Ponsel baru

Brakkk

Devi yang baru tiba di rumah membanting  vas bunga  ke lantai hingga pecah. Menatap Calvin dengan tatapan tajam. Seperti orang kesetanan. 

"Kamu kenapa sih?" tanya Calvin antusias. 

Devi tersenyum sinis. "Siapa perempuan yang tadi kamu antar pulang, hah?" pekik Devi yang sudah tersulut emosi. Dadanya menguap bahkan hampir meledak mengingat kedekatan Calvin dan wanita yang dilabrak. 

Calvin mengerutkan alisnya. 

Dari mana Devi tahu, apa dia mengikutiku?

"Dia temanku, memangnya kenapa?" jawab Calvin santai, sedikitpun tak merasa panik. Kembali membaca majalah yang ada di tangannya. 

Devi mengambil ponsel milik Calvin dan memeriksanya. 

"Ternyata namanya Ayu." Melempar ponsel Calvin ke sembarang arah. 

Calvin membisu. Ia enggan menanggapi Devi yang sering marah-marah tak jelas. Sekecil apapun masalah, wanita itu selalu menganggapnya serius. 

"Sejak kapan kamu berhubungan dengan dia?" tanya Devi menekankan. 

Calvin menutup majalah nya dan meletakkan di atas meja. Kemudian berdiri di depan Devi, hingga keduanya bersitatap dengan raut wajah yang berbeda. 

"Ayu temanku sejak SMA. Jadi aku mengenal dia sudah lama. Kamu ini kenapa sih? Tadi kebetulan kita searah jadi aku mengantarnya." Calvin menjelaskan dengan jujur. 

Devi melipat kedua tangannya, masih menatap Calvin dengan tatapan curiga. 

"Tapi kemarin Risty lihat kamu makan di restoran sama dia, apa itu juga hanya kebetulan?"

Calvin memilih pergi, ia tak ingin meladeni Devi yang pasti akan terus mendesaknya, bahkan sering kali menuduh perihal di luar nalar. 

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Ayu membersihkan ponsel nya hingga kering. Meskipun mati, ia berharap benda pipih itu masih bisa dinyalakan seperti semula. Setidaknya, tidak perlu membelinya lagi. 

"Kayaknya gak bisa deh." Ayu putus asa. Sudah hampir dua jam mencoba, namun ponsel itu tidak bereaksi apapun. 

Jam sudah menunjukkan pukul sepuluh malam, namun ayu belum berhasil membenarkan ponselnya. Terpaksa ia meletakkan benda itu dan berbaring di tempat pembaringan. 

Mengambil dompet nya yang ada di laci. Lalu melihat sisa uangnya. 

"Ini cukup sih kalau buat beli hp bekas, tapi bagaimana kalau ada kebutuhan mendadak?"

Berpikir lagi sebelum menggunakan uang itu.

Ayu melihat Alifa dan Adiba yang tenggelam di alam mimpi. Hanya mereka yang mampu membangkitkan hatinya.

Suasana rumah tetap ramai dengan celoteh Adiba dan Alifa. Seharusnya hari ini Ayu berangkat kerja. Namun, karena ponselnya rusak, ia harus membelinya. 

"Alifa di rumah dengan bi Ninik, ya? Mama keluar sebentar," pamit Ayu merapikan hijabnya. 

"Iya, Ma." 

Bocah yang berumur lima tahun itu beranjak dari duduknya dan berlari ke rumah Ninik yang ada di samping tempat tinggalnya. Ketiga anaknya mulai mandiri dan tak ketergantungan lagi.

Ayu datang ke toko ponsel terdekat. Hanya butuh waktu lima belas menit jalan kaki sudah tiba di tempat yang dituju. 

Ayu meletakkan ponselnya di atas etalase. 

"Kenapa hpnya, Bu?" tanya seorang penjaga toko. Dilihat dari penampilannya yang cool sepertinya pria itu belum menikah, bahkan masih ABG. 

"Kena air," jawab Ayu singkat, duduk di kursi yang disediakan. 

Setelah di periksa secara teliti, pria itu menghampiri Ayu. 

"Ini bisa di benerin sih, Bu. Tapi mahal, satu juta lebih," ungkapnya. 

Ayu menarik napas dalam-dalam, lalu menghembuskan nya pelan. Nominal yang cukup tinggi baginya.

"Kira-kira ada hp bekas gak, Mas? Dan itu laku di jual, gak?" 

Pria yang ada di hadapan Ayu manggut-manggut mengerti. "Ini paling laku dua ratus, kalau hp bekas banyak. Tergantung type nya."

Pria itu menunjuk beberapa ponsel dengan tipe dan harga yang berbeda. Dulu, Ayu tidak pernah memikirkan hal seperti itu, karena Ikram selalu  memberikannya, namun sekarang ia harus tahu tentang apapun yang akan dibelinya, bahkan harus paham dengan semuanya. 

"Aku pilih yang ini, Mas." Menunjuk ponsel seharga satu juta. Ia membayar delapan ratus ribu sekaligus ponselnya yang rusak. 

Semoga ini menjadi berkah.

Ayu meninggalkan toko ponsel. Kali ini ia mampir ke warung makan, untuk membeli makanan siap saji. Beberapa hari kurang tidur dan terlalu banyak aktivitas membuat tubuhnya terlalu lelah. 

"Nanti Dek Diba jangan rewel ya. Mama mau kerja," ucap Ayu lembut.

Adiba yang ada di gendongan Ayu hanya mengangguk tanpa suara sambil menikmati cemilan yang ada di tangannya. 

Tanpa disadari seorang pria ber jas hitam menatap setiap pergerakan Ayu. Pria itu tersenyum melihat Ayu yang nampak berbicara dengan putri kecilnya di sepanjang jalan. 

Dari arah belakang, sebuah motor dengan laju kencang membuat pria itu terkejut lalu turun dari mobil. Berlari menghampiri Ayu yang terlihat santai. 

Tanpa aba-aba, pria itu merengkuh Ayu ke tepi hingga terhempas di sebuah pagar.

Ayu kaget saat motor itu hampir menyerempet punggung pria yang masih mendekapnya. Memastikan Adiba baik-baik saja. 

"Lain kali hati-hati, untung saja aku datang tepat waktu. Kalau tidak, pasti kamu dan anakmu sudah celaka," tuturnya. 

Ayu mengangguk mengerti, entah akhir-akhir ini ia memang sering ceroboh. 

"Terima kasih, Tuan. Anda sudah menolong saya." 

Pria itu mengusap pucuk kepala Adiba dengan lembut. Seolah bentuk kasih sayang untuk seorang anak. 

"Namaku Ryan." 

Ayu mengangguk kecil, tanpa menyebut nama ia langsung meninggalkan pria itu, takut kejadian kemarin terulang lagi, dan Ayu sudah malas berurusan dengan orang yang salah paham. 

Ryan menatap punggung Ayu berlalu. 

"Aku tahu kamu mantan istri Ikram," gumamnya. 

Ayu tak mengulur waktu lagi, setibanya di rumah ia langsung bergelut dengan ponsel baru nya. Seperti yang dilakukan kemarin, ia kembali menulis cerita sesuai alur yang terus melintas di otaknya. Sesekali memperhatikan Adiba yang bermain di sampingnya, sedangkan Alifa tidak mau pulang karena bermain dengan Ninik. 

"Dek Diba..." Ayu memanggil putri bungsunya tanpa menatap.

Tidak ada sahutan seperti sebelumnya. Celoteh sang putri pun tak lagi didengar. Hsnys suara mainan yang menyala.

Terpaksa Ayu beranjak dari duduknya lalu keluar. Terenyuh melihat Adiba yang mencoba tertidur tanpa bantuannya.

Perpisahannya dengan Ikram ternyata memberikan perubahan yang sangat besar bagi anak-anaknya. Terutama Adiba.

Pintu terbuka, Alifa masuk menghampirinya.

"Makan, Ma."

Ayu menyungutkan kepalanya ke arah meja makan. Itu saja sudah cukup membuat Alifa paham dan berlari ke sana.

Ayu menyaksikan putri keduanya itu bersusah payah mengambil nasi dan lauk. Lantas, duduk dan mulai menyantapnya.

Ia melanjutkan nulisnya, berharap hari ini menyelesaikan misi dan anak-anak pun tidak merepotkannya.

Di sisi lain

Ikram nampak emosi setelah mendapat laporan dari staf yang mengatakan ada masalah dalam perusahaan. Sekian lama menjadi atasan, ini pertama kalinya ia terlilit hutang yang cukup besar.

"Satu-satunya cara kita harus menjual saham," ucap Ikram mengusap wajahnya kasar.

Terpopuler

Comments

Isabela Devi

Isabela Devi

moga Sadar ikram

2024-04-20

0

Siti Nadiyah

Siti Nadiyah

udh kelihatan hilal karma nya nih

2024-04-06

0

Neulis Saja

Neulis Saja

selamat menikmati hasil dari mendzolimi anak dan mantan istrimu ikram, Allah memberikan masalah tak sebanding dgn yg kau buat utk anak dan mantan istrimu baru sekarang kau merasakan ada masalah besar yah ?

2024-02-19

2

lihat semua
Episodes
1 Perdebatan
2 Single Mom
3 Pergi
4 Kehidupan baru
5 Keberanian Ayu
6 Hanan sakit
7 Jalan-jalan
8 Menulis
9 Belum berhasil
10 Salah paham
11 Gagal
12 Ponsel baru
13 Tegas
14 Lembur
15 Ulang tahun Hanan
16 Musibah lagi
17 Penolakan Ikram
18 Pusat perhatian
19 Bab 19. Datang ke pernikahan
20 Percaya diri
21 Berubah
22 Bohong
23 Minta sekolah
24 Fitnah
25 Benci
26 Kesempatan
27 Kemarahan Harini
28 Ke rumah Ayu
29 Mengembalikan
30 Rencana Rani
31 Misi Harini
32 Julid
33 Salah paham
34 Mengintai
35 PDKT
36 Menolak
37 Hadiah dari Angga
38 Awal perjuangan
39 Bujukan Angga
40 Mempermalukan Ikram
41 Panggilan Papa
42 Melamar
43 Tidak setuju
44 Sandiwara
45 Ketahuan
46 Datang ke kantor
47 Penjelasan Angga
48 Mencari pilihan
49 Panik
50 Memperkenalkan diri
51 Mendekatkan
52 Cemburu
53 Kekesalan Angga
54 Datang ke rumah
55 Pendekatan
56 Kekecewaan Ikram
57 Tragedi
58 Rumah sakit
59 Amnesia
60 Uang tahun Adiba
61 Hadiah dari Angga
62 Menjenguk
63 Curiga
64 Pendapat Om Surya
65 Tumbang
66 Sikap Rani
67 Marah
68 Berubah
69 Cemburu berat
70 Masakan khas
71 Janji
72 Terlambat
73 Nonton ala Angga
74 Rencana
75 Terbongkar
76 Menegaskan
77 Saudara
78 Berkunjung
79 Kejutan baru
80 Tawaran
81 Bimbang
82 Niat pergi
83 Berpisah
84 Penjelasan Irma
85 Ruko untuk Ayu
86 Hari pertama
87 Layyana Shop
88 Wejangan untuk Ikram
89 Lima tahun kemudian
90 Menginap
91 Kejutan
92 Rencana menikah
93 Pertemuan di kantor
94 Masa depan
95 Pujian untuk Ayu
96 Hari pernikahan
97 Kecelakaan
98 Sadar
99 Menjelaskan
100 Tak akan goyah
101 Orang suruhan
102 Detik-detik
103 Mengenang masa lalu
104 Sah
105 Pertama kali
106 Setengah
107 Pesta terakhir
108 Malam pertama
109 Hari pertama
110 Semakin akrab
111 Semakin cantik
112 Jalan keluar
113 Mengungkap perasaan
114 Berakhir ranjang
115 Resah
116 Kepergok
117 Bukti, bukan janji
118 Putus
119 Mantan
120 Diam nya Ayu
121 Akur
122 Sedikit aneh
123 Kemungkinan
124 Positif
125 Pertemuan orang tua
126 Berubah fikiran
127 Menerima dengan lapang
128 Harapan Baru
129 Kembar
130 Bantuan
131 Berkumpul
132 Lamaran
133 Pendarahan
134 Mencari Memet
135 Tertangkap
136 Mengubah nasib
137 Impian yang terwujud
138 Pengumuman
Episodes

Updated 138 Episodes

1
Perdebatan
2
Single Mom
3
Pergi
4
Kehidupan baru
5
Keberanian Ayu
6
Hanan sakit
7
Jalan-jalan
8
Menulis
9
Belum berhasil
10
Salah paham
11
Gagal
12
Ponsel baru
13
Tegas
14
Lembur
15
Ulang tahun Hanan
16
Musibah lagi
17
Penolakan Ikram
18
Pusat perhatian
19
Bab 19. Datang ke pernikahan
20
Percaya diri
21
Berubah
22
Bohong
23
Minta sekolah
24
Fitnah
25
Benci
26
Kesempatan
27
Kemarahan Harini
28
Ke rumah Ayu
29
Mengembalikan
30
Rencana Rani
31
Misi Harini
32
Julid
33
Salah paham
34
Mengintai
35
PDKT
36
Menolak
37
Hadiah dari Angga
38
Awal perjuangan
39
Bujukan Angga
40
Mempermalukan Ikram
41
Panggilan Papa
42
Melamar
43
Tidak setuju
44
Sandiwara
45
Ketahuan
46
Datang ke kantor
47
Penjelasan Angga
48
Mencari pilihan
49
Panik
50
Memperkenalkan diri
51
Mendekatkan
52
Cemburu
53
Kekesalan Angga
54
Datang ke rumah
55
Pendekatan
56
Kekecewaan Ikram
57
Tragedi
58
Rumah sakit
59
Amnesia
60
Uang tahun Adiba
61
Hadiah dari Angga
62
Menjenguk
63
Curiga
64
Pendapat Om Surya
65
Tumbang
66
Sikap Rani
67
Marah
68
Berubah
69
Cemburu berat
70
Masakan khas
71
Janji
72
Terlambat
73
Nonton ala Angga
74
Rencana
75
Terbongkar
76
Menegaskan
77
Saudara
78
Berkunjung
79
Kejutan baru
80
Tawaran
81
Bimbang
82
Niat pergi
83
Berpisah
84
Penjelasan Irma
85
Ruko untuk Ayu
86
Hari pertama
87
Layyana Shop
88
Wejangan untuk Ikram
89
Lima tahun kemudian
90
Menginap
91
Kejutan
92
Rencana menikah
93
Pertemuan di kantor
94
Masa depan
95
Pujian untuk Ayu
96
Hari pernikahan
97
Kecelakaan
98
Sadar
99
Menjelaskan
100
Tak akan goyah
101
Orang suruhan
102
Detik-detik
103
Mengenang masa lalu
104
Sah
105
Pertama kali
106
Setengah
107
Pesta terakhir
108
Malam pertama
109
Hari pertama
110
Semakin akrab
111
Semakin cantik
112
Jalan keluar
113
Mengungkap perasaan
114
Berakhir ranjang
115
Resah
116
Kepergok
117
Bukti, bukan janji
118
Putus
119
Mantan
120
Diam nya Ayu
121
Akur
122
Sedikit aneh
123
Kemungkinan
124
Positif
125
Pertemuan orang tua
126
Berubah fikiran
127
Menerima dengan lapang
128
Harapan Baru
129
Kembar
130
Bantuan
131
Berkumpul
132
Lamaran
133
Pendarahan
134
Mencari Memet
135
Tertangkap
136
Mengubah nasib
137
Impian yang terwujud
138
Pengumuman

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!