
Pusat perhatian
19
Bab 19. Datang ke pernikahan
20
Percaya diri
21
Berubah
22
Bohong
23
Minta sekolah
24
Fitnah
25
Benci
26
Kesempatan
27
Kemarahan Harini
28
Ke rumah Ayu
29
Mengembalikan
30
Rencana Rani
31
Misi Harini
32
Julid
33
Salah paham
34
Mengintai
35
PDKT
36
Menolak
37
Hadiah dari Angga
38
Awal perjuangan
39
Bujukan Angga
40
Mempermalukan Ikram
41
Panggilan Papa
42
Melamar
43
Tidak setuju
44
Sandiwara
45
Ketahuan
46
Datang ke kantor
47
Penjelasan Angga
48
Mencari pilihan
49
Panik
50
Memperkenalkan diri
51
Mendekatkan
52
Cemburu
53
Kekesalan Angga
54
Datang ke rumah
55
Pendekatan
56
Kekecewaan Ikram
57
Tragedi
58
Rumah sakit
59
Amnesia
60
Uang tahun Adiba
61
Hadiah dari Angga
62
Menjenguk
63
Curiga
64
Pendapat Om Surya
65
Tumbang
66
Sikap Rani
67
Marah
68
Berubah
69
Cemburu berat
70
Masakan khas
71
Janji
72
Terlambat
73
Nonton ala Angga
74
Rencana
75
Terbongkar
76
Menegaskan
77
Saudara
78
Berkunjung
79
Kejutan baru
80
Tawaran
81
Bimbang
82
Niat pergi
83
Berpisah
84
Penjelasan Irma
85
Ruko untuk Ayu
86
Hari pertama
87
Layyana Shop
88
Wejangan untuk Ikram
89
Lima tahun kemudian
90
Menginap
91
Kejutan
92
Rencana menikah
93
Pertemuan di kantor
94
Masa depan
95
Pujian untuk Ayu
96
Hari pernikahan
97
Kecelakaan
98
Sadar
99
Menjelaskan
100
Tak akan goyah
101
Orang suruhan
102
Detik-detik
103
Mengenang masa lalu
104
Sah
105
Pertama kali
106
Setengah
107
Pesta terakhir
108
Malam pertama
109
Hari pertama
110
Semakin akrab
111
Semakin cantik
112
Jalan keluar
113
Mengungkap perasaan
114
Berakhir ranjang
115
Resah
116
Kepergok
117
Bukti, bukan janji
118
Putus
119
Mantan
120
Diam nya Ayu
121
Akur
122
Sedikit aneh
123
Kemungkinan
124
Positif
125
Pertemuan orang tua
126
Berubah fikiran
127
Menerima dengan lapang
128
Harapan Baru
129
Kembar
130
Bantuan
131
Berkumpul
132
Lamaran
133
Pendarahan
134
Mencari Memet
135
Tertangkap
136
Mengubah nasib
137
Impian yang terwujud
138
Pengumuman

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!