Musibah lagi

Acara ulang tahun kecil-kecilan itu berjalan lancar. Hanan begitu bahagia mendapat kado dari Ayu dan Ninik. Memang bukan barang yang mahal, akan tetapi sangat berarti baginya. Mensyukuri apa yang diberikan sang mama. 

"Aku boleh main di lapangan ya, Ma?" ucap Hanan dengan mulut yang dipenuhi dengan kue. 

Ayu langsung mengangguk. Ia tahu bahwa lokasi sangat dekat dari tempat nya hingga ia tak khawatir. 

"Jangan nakal, ya. Mama gak suka kalau Hanan membuat masalah dengan teman," tutur Ayu serius. 

Sering kali berpesan untuk melakukan kebaikan sebelum Hanan keluar dari rumah.

Hanan mengangguk mengerti, ia tak mungkin lupa dengan wejangan Ayu. 

Ninik yang mendampingi Alifa dan Adiba iri melihat keluarga kecil Ayu. Meskipun tak memiliki suami, faktanya wanita itu terlihat bahagia. Bahkan, segala masalah yang menerpa tak lagi menjadi rintangan. 

Ayu merapikan meja. Menyimpan beberapa potong kue di lemari pendingin. Lumayan bisa dimakan nanti daripada dibuang, sedangkan Ninik pun tak mau membawanya. 

"Aku pergi ya, Ma." Hanan berteriak sambil menuntun sepeda menuju halaman. 

Belum mendapat jawaban bocah itu sudah mengayuh kuda besinya menuju lapangan terdekat. 

Ninik ikut tersenyum melihat punggung Hanan mulai menjauh. "Dia sudah pintar ya, Yu." Aku yakin nanti dia akan sukses."

Ayu hanya bisa mengamini. Meskipun saat ini belum bisa memastikan, ia tetap berusaha sepenuhnya untuk membuat anak-anaknya menjadi orang yang sukses. Berharap akan ada titik terang secepatnya.

''Bagaimana dengan kabar suami kamu?'' Ninik mengalihkan pembicaraan. 

Ayu menghentikan aktivitasnya. Menatap Ninik dari arah jauh. Dari lubuk hati terdalam tak ingin lagi memikirkan Ikram, dan ingin membuang jauh namanya. Baik dari dirinya maupun anak- anaknya. 

"Sudah lah, Bu. Aku gak peduli dengan urusan dia, karena yang terpenting sekarang adalah anak-anak."

Ayu ke belakang, menghindari pertanyaan dari Ninik. Enggan membahas Ikram yang sekarang sudah melupakan anak-anaknya sendiri. 

Tak berselang lama, terdengar suara tangis dari arah depan. 

Ayu yang sudah selesai itu kembali ke depan. Nampak sepeda milik Hanan terparkir di halaman. Suara tangis itu pun terdengar nyaring dari samping. 

''Sepertinya itu suara Hanan?'' Ninik berdiri dari duduknya mengikuti langkah Ayu yang sudah tiba di belakang pintu. 

Ternyata benar, Hanan menangis sambil duduk merangkul kedua lututnya. Matanya tak teralihkan dari sepeda yang terparkir di dekatnya. 

''Kamu kenapa, sayang?'' Ayu menghampiri dan merengkuh tubuh mungil sang putra. Tak biasanya Hanan menangis sesenggukan, bahkan matanya terlihat memerah dengan hidung yang mulai keluar ingus. 

Tak menjawab, Hanan hanya menunjuk sepedanya. 

Ayu menoleh mengikuti jari Hanan. Matanya fokus pada bagian ban yang nampak baik- baik saja. 

''Kenapa dengan sepedanya, Nak?'' tanya Ayu antusias. 

''Rantainya putus, Ma,'' ucap Hanan tersendat-sendat. Kedua tangannya mengusap air mata yang masih tersisa di pipi. 

Ayu manggut-manggut mengerti.

"Tenang saja, mama akan membawa sepedanya di bengkel.'' Ayu mencium pucuk kepala Hanan, menenangkan bocah itu untuk tidak sedih lagi. 

Ayu menitipkan Alifa dan Adiba pada Ninik. Kemudian, ia menuntun sepeda itu menuju bengkel, sedangkan Hanan mengikuti dari belakang. 

Di sepanjang jalan, banyak pasang mata yang menatapnya dengan tatapan sinis. Namun Ayu tak peduli, dan menganggap mereka itu patung hidup. 

"Kemarin aku juga melihat dia berpelukan dengan laki-laki asing di toko kue. Sepertinya sugar daddy." Salah seorang warga sengaja mengucap dengan lantang saat Ayu melintas. 

"Pasti laki-laki itu adalah teman kencannya," timpal yang lainnya. 

Hanan menarik ujung baju Ayu dari belakang hingga membuat sang empu berhenti lalu menoleh. 

"Ada apa, Nak?" tanya Ayu dengan suara lembut. Meskipun dadanya bergemuruh, ia tetap terlihat santai. Berpura-pura tidak mendengarkan mereka.

"Siapa yang mereka maksud, Ma?" Hanan menunjuk beberapa orang yang memperhatikannya. 

Ayu hanya melirik. Melepaskan satu setirnya dan meraih tangan mungil Hanan. 

"Orang di luaran sana. Hanan gak boleh mendengarkan perkataan orang lain selain mama."

Hanan mengangguk. Jawaban Ayu sudah meyakinkan.

Suasana bengkel sangat ramai, banyak pria duduk di tempat itu. Ada tiga motor yang dioperasi, di antaranya baru dipegang oleh salah satu montir. Terlihat jelas semua orang sibuk dengan tugas masing-masing.

"Permisi, Pak." Ayu memberanikan diri untuk menyapa sang pemilik. Bukan takut, pasalnya ia khawatir akan memakan biaya sangat banyak, sementara saat ini uangnya menipis. 

"Iya, Bu. Ada yang bisa saya bantu?" Pria yang hanya memakai baju tanpa lengan itu menatap penampilan Ayu dari atas hingga bawah. Lalu beralih pada sepeda yang ada di belakangnya. 

"Sepeda anak saya rusak, apa Bapak bisa memperbaikinya?" 

Ayu menjelaskan bahwa rantai sepeda Hanan terputus. Lalu menanyakan biaya yang harus dibayar. 

Setelah diperiksa. Pria itu menghampiri Ayu. "Sepertinya tidak hanya rantainya yang putus, Bu. Tapi ada beberapa bagian juga perlu diperbaiki, takutnya nanti akan cepat rusak."

Ayu lemas seketika, namun ia tak bisa berbuat apa-apa selain menuruti permintaan itu. 

"Baiklah, Pak. Tidak apa-apa. Yang penting bisa dipakai lagi."

Ayu dan Hanan duduk bersejajar. Mereka memilih untuk berada di luar daripada harus bergumul dengan orang-orang yang tak dikenal. Terlebih, mereka semua pria.

Sekali lagi, hanya satu alasan Ayu. Ia tak ingin dianggap merayu para pria.

Hampir satu jam menunggu, akhirnya sepeda milik Hanan sudah selesai diperbaiki. 

"Berapa, Pak?" tanya Ayu sambil merogoh dompet dari saku gamis nya. 

Pria itu memberikan selembar kertas kecil pada Ayu. Itu adalah rincian biaya yang harus dibayar. 

Lima ratus ribu. 

Kedua bola mata Ayu terbelalak. Ia ingin protes dengan catatan itu yang menurutnya sangat mahal, akan tetapi tak ingin ribut di tempat orang. 

Ayu merogoh uangnya yang ada di dompet. Ternyata uangnya hanya tinggal empat ratus ribu, itu artinya tidak mencukupi untuk membayar biaya. 

"Uang saya kurang seratus ribu, Pak." Ayu menyodorkan uang di depan pemilik bengkel. 

Pria itu hanya melihat tanpa menerimanya. 

"Di sini tidak boleh berhutang, Bu. Saya harus membayar beberapa pegawai. Jadi harus lunas," pekik pria itu hingga beberapa pengunjung menoleh ke arah Ayu. 

Ayu memutar otaknya. Berusaha untuk mencari jalan keluar masalah yang dihadapi sekarang. 

Bagaimana cara supaya Hanan pergi dari sini?

"Baiklah. Sebagai gantinya, saya akan melakukan apapun, tapi saya mohon biarkan Hanan membawa pulang sepedanya," ucap Ayu memohon. 

Daripada rugi, akhirnya pemilik bengkel menyetujui tawaran Ayu. Yang terpenting ia mendapat imbalan yang setara. 

"Kamu bersihkan oli itu. Menunjuk beberapa kaleng yang berwarna hitam. 

Ayu tak membantah, ia langsung melakukannya setelah Hanan pergi. Takut si sulung melihat pengorbanannya yang sangat sengsara. 

Terpopuler

Comments

Puteri Yang Hilang

Puteri Yang Hilang

author kayaknya hrs lbh perhatikan lg deh hrga2nya,,,,,biar ngga terkesan trllu mengada2..maaf cm saran thor...krn dr kue harga 1jt smpe 500 itu udah dpt kue yg bagus,,dan servis sepeda onthel 500 ribu itu udah berlebih bahkan udah bsa beli sepeda baru

2023-12-20

24

Isabela Devi

Isabela Devi

masa perbaiki sepeda aja sampai 4l500 ribu sih thor

2024-04-20

0

Siti Nadiyah

Siti Nadiyah

d tempat aku kue ulang thn 500 rbu tuh udh gede bngt loh...✌️😁💜

2024-04-06

0

lihat semua
Episodes
1 Perdebatan
2 Single Mom
3 Pergi
4 Kehidupan baru
5 Keberanian Ayu
6 Hanan sakit
7 Jalan-jalan
8 Menulis
9 Belum berhasil
10 Salah paham
11 Gagal
12 Ponsel baru
13 Tegas
14 Lembur
15 Ulang tahun Hanan
16 Musibah lagi
17 Penolakan Ikram
18 Pusat perhatian
19 Bab 19. Datang ke pernikahan
20 Percaya diri
21 Berubah
22 Bohong
23 Minta sekolah
24 Fitnah
25 Benci
26 Kesempatan
27 Kemarahan Harini
28 Ke rumah Ayu
29 Mengembalikan
30 Rencana Rani
31 Misi Harini
32 Julid
33 Salah paham
34 Mengintai
35 PDKT
36 Menolak
37 Hadiah dari Angga
38 Awal perjuangan
39 Bujukan Angga
40 Mempermalukan Ikram
41 Panggilan Papa
42 Melamar
43 Tidak setuju
44 Sandiwara
45 Ketahuan
46 Datang ke kantor
47 Penjelasan Angga
48 Mencari pilihan
49 Panik
50 Memperkenalkan diri
51 Mendekatkan
52 Cemburu
53 Kekesalan Angga
54 Datang ke rumah
55 Pendekatan
56 Kekecewaan Ikram
57 Tragedi
58 Rumah sakit
59 Amnesia
60 Uang tahun Adiba
61 Hadiah dari Angga
62 Menjenguk
63 Curiga
64 Pendapat Om Surya
65 Tumbang
66 Sikap Rani
67 Marah
68 Berubah
69 Cemburu berat
70 Masakan khas
71 Janji
72 Terlambat
73 Nonton ala Angga
74 Rencana
75 Terbongkar
76 Menegaskan
77 Saudara
78 Berkunjung
79 Kejutan baru
80 Tawaran
81 Bimbang
82 Niat pergi
83 Berpisah
84 Penjelasan Irma
85 Ruko untuk Ayu
86 Hari pertama
87 Layyana Shop
88 Wejangan untuk Ikram
89 Lima tahun kemudian
90 Menginap
91 Kejutan
92 Rencana menikah
93 Pertemuan di kantor
94 Masa depan
95 Pujian untuk Ayu
96 Hari pernikahan
97 Kecelakaan
98 Sadar
99 Menjelaskan
100 Tak akan goyah
101 Orang suruhan
102 Detik-detik
103 Mengenang masa lalu
104 Sah
105 Pertama kali
106 Setengah
107 Pesta terakhir
108 Malam pertama
109 Hari pertama
110 Semakin akrab
111 Semakin cantik
112 Jalan keluar
113 Mengungkap perasaan
114 Berakhir ranjang
115 Resah
116 Kepergok
117 Bukti, bukan janji
118 Putus
119 Mantan
120 Diam nya Ayu
121 Akur
122 Sedikit aneh
123 Kemungkinan
124 Positif
125 Pertemuan orang tua
126 Berubah fikiran
127 Menerima dengan lapang
128 Harapan Baru
129 Kembar
130 Bantuan
131 Berkumpul
132 Lamaran
133 Pendarahan
134 Mencari Memet
135 Tertangkap
136 Mengubah nasib
137 Impian yang terwujud
138 Pengumuman
Episodes

Updated 138 Episodes

1
Perdebatan
2
Single Mom
3
Pergi
4
Kehidupan baru
5
Keberanian Ayu
6
Hanan sakit
7
Jalan-jalan
8
Menulis
9
Belum berhasil
10
Salah paham
11
Gagal
12
Ponsel baru
13
Tegas
14
Lembur
15
Ulang tahun Hanan
16
Musibah lagi
17
Penolakan Ikram
18
Pusat perhatian
19
Bab 19. Datang ke pernikahan
20
Percaya diri
21
Berubah
22
Bohong
23
Minta sekolah
24
Fitnah
25
Benci
26
Kesempatan
27
Kemarahan Harini
28
Ke rumah Ayu
29
Mengembalikan
30
Rencana Rani
31
Misi Harini
32
Julid
33
Salah paham
34
Mengintai
35
PDKT
36
Menolak
37
Hadiah dari Angga
38
Awal perjuangan
39
Bujukan Angga
40
Mempermalukan Ikram
41
Panggilan Papa
42
Melamar
43
Tidak setuju
44
Sandiwara
45
Ketahuan
46
Datang ke kantor
47
Penjelasan Angga
48
Mencari pilihan
49
Panik
50
Memperkenalkan diri
51
Mendekatkan
52
Cemburu
53
Kekesalan Angga
54
Datang ke rumah
55
Pendekatan
56
Kekecewaan Ikram
57
Tragedi
58
Rumah sakit
59
Amnesia
60
Uang tahun Adiba
61
Hadiah dari Angga
62
Menjenguk
63
Curiga
64
Pendapat Om Surya
65
Tumbang
66
Sikap Rani
67
Marah
68
Berubah
69
Cemburu berat
70
Masakan khas
71
Janji
72
Terlambat
73
Nonton ala Angga
74
Rencana
75
Terbongkar
76
Menegaskan
77
Saudara
78
Berkunjung
79
Kejutan baru
80
Tawaran
81
Bimbang
82
Niat pergi
83
Berpisah
84
Penjelasan Irma
85
Ruko untuk Ayu
86
Hari pertama
87
Layyana Shop
88
Wejangan untuk Ikram
89
Lima tahun kemudian
90
Menginap
91
Kejutan
92
Rencana menikah
93
Pertemuan di kantor
94
Masa depan
95
Pujian untuk Ayu
96
Hari pernikahan
97
Kecelakaan
98
Sadar
99
Menjelaskan
100
Tak akan goyah
101
Orang suruhan
102
Detik-detik
103
Mengenang masa lalu
104
Sah
105
Pertama kali
106
Setengah
107
Pesta terakhir
108
Malam pertama
109
Hari pertama
110
Semakin akrab
111
Semakin cantik
112
Jalan keluar
113
Mengungkap perasaan
114
Berakhir ranjang
115
Resah
116
Kepergok
117
Bukti, bukan janji
118
Putus
119
Mantan
120
Diam nya Ayu
121
Akur
122
Sedikit aneh
123
Kemungkinan
124
Positif
125
Pertemuan orang tua
126
Berubah fikiran
127
Menerima dengan lapang
128
Harapan Baru
129
Kembar
130
Bantuan
131
Berkumpul
132
Lamaran
133
Pendarahan
134
Mencari Memet
135
Tertangkap
136
Mengubah nasib
137
Impian yang terwujud
138
Pengumuman

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!