Bab 19. Datang ke pernikahan

Sudah hampir sepuluh menit Ayu berdiri di tepi jalan. Mengabaikan Hanan yang dari tadi bertanya-tanya tentang tujuan mereka. Kakinya terasa berat untuk melangkah, namun hatinya terus mendorong untuk melakukan itu. 

"Panas, Ma," keluh Hanan sambil mengusap keringat di dahinya. Pemandangan kendaraan yang berlalu lalang pun membuat ketiga bocah itu tak nyaman. Terlebih, panasnya terik seakan membakar kulit. 

"Maafkan mama, Nak." Ayu meraih tangan Hanan dan Alifa. Kemudian berjalan ke arah butik yang dari tadi menjadi tempat tujuannya. 

Ia sedikit ragu, tapi tak ada jalan lain selain meminta bantuan sang sahabat. 

Ayu menghentikan langkahnya lagi. Mengetik sesuatu dari layar ponselnya. Memastikan bahwa Lula sudah ada di dalam. Tak ingin pegawai nya salah paham dengan kedatangannya. 

"Kamu di mana?" jawab Lula lewat pesan teks. 

Ayu memberitahu pada Lula tentang posisinya saat ini yang ada di dekat parkiran. 

"Baiklah, aku keluar sekarang."

Lula meninggalkan pekerjaannya demi menyambut sang sahabat yang saat ini ada di depan dan tak berani masuk. 

"Ayu…" teriak Lula sambil berjalan menghampiri Ayu. 

Keduanya saling melempar senyum dan memeluk. Menanyakan kabar masing-masing. 

"Alhamdulillah aku baik baik saja," ucap Ayu diiringi dengan senyuman. Meskipun keadaannya jelas berbeda,  tetap mensyukuri apa yang terjadi padanya. 

"Masuk yuk! Aku sudah siapkan baju untuk kamu." Lula menggendong Alifa dan menuntun Hanan, sedangkan Ayu mengikutinya dari belakang. 

Hari ini adalah pernikahan Ikram dan Rani, dan Ayu akan datang ke pernikahan sang mantan seperti janjinya. 

"Aku gak tahu kalau kamu dan Ikram bercerai," ungkap Lula merasa bersalah. 

Menurunkan Alifa dan memberikan mainan pada bocah tersebut. Juga mainan anak laki-laki yang sengaja disiapkan untuk Hanan. 

"Gak papa, lagipula kamu juga gak menyesal berpisah dari mas Ikram. Lebih baik aku hidup seperti ini daripada diduakan." Ayu mengabsen beberapa tamu yang sibuk memilih baju.

Sedikitpun tak merasa sedih dengan nasibnya, justru Ayu tak bisa membayangkan jika ia menyetujui untuk dimadu, pasti hatinya akan tersiksa. 

Lula memanggil salah satu pelayan yang melintas. 

"Ambilkan baju yang warna peach." Menunjuk ke arah ruangannya. 

Wanita itu mengangguk dan berlalu menuju ruangan sang bos. Tak lama kemudian wanita yang memakai seragam butik itu keluar dan membawa sebuah gaun mewah di tangannya. 

Ayu tersenyum dan menggeleng. Heran dengan gaun yang ditunjukkan padanya. 

"Kamu menyuruhku memakai baju itu?" Menyungutkan kepalanya ke arah gaun yang digantung tak jauh darinya. 

Lula mengangkat kedua bahu. "Memang nya kenapa?" Beranjak dan mengambil baju yang sudah ia persiapkan sejak semalam. 

"Baju ini limited edition, dan belum pernah ada yang memakainya, hanya orang-orang terpilih yang bisa memakai ini."

Tanpa diberi tahu juga sudah tahu. Terlihat dari bahan dan berbagai aksesoris yang melekat, baju itu pasti sangat mahal dan berkelas. Namun, masalahnya saat ini ia tak punya uang untuk menyewa baju semahal itu. 

"Aku sudah tua, Lul. Anakku tiga, gak mungkin aku pakai baju itu." Ayu mencari alasan yang tepat dan tak ingin terlihat terlalu glamour.

Lula berdecak kesal. Memaksa Ayu untuk segera memakainya. 

"Hanan, Alifa dan Adiba, hari ini kalian main sama tante ya? Mama mau kerja," tawar Lula pada ketiga anak Ayu. 

Mereka saling pandang lalu mengangguk-angguk tanda setuju. Mendengar kata kerja sudah membuat mereka paham. 

Bukan tak ingin mengajak mereka. Ayu hanya menghindari masalah yang terjadi, takut kehadiran anak-anaknya justru akan memperkeruh suasana pesta pernikahan Ikram.

Ayu bergegas ganti baju. Ia mengalah dan memakai baju pilihan Lula. Meskipun terlihat sangat mewah dan mencolok, tak apa yang penting ia bisa tampil memukau di antara tamu yang lainnya. 

Ayu menatap penampilannya dari layar cermin. Ternyata baju itu pas di tubuhnya, bahkan membuatnya terlihat mempesona meskipun belum memakai make up. 

Ayu keluar dari ruang ganti dan beralih menuju ruang make up.

"Jangan menor-menor ya, Mbak!" pinta Ayu pada wanita yang sudah siap merombak wajahnya. 

Wanita itu mengangkat kedua jempolnya lalu mempersilahkan Ayu duduk. 

Ayu tak mengucap apapun. Ia hanya bisa menikmati hasil karya jemari seorang MUA yang masih sibuk merias wajahnya. Sesekali mengusap dadanya yang mulai bergemuruh. 

Kenapa aku deg degan seperti ini?

Ayu sedikit grogi. Bukan karena Ikram atau Rani, namun ia akan tampil di depan banyak orang dengan penampilan barunya. 

Aku harus relax dan tidak boleh panik. Kamu pasti hisa, Yu.

Menyemangati diri sendiri. Mengusir kegugupan yang melanda. Bagaimanapun juga ia tak boleh terlihat memalukan di depan umum. 

"Sudah selesai, Bu. Kalau Anda kurang puas katakan saja." MUA merapikan alat-alat kecantikan di dalam tas. Memeriksa wajah Ayu, memastikan supaya tidak ada kekurangan sedikitpun. 

"Bu Lula gak salah pilih. Anda cantik sekali," puji wanita yang membantunya berdandan. Mengagumi kecantikan Ayu yang luar biasa. 

"Jangan bercanda, Mbak." Ayu tersipu malu. Meraih tasnya lalu memakai high heels. 

Wanita itu menggeleng. "Aku gak bercanda, Bu. Anda memang cantik dan aku yakin pengantinnya akan kalah. Pasti kali ini suami Anda tak bisa berkutik lagi."

Ayu menghampiri Lula yang sibuk bermain dengan anak-anaknya. 

Seperti beberapa pegawai yang nampak terpaku melihat penampilan Ayu. Lula pun terdiam, menatap Ayu dari atas hingga bawah. Ia pun tak bisa berkata apa-apa selain kata cantik. 

"Jangan memujiku, Lul. Aku gak suka," sergah Ayu sebelum Lula membuka suara.

"Aku yakin Ikram akan jatuh cinta lagi padamu, Yu." 

Seketika Ayu tersedak air yang hampir masuk ke kerongkongannya. Ingin tertawa namun ia tahan, takut menjadi pusat perhatian pengunjung. 

Seandainya itu benar adanya, Ayu sudah tak ada rasa lagi dengan pria itu. Kini hidupnya tidak akan menghadirkan sosok pria dan sudah siap menjadi pejuang untuk ketiga anaknya. 

"Coba putar dulu." Lula memeriksa bagian belakang dan merapikan bagian bawah.  

Lula tak hanya meminjamkan baju untuk Ayu, ia juga meminjamkan mobil dan sopir pada wanita tersebut. Sebagai sahabat yang saat ini berada di awan, tak ada salahnya untuk membantu yang di bawah. Seperti yang sering Ayu lakukan dulu saat masih menjadi istri Ikram.

Hampir tiga puluh menit perjalanan, sang sopir menghentikan mobilnya di depan hotel ternama yang ditunjukkan Ayu.

"Nanti kalau Ibu mencari saya telepon saja." Sopir itu berkata sambil membukakan pintu untuk Ayu.

Ayu tersenyum lalu berjalan mengikuti seseorang yang sepertinya juga tamu undangan.

Berhenti sejenak. Melihat beberapa karangan bunga sebagai tanda ucapan untuk sang pengantin. Mengayunkan kakinya lagi hingga tiba di ruangan yang dipenuhi dengan tamu.

Matanya berkeliling mengabsen setiap orang yang berlalu lalang di depannya.

Aku tidak boleh gugup.

Terpopuler

Comments

Isabela Devi

Isabela Devi

kamu pasti cantik bgt Ayu

2024-04-20

0

Kartini Kartini

Kartini Kartini

tidor kasih visual orang nya mau lihat thor biar gk oenasaran

2024-03-05

1

Neulis Saja

Neulis Saja

ayu, have a good fight

2024-02-20

0

lihat semua
Episodes
1 Perdebatan
2 Single Mom
3 Pergi
4 Kehidupan baru
5 Keberanian Ayu
6 Hanan sakit
7 Jalan-jalan
8 Menulis
9 Belum berhasil
10 Salah paham
11 Gagal
12 Ponsel baru
13 Tegas
14 Lembur
15 Ulang tahun Hanan
16 Musibah lagi
17 Penolakan Ikram
18 Pusat perhatian
19 Bab 19. Datang ke pernikahan
20 Percaya diri
21 Berubah
22 Bohong
23 Minta sekolah
24 Fitnah
25 Benci
26 Kesempatan
27 Kemarahan Harini
28 Ke rumah Ayu
29 Mengembalikan
30 Rencana Rani
31 Misi Harini
32 Julid
33 Salah paham
34 Mengintai
35 PDKT
36 Menolak
37 Hadiah dari Angga
38 Awal perjuangan
39 Bujukan Angga
40 Mempermalukan Ikram
41 Panggilan Papa
42 Melamar
43 Tidak setuju
44 Sandiwara
45 Ketahuan
46 Datang ke kantor
47 Penjelasan Angga
48 Mencari pilihan
49 Panik
50 Memperkenalkan diri
51 Mendekatkan
52 Cemburu
53 Kekesalan Angga
54 Datang ke rumah
55 Pendekatan
56 Kekecewaan Ikram
57 Tragedi
58 Rumah sakit
59 Amnesia
60 Uang tahun Adiba
61 Hadiah dari Angga
62 Menjenguk
63 Curiga
64 Pendapat Om Surya
65 Tumbang
66 Sikap Rani
67 Marah
68 Berubah
69 Cemburu berat
70 Masakan khas
71 Janji
72 Terlambat
73 Nonton ala Angga
74 Rencana
75 Terbongkar
76 Menegaskan
77 Saudara
78 Berkunjung
79 Kejutan baru
80 Tawaran
81 Bimbang
82 Niat pergi
83 Berpisah
84 Penjelasan Irma
85 Ruko untuk Ayu
86 Hari pertama
87 Layyana Shop
88 Wejangan untuk Ikram
89 Lima tahun kemudian
90 Menginap
91 Kejutan
92 Rencana menikah
93 Pertemuan di kantor
94 Masa depan
95 Pujian untuk Ayu
96 Hari pernikahan
97 Kecelakaan
98 Sadar
99 Menjelaskan
100 Tak akan goyah
101 Orang suruhan
102 Detik-detik
103 Mengenang masa lalu
104 Sah
105 Pertama kali
106 Setengah
107 Pesta terakhir
108 Malam pertama
109 Hari pertama
110 Semakin akrab
111 Semakin cantik
112 Jalan keluar
113 Mengungkap perasaan
114 Berakhir ranjang
115 Resah
116 Kepergok
117 Bukti, bukan janji
118 Putus
119 Mantan
120 Diam nya Ayu
121 Akur
122 Sedikit aneh
123 Kemungkinan
124 Positif
125 Pertemuan orang tua
126 Berubah fikiran
127 Menerima dengan lapang
128 Harapan Baru
129 Kembar
130 Bantuan
131 Berkumpul
132 Lamaran
133 Pendarahan
134 Mencari Memet
135 Tertangkap
136 Mengubah nasib
137 Impian yang terwujud
138 Pengumuman
Episodes

Updated 138 Episodes

1
Perdebatan
2
Single Mom
3
Pergi
4
Kehidupan baru
5
Keberanian Ayu
6
Hanan sakit
7
Jalan-jalan
8
Menulis
9
Belum berhasil
10
Salah paham
11
Gagal
12
Ponsel baru
13
Tegas
14
Lembur
15
Ulang tahun Hanan
16
Musibah lagi
17
Penolakan Ikram
18
Pusat perhatian
19
Bab 19. Datang ke pernikahan
20
Percaya diri
21
Berubah
22
Bohong
23
Minta sekolah
24
Fitnah
25
Benci
26
Kesempatan
27
Kemarahan Harini
28
Ke rumah Ayu
29
Mengembalikan
30
Rencana Rani
31
Misi Harini
32
Julid
33
Salah paham
34
Mengintai
35
PDKT
36
Menolak
37
Hadiah dari Angga
38
Awal perjuangan
39
Bujukan Angga
40
Mempermalukan Ikram
41
Panggilan Papa
42
Melamar
43
Tidak setuju
44
Sandiwara
45
Ketahuan
46
Datang ke kantor
47
Penjelasan Angga
48
Mencari pilihan
49
Panik
50
Memperkenalkan diri
51
Mendekatkan
52
Cemburu
53
Kekesalan Angga
54
Datang ke rumah
55
Pendekatan
56
Kekecewaan Ikram
57
Tragedi
58
Rumah sakit
59
Amnesia
60
Uang tahun Adiba
61
Hadiah dari Angga
62
Menjenguk
63
Curiga
64
Pendapat Om Surya
65
Tumbang
66
Sikap Rani
67
Marah
68
Berubah
69
Cemburu berat
70
Masakan khas
71
Janji
72
Terlambat
73
Nonton ala Angga
74
Rencana
75
Terbongkar
76
Menegaskan
77
Saudara
78
Berkunjung
79
Kejutan baru
80
Tawaran
81
Bimbang
82
Niat pergi
83
Berpisah
84
Penjelasan Irma
85
Ruko untuk Ayu
86
Hari pertama
87
Layyana Shop
88
Wejangan untuk Ikram
89
Lima tahun kemudian
90
Menginap
91
Kejutan
92
Rencana menikah
93
Pertemuan di kantor
94
Masa depan
95
Pujian untuk Ayu
96
Hari pernikahan
97
Kecelakaan
98
Sadar
99
Menjelaskan
100
Tak akan goyah
101
Orang suruhan
102
Detik-detik
103
Mengenang masa lalu
104
Sah
105
Pertama kali
106
Setengah
107
Pesta terakhir
108
Malam pertama
109
Hari pertama
110
Semakin akrab
111
Semakin cantik
112
Jalan keluar
113
Mengungkap perasaan
114
Berakhir ranjang
115
Resah
116
Kepergok
117
Bukti, bukan janji
118
Putus
119
Mantan
120
Diam nya Ayu
121
Akur
122
Sedikit aneh
123
Kemungkinan
124
Positif
125
Pertemuan orang tua
126
Berubah fikiran
127
Menerima dengan lapang
128
Harapan Baru
129
Kembar
130
Bantuan
131
Berkumpul
132
Lamaran
133
Pendarahan
134
Mencari Memet
135
Tertangkap
136
Mengubah nasib
137
Impian yang terwujud
138
Pengumuman

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!