Ulang tahun Hanan

Bisik-bisik tetangga mulai mencuat ditelinga Ayu. Kabar miring yang tak pernah dilakukannya itu menjadi bahan obrolan area kontrakan. Tak heran, sebagai pendatang baru bukan hal yang mudah membuat semua orang percaya padanya. Bahkan, sebagian dari mereka mencari kesempatan dalam kesempitan.

Ayu yang menyiram tanaman terpaksa menghentikan aktivitasnya, risih dengan beberapa orang yang mencibirnya saat melintas.

''Aku yakin dia diceraikan suaminya karena suka keluar dengan laki-laki lain.''

Suara salah seorang yang ada di depan rumah Ayu. 

''Iya, aku kira baik, ternyata rubah berselimut domba,'' timpal yang lainnya.

Bisa saja Ayu menyumpal mulut mereka dengan keset yang diinjaknya. Namun, ia tak ingin menanggapi. Cukup mendengarkan ucapan yang menurutnya tak berfaedah tersebut. 

Ninik datang ke rumah Ayu, jika yang lain langsung termakan dengan gambar yang beredar luas di sosmed, tidak dengan wanita itu yang tetap percaya. 

''Yang sabar, Yu. Anggap saja mereka itu bagaikan anjing menggonggong. Di sini sudah biasa seperti itu. Sedikit saja ada masalah yang timbul, pasti akan dibesar-besarkan.'' Ninik merangkul pundak Ayu. Menenangkan. 

''Makasih ya, Bu.'' Ayu memeluk Ninik, hanya wanita itu yang mengerti dengan keadaannya. 

''Di mana anak-anak?'' tanya Ninik setelah melepaskan pelukannya. 

''Ada di dalam,'' jawab Ayu sambil menunjuk ke arah ketiga anaknya. 

Ternyata Hanan dan kedua adiknya sedang asyik bermain. Mereka terlihat rukun dan ceria dengan mainan sederhananya. 

''Kamu gak kerja?'' Ninik membantu merapikan meja makan. 

Ayu menggeleng tanpa suara. Mendekati Ninik. Melirik ke arah Hanan yang memunggungi nya. 

''Hari ini ulang tahun Hanan, rencananya aku mau membeli kue. Tolong ibu jagain mereka,'' bisik Ayu pada Ninik yang langsung mendapat anggukan. 

Ayu masuk ke kamarnya mengambil tas. Pamit pada Hanan dan yang lain. 

''Sampai malam lagi, Ma?'' tanya Hanan lirih. Wajahnya ditekuk mengingat kedatangan Ayu yang terlalu malam. 

''Gak, mama cuma mau belanja,'' ucap Ayu meyakinkan. 

Mereka yang sudah terbiasa ditinggal pun hanya diam melihat Ayu keluar dari rumah. 

Ayu datang ke toko kue terdekat. Memilih-milih kue yang terpajang di etalase. Jika dulu masih menjadi istrinya Ikram ia bisa membeli kue mahal, kali ini hanya membelikan kue ulang tahun yang sederhana untuk Hanan. 

''Yang ini berapa, Mbak?'' Ayu menunjuk kue yang ada di bagian tepi. 

''Ini harganya satu juta, Bu,'' jawab pelayan toko. 

Ayu bergeser melihat kue yang ada di sampingnya. Memilih kue yang lebih kecil dari yang tadi. 

''Kalau yang ini, Mbak?" tanya Ayu lagi, menunjuk kue berbentuk bulat dengan topping coklat. 

''Kalau yang ini lima ratus ribu, Bu."

Alhamdulillah. 

Ayu tersenyum. Akhirnya ia menemukan harga yang standar, menurutnya. 

''Saya ambil yang ini, Mbak.''

Ayu membuka tas dan mengambil uang sesuai harga kue yang dibeli. 

''Ternyata sekarang hanya bisa membeli kue sekecil itu,'' cetus seseorang yang baru saja datang. 

Ayu menoleh ke arah sumber suara. Sedikitpun tak merasa curiga melihat calon istri mantan suaminya. 

Ayu menerima kue yang sudah terbungkus rapi lalu membalikkan badan. 

''Miskin aja belagu.'' 

Ayu yang hampir mengayunkan kakinya itu mengurungkan niat. Setelah tadi pagi telinganya terasa panas saat mendengar gosip murahan, kini ia tak bisa tinggal diam. 

''Aku belagu karena mampu. Tidak seperti kamu yang ingin menjadi istri Ikram Affandi demi bisa pansos dan dikenal semua orang.'' Ayu mengucap dengan tegas. 

''Tapi kebanyakan orang pansos tanpa prestasi itu hanya sekedip mata. Sebentar lagi akan tenggelam dan ditumpu batu bata. Dia akan hancur berkeping-keping tanpa sisa. Itulah dirimu. Sekarang kamu memang menang sudah merebut mas Ikram dariku, tapi aku tidak yakin kalau dia akan setia padamu.'' Menunjuk wajah Rani yang membuat sang empu kesal. 

Akan tetapi, tetap percaya diri dan tidak menganggap Ikram akan setia padanya.

Menghela nafas panjang lalu pergi. Namun, lagi-lagi langkahnya harus berhenti saat Rani menariknya dari belakang. 

Tubuh Ayu yang tak seimmbang akhirnya terhuyung. Bersamaan dengan itu sebuah tangan kekar dari belakang menangkap punggungnya hingga ia terselamatkan. 

Ayu bergegas menegakkan tubuh lalu merapikan hijabnya yang sedikit melenceng. Mengucapkan terimakasih pada pria yang sudah menolongnya. 

''Kamu Ryan, kan?'' tanya Ayu ragu, takut salah menyebut nama pria itu. 

''Benar sekali, namaku Ryan. Kamu ngapain di sini?'' Melirik kresek yang menggantung di tangan Ayu. 

''Beli kue untuk Hanan.''

Rani yang masih mematung di tempat hanya bisa mendengar obrolan ringan antara Ayu dan juga Ryan.

''Aku beliin, ya?'' tawar Ryan serius setelah mendengar bahwa Hanan ulang tahun.

''Gak usah.'' Ayu berdiri di samping Ryan, pura-pura terlihat dekat dengan pria tersebut. 

''Aku bukan wanita murahan dan gampang menerima sesuatu dari laki-laki yang bukan suamiku. Pantang bagiku untuk merendahkan diri hanya demi uang,'' ucap Ayu menohok. 

Bahkan, kata itu seakan menembus jantung Rani. Ia merasa tersindir dengan ucapan Ayu yang seolah mencemoohnya. 

Melihat ekspresi datar Rani membuat Ayu tersenyum puas dan menghampiri wanita itu. 

''Kamu salah target. Aku bukan wanita lemah yang gampang ditindas, jadi pakailah strategi yang kuat untuk mempermalukanku.'' Ayu melambaikan tangannya lalu pergi. Membayangkan kepala Rani saat ini, pasti sudah keluar tanduk. 

Ini pertama kali Ayu merayakan ulang tahun Hanan secara sederhana. Dalam hati sedikit tak tega, namun keadaan memaksanya harus melakukan itu. 

Kue sederhana sebagai simbol pun sudah siap di meja makan. Ada dua buah kotak kado yang juga dibeli untuk si sulung. Ninik pun ikut hadir dan membawa kado. 

Ayu masuk ke kamar Hanan dan membangunkan sang putra yang nampak terlelap. 

''Hanan bangun, Nak. Sudah waktunya makan siang.'' Ayu mengusap lembut pipi Hanan lalu beralih ke tangan dan kakinya. 

Dalam hitungan detik Hanan membuka mata, menatap sang mama yang berdiri di samping ranjang. 

''Mama punya sesuatu untuk kamu,'' ucapnya saat melihat Hanan yang sedikit malas. 

''Apa, Ma?" tanya Hanan dengan suara serak. Berusaha membuka mata lebar-lebar. 

Nyanyian ulang tahun dari arah pintu menggema. Ninik masuk membawa kue di tangannya. 

Ayu pun ikut menyanyikan lagu ulang tahun disertai tepuk tangan. Meskipun hanya keluarga, namun terdengar meriah. Terlebih suara Alifa dan Adiba yang menggemaskan memecahkan kedataran.

Hanan mulai tersadar, bahwa hari ini adalah hari yang ditunggu. 

''Ini ulang tahunku yang ke sepuluh, Ma?'' Mata Hanan berbinar. Seolah ia mendapatkan kejutan yang luar biasa. 

Ayu mengangguk, ''Iya, Sayang.''

Ninik merogoh ponsel dari saku kemeja. Melihat status WA dari beberapa tetangga. Ternyata semua orang masih menggunjingkan perihal semalam. Tidak hanya foto semalam, tapi ada beberapa gambar saat kejadian di toko kue. Di mana saat Ryan menyangga punggung Ayu yang hampir jatuh.

Terpopuler

Comments

Isabela Devi

Isabela Devi

kue ultah 100 ribu pun ada knp yg kecil bs 500 ribu ya Thor

2024-04-20

0

Dewirani Indayani

Dewirani Indayani

penulis kok buat harga kue mahal banget sampai ayu yg gak.punya dana saja mampu beli kue ultah 500 ribu pdhal.kue ultah 200.ribu saja sdh bagus dan enak , harusnya penulis bisa tau juga harga2 kue ultah yg di toko kecil ini.mah.harga di toko kue yg sdh besar dan bagus

2024-02-29

2

Neulis Saja

Neulis Saja

sosmed terlalu cepat menyebar tanpa di duga di empunya korban

2024-02-19

0

lihat semua
Episodes
1 Perdebatan
2 Single Mom
3 Pergi
4 Kehidupan baru
5 Keberanian Ayu
6 Hanan sakit
7 Jalan-jalan
8 Menulis
9 Belum berhasil
10 Salah paham
11 Gagal
12 Ponsel baru
13 Tegas
14 Lembur
15 Ulang tahun Hanan
16 Musibah lagi
17 Penolakan Ikram
18 Pusat perhatian
19 Bab 19. Datang ke pernikahan
20 Percaya diri
21 Berubah
22 Bohong
23 Minta sekolah
24 Fitnah
25 Benci
26 Kesempatan
27 Kemarahan Harini
28 Ke rumah Ayu
29 Mengembalikan
30 Rencana Rani
31 Misi Harini
32 Julid
33 Salah paham
34 Mengintai
35 PDKT
36 Menolak
37 Hadiah dari Angga
38 Awal perjuangan
39 Bujukan Angga
40 Mempermalukan Ikram
41 Panggilan Papa
42 Melamar
43 Tidak setuju
44 Sandiwara
45 Ketahuan
46 Datang ke kantor
47 Penjelasan Angga
48 Mencari pilihan
49 Panik
50 Memperkenalkan diri
51 Mendekatkan
52 Cemburu
53 Kekesalan Angga
54 Datang ke rumah
55 Pendekatan
56 Kekecewaan Ikram
57 Tragedi
58 Rumah sakit
59 Amnesia
60 Uang tahun Adiba
61 Hadiah dari Angga
62 Menjenguk
63 Curiga
64 Pendapat Om Surya
65 Tumbang
66 Sikap Rani
67 Marah
68 Berubah
69 Cemburu berat
70 Masakan khas
71 Janji
72 Terlambat
73 Nonton ala Angga
74 Rencana
75 Terbongkar
76 Menegaskan
77 Saudara
78 Berkunjung
79 Kejutan baru
80 Tawaran
81 Bimbang
82 Niat pergi
83 Berpisah
84 Penjelasan Irma
85 Ruko untuk Ayu
86 Hari pertama
87 Layyana Shop
88 Wejangan untuk Ikram
89 Lima tahun kemudian
90 Menginap
91 Kejutan
92 Rencana menikah
93 Pertemuan di kantor
94 Masa depan
95 Pujian untuk Ayu
96 Hari pernikahan
97 Kecelakaan
98 Sadar
99 Menjelaskan
100 Tak akan goyah
101 Orang suruhan
102 Detik-detik
103 Mengenang masa lalu
104 Sah
105 Pertama kali
106 Setengah
107 Pesta terakhir
108 Malam pertama
109 Hari pertama
110 Semakin akrab
111 Semakin cantik
112 Jalan keluar
113 Mengungkap perasaan
114 Berakhir ranjang
115 Resah
116 Kepergok
117 Bukti, bukan janji
118 Putus
119 Mantan
120 Diam nya Ayu
121 Akur
122 Sedikit aneh
123 Kemungkinan
124 Positif
125 Pertemuan orang tua
126 Berubah fikiran
127 Menerima dengan lapang
128 Harapan Baru
129 Kembar
130 Bantuan
131 Berkumpul
132 Lamaran
133 Pendarahan
134 Mencari Memet
135 Tertangkap
136 Mengubah nasib
137 Impian yang terwujud
138 Pengumuman
Episodes

Updated 138 Episodes

1
Perdebatan
2
Single Mom
3
Pergi
4
Kehidupan baru
5
Keberanian Ayu
6
Hanan sakit
7
Jalan-jalan
8
Menulis
9
Belum berhasil
10
Salah paham
11
Gagal
12
Ponsel baru
13
Tegas
14
Lembur
15
Ulang tahun Hanan
16
Musibah lagi
17
Penolakan Ikram
18
Pusat perhatian
19
Bab 19. Datang ke pernikahan
20
Percaya diri
21
Berubah
22
Bohong
23
Minta sekolah
24
Fitnah
25
Benci
26
Kesempatan
27
Kemarahan Harini
28
Ke rumah Ayu
29
Mengembalikan
30
Rencana Rani
31
Misi Harini
32
Julid
33
Salah paham
34
Mengintai
35
PDKT
36
Menolak
37
Hadiah dari Angga
38
Awal perjuangan
39
Bujukan Angga
40
Mempermalukan Ikram
41
Panggilan Papa
42
Melamar
43
Tidak setuju
44
Sandiwara
45
Ketahuan
46
Datang ke kantor
47
Penjelasan Angga
48
Mencari pilihan
49
Panik
50
Memperkenalkan diri
51
Mendekatkan
52
Cemburu
53
Kekesalan Angga
54
Datang ke rumah
55
Pendekatan
56
Kekecewaan Ikram
57
Tragedi
58
Rumah sakit
59
Amnesia
60
Uang tahun Adiba
61
Hadiah dari Angga
62
Menjenguk
63
Curiga
64
Pendapat Om Surya
65
Tumbang
66
Sikap Rani
67
Marah
68
Berubah
69
Cemburu berat
70
Masakan khas
71
Janji
72
Terlambat
73
Nonton ala Angga
74
Rencana
75
Terbongkar
76
Menegaskan
77
Saudara
78
Berkunjung
79
Kejutan baru
80
Tawaran
81
Bimbang
82
Niat pergi
83
Berpisah
84
Penjelasan Irma
85
Ruko untuk Ayu
86
Hari pertama
87
Layyana Shop
88
Wejangan untuk Ikram
89
Lima tahun kemudian
90
Menginap
91
Kejutan
92
Rencana menikah
93
Pertemuan di kantor
94
Masa depan
95
Pujian untuk Ayu
96
Hari pernikahan
97
Kecelakaan
98
Sadar
99
Menjelaskan
100
Tak akan goyah
101
Orang suruhan
102
Detik-detik
103
Mengenang masa lalu
104
Sah
105
Pertama kali
106
Setengah
107
Pesta terakhir
108
Malam pertama
109
Hari pertama
110
Semakin akrab
111
Semakin cantik
112
Jalan keluar
113
Mengungkap perasaan
114
Berakhir ranjang
115
Resah
116
Kepergok
117
Bukti, bukan janji
118
Putus
119
Mantan
120
Diam nya Ayu
121
Akur
122
Sedikit aneh
123
Kemungkinan
124
Positif
125
Pertemuan orang tua
126
Berubah fikiran
127
Menerima dengan lapang
128
Harapan Baru
129
Kembar
130
Bantuan
131
Berkumpul
132
Lamaran
133
Pendarahan
134
Mencari Memet
135
Tertangkap
136
Mengubah nasib
137
Impian yang terwujud
138
Pengumuman

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!