Kehidupan baru

"Ini beneran rumah kita yang sekarang, Ma?" ucap Hanan tak percaya. Wajahnya redup seketika saat melihat rumah sederhana yang ada di depannya. Ia pikir akan pindah di rumah yang jauh lebih mewah. Nyata nya, rumah itu lebih buruk. 

"Iya, Nak. Memangnya kenapa?" Ayu menarik kopernya dan membawanya masuk. Mendudukkan Adiba lalu menghampiri Hanan yang masih mematung di luar. 

Berlutut di depan bocah itu. Mengusap rambut nya yang menutupi kening. 

"Untuk sementara kita akan tinggal di rumah ini, Sayang." 

Hanan menggeleng cepat, ia masih tak terima. 

"Kalau seperti ini mendingan kita tinggal dirumah yang lama," tolak nya sedikit berteriak. 

Ayu tetap tersenyum. Hanan masih terlalu  kecil dan belum saatnya untuk memikul beban yang menimpanya. Ia  mencari cara untuk meluluhkan hati bocah itu. 

"Sekarang Hanan pilih, tinggal dirumah lama bersama dengan papa atau di rumah ini dengan mama dan adik-adik?"

Hanan menundukkan kepalanya. Pilihan itu sangat sulit baginya. Ia belum bisa meninggalkan kemewahan, tapi juga tidak mau berpisah dari Ayu.

Hening 

"Tapi sampai kapan kita akan tinggal di sini, Ma?" ucap Hanan lirih. 

Lagi-lagi pertanyaan Hanan sangat sulit dijawab. 

"Hanan berdoa saja, semoga kita cepat mendapatkan rumah yang lebih bagus dari ini." Memeluk sang buah hati. Meyakinkan kalau rumah itu memang hanya untuk sementara. Bukan selamanya.

Hanan mengayunkan kakinya yang terasa berat. Ia duduk di kursi lapuk bersama dengan Alifa dan Adiba. Matanya menyusuri setiap sudut ruangan yang jauh dari kata mewah. 

Ayu meletakkan koper di kamar. Menyusun baju mereka di lemari. Membersihkan ranjang yang lumayan berdebu. Mengesampingkan rasa lelah yang mulai melanda. Semua ia lakukan hanya demi kenyamanan sang buah hati.

"Ini kamar untuk, Kakak." Menunjukkan pada Hanan kamar yang sudah rapi. Berpura-pura untuk terlihat bahagia di depan mereka.

Tidak ada jawaban, bocah itu masih cemberut seperti saat pertama kali datang. 

Rumah itu hanya ada dua kamar dan satu kamar mandi, satu ruang tamu dan ruang makan yang ada di depan dapur. Cukup sempit bagi Hanan yang biasa tinggal di rumah mewah. 

Tidak ada pilihan lain, Hanan harus menerima keadaannya yang sekarang. Ia masuk ke kamar dan menutup pintunya dengan keras. Menandakan jika bocah itu belum sepenuhnya ikhlas. 

Ayu menghela napas panjang. Kemudian membawa kedua anaknya itu ke kamar lain. 

Jam menunjukkan pukul satu siang. Usai menjalankan kewajibannya, Ayu membuka ponselnya. Tidak ada yang ia pikirkan saat ini selain mendapat pekerjaan untuk menghidupi ketiga anaknya. 

"Kira-kira kerja apa yang cocok untuk aku?" Ayu masih bingung. Pasalnya, tidak mungkin meninggalkan Adiba di rumah. Ia tak tega harus meninggalkan anak-anaknya seharian penuh. 

"Ma…" Suara teriakan Hanan dari arah luar membuyarkan lamunan Ayu. Ia mengusap air matanya sebelum keluar. Menghampiri Hanan yang ada berdiri disamping pintu kamarnya. 

"Ada Apa, Nak?"

Hanan mengelus perutnya yang membuat Ayu seketika paham. 

"Tunggu sebentar, mama akan membelikan makanan untuk kamu dan adik-adik." Menggiring Hanan ke kamar Alifa. "Jaga mereka, jangan ke mana-mana, tunggu mama sampai pulang," pesan Ayu memperingatkan. 

Ayu membuka laci. Mengambil perhiasannya lalu memasukkan ke dalam tas nya. 

Maafkan aku, Bu. Terpaksa aku harus menjual perhiasan peninggalan ibu demi anak-anak. Tapi aku janji, nanti kalau sudah punya uang, pasti aku tebus. 

Ayu keluar dari rumah nya. Ia menghampiri Ninik, yaitu tetangga sekaligus pemilik rumah yang ia sewa. 

"Ada apa, Bu?" tanya Ninik. 

Ayu tersenyum malu. Baru beberapa jam sudah merepotkan, begitulah  kira-kira. 

"Aku mau nitip anak-anak sebentar, Bu. Mau belanja kebutuhan dapur," ucap Ayu jujur. 

Ninik membalas dengan senyuman pula, "Baiklah, pergi saja, aku akan menjaga anak-anakmu." 

Ayu mengucapkan terima kasih pada Ninik yang sudah mau membantunya. 

Tempat yang pertama Ayu kunjungi adalah toko perhiasan. Ia menjual seluruh perhiasan miliknya untuk memenuhi kebutuhan ketiga anaknya. Sebab, sepeser pun tak membawa uang dari Ikram. 

Ayu menghitung uang hasil penjualan perhiasannya. Lumayan besar, meskipun itu hanya cukup kurang lebih satu bulan, setidaknya bisa menyambung nyawa sebelum mendapatkan pekerjaan. 

Tak seperti dulu yang berbelanja makanan serba mahal, kali ini Ayu hanya membeli telur dan bahan makanan sederhana, yang terpenting tetap bergizi. 

Maafkan mama, Nak. 

Hanya kata itu yang selalu terucap dalam hati. Ayu merasa gagal menjadi seorang ibu karena tidak bisa memberikan apa yang mereka inginkan. 

Ayu duduk di bangku yang ada di tepi jalan. Ia menunggu ojek datang, menghemat uangnya untuk kedepannya. 

Tanpa sengaja, matanya menangkap brosur yang beterbangan. Ia memungut kertas putih yang bertuliskan lowongan itu lalu membacanya. 

Benar, itu adalah sebuah lowongan pekerjaan. Seperti sebuah kebetulan, Ayu menemukannya. 

"Sebagai pelayan, gak papa yang penting aku bisa mendapatkan pekerjaan." 

Ayu tak peduli. Bekerja sebagai apapun ia sudah siap. Yang terpenting halal dan bisa membawa Adiba. 

Namun, untuk saat ini ia belum bisa datang karena sudah hampir sore, sedangkan Hanan dan adik-adiknya belum makan. Ia bergegas naik ojek yang baru saja berhenti di depannya. 

Ayu terburu-buru masuk rumah saat mendengar suara tangisan dari dalam. Ia menghampiri Adiba yang ada di gendongan Ninik. 

"Diba kenapa, Bu?" tanya Ayu cemas. Mengambil alih putrinya yang masih meraung-raung. Mendekap dan menenangkannya. 

"Mungkin saja baru bangun. Tadi aku  masuk dia sudah menangis," jelas Ninik. 

"Beneran, Kak?" tanya Ayu mengusap pucuk kepala Hanan. Biasanya bocah itu sudah bisa menjelaskan apa yang terjadi pada adiknya. Bukan tidak percaya pada Ninik. Ayu hanya takut Adiba jatuh dan terluka. 

"Dia mencari, Mama," jawab Hanan cemberut. 

"Ya sudah, Bu. Aku permisi dulu." 

Sekali lagi Ayu mengucapkan terima kasih pada Ninik, lalu menggiring kedua anaknya menuju meja makan. 

Tak seperti biasanya yang penuh dengan lauk, saat ini Ayu hanya bisa memberikan nasi bungkus pada mereka. 

"Gak ada lauk lainnya, Ma?" protes Hanan saat melihat ayam goreng. 

"Gak ada, Nak. Semuanya sudah habis, tinggal ini saja." Menjelaskan dengan kata-kata lembut. 

Mengambil hati anak-anak sangat tidak mudah, apalagi mereka sudah terbiasa hidup mewah, namun karena keadaan Ayu terpaksa harus membujuk mereka untuk terus menerima kenyataan itu. 

Ia mendekati Hanan yang mulai menikmati makanannya. Sambil menyuapi Alifa dan Adiba, ia membersihkan bibir sang putra. 

"Hanan, besok mama akan mulai kerja, kamu dan Alifa di rumah," ucap Ayu lembut. 

Hanan mengangguk tanpa suara. Meskipun dalam hatinya berat, tapi ia tahu bahwa bekerja itu akan menghasilkan uang banyak dan berharap mamanya bisa membeli rumah yang mewah seperti yang dilakukan papanya. 

Terpopuler

Comments

Isabela Devi

Isabela Devi

semoga Hanan bs jaga ke 2 ya

2024-04-20

0

Jasreena

Jasreena

hadeeh .. Hanan hrs d ajarin etika dah 2 x banting pintu klo marah...

2024-04-14

0

Jasreena

Jasreena

klo dah kls 4 dah bisa d ksh pengertian...

2024-04-14

0

lihat semua
Episodes
1 Perdebatan
2 Single Mom
3 Pergi
4 Kehidupan baru
5 Keberanian Ayu
6 Hanan sakit
7 Jalan-jalan
8 Menulis
9 Belum berhasil
10 Salah paham
11 Gagal
12 Ponsel baru
13 Tegas
14 Lembur
15 Ulang tahun Hanan
16 Musibah lagi
17 Penolakan Ikram
18 Pusat perhatian
19 Bab 19. Datang ke pernikahan
20 Percaya diri
21 Berubah
22 Bohong
23 Minta sekolah
24 Fitnah
25 Benci
26 Kesempatan
27 Kemarahan Harini
28 Ke rumah Ayu
29 Mengembalikan
30 Rencana Rani
31 Misi Harini
32 Julid
33 Salah paham
34 Mengintai
35 PDKT
36 Menolak
37 Hadiah dari Angga
38 Awal perjuangan
39 Bujukan Angga
40 Mempermalukan Ikram
41 Panggilan Papa
42 Melamar
43 Tidak setuju
44 Sandiwara
45 Ketahuan
46 Datang ke kantor
47 Penjelasan Angga
48 Mencari pilihan
49 Panik
50 Memperkenalkan diri
51 Mendekatkan
52 Cemburu
53 Kekesalan Angga
54 Datang ke rumah
55 Pendekatan
56 Kekecewaan Ikram
57 Tragedi
58 Rumah sakit
59 Amnesia
60 Uang tahun Adiba
61 Hadiah dari Angga
62 Menjenguk
63 Curiga
64 Pendapat Om Surya
65 Tumbang
66 Sikap Rani
67 Marah
68 Berubah
69 Cemburu berat
70 Masakan khas
71 Janji
72 Terlambat
73 Nonton ala Angga
74 Rencana
75 Terbongkar
76 Menegaskan
77 Saudara
78 Berkunjung
79 Kejutan baru
80 Tawaran
81 Bimbang
82 Niat pergi
83 Berpisah
84 Penjelasan Irma
85 Ruko untuk Ayu
86 Hari pertama
87 Layyana Shop
88 Wejangan untuk Ikram
89 Lima tahun kemudian
90 Menginap
91 Kejutan
92 Rencana menikah
93 Pertemuan di kantor
94 Masa depan
95 Pujian untuk Ayu
96 Hari pernikahan
97 Kecelakaan
98 Sadar
99 Menjelaskan
100 Tak akan goyah
101 Orang suruhan
102 Detik-detik
103 Mengenang masa lalu
104 Sah
105 Pertama kali
106 Setengah
107 Pesta terakhir
108 Malam pertama
109 Hari pertama
110 Semakin akrab
111 Semakin cantik
112 Jalan keluar
113 Mengungkap perasaan
114 Berakhir ranjang
115 Resah
116 Kepergok
117 Bukti, bukan janji
118 Putus
119 Mantan
120 Diam nya Ayu
121 Akur
122 Sedikit aneh
123 Kemungkinan
124 Positif
125 Pertemuan orang tua
126 Berubah fikiran
127 Menerima dengan lapang
128 Harapan Baru
129 Kembar
130 Bantuan
131 Berkumpul
132 Lamaran
133 Pendarahan
134 Mencari Memet
135 Tertangkap
136 Mengubah nasib
137 Impian yang terwujud
138 Pengumuman
Episodes

Updated 138 Episodes

1
Perdebatan
2
Single Mom
3
Pergi
4
Kehidupan baru
5
Keberanian Ayu
6
Hanan sakit
7
Jalan-jalan
8
Menulis
9
Belum berhasil
10
Salah paham
11
Gagal
12
Ponsel baru
13
Tegas
14
Lembur
15
Ulang tahun Hanan
16
Musibah lagi
17
Penolakan Ikram
18
Pusat perhatian
19
Bab 19. Datang ke pernikahan
20
Percaya diri
21
Berubah
22
Bohong
23
Minta sekolah
24
Fitnah
25
Benci
26
Kesempatan
27
Kemarahan Harini
28
Ke rumah Ayu
29
Mengembalikan
30
Rencana Rani
31
Misi Harini
32
Julid
33
Salah paham
34
Mengintai
35
PDKT
36
Menolak
37
Hadiah dari Angga
38
Awal perjuangan
39
Bujukan Angga
40
Mempermalukan Ikram
41
Panggilan Papa
42
Melamar
43
Tidak setuju
44
Sandiwara
45
Ketahuan
46
Datang ke kantor
47
Penjelasan Angga
48
Mencari pilihan
49
Panik
50
Memperkenalkan diri
51
Mendekatkan
52
Cemburu
53
Kekesalan Angga
54
Datang ke rumah
55
Pendekatan
56
Kekecewaan Ikram
57
Tragedi
58
Rumah sakit
59
Amnesia
60
Uang tahun Adiba
61
Hadiah dari Angga
62
Menjenguk
63
Curiga
64
Pendapat Om Surya
65
Tumbang
66
Sikap Rani
67
Marah
68
Berubah
69
Cemburu berat
70
Masakan khas
71
Janji
72
Terlambat
73
Nonton ala Angga
74
Rencana
75
Terbongkar
76
Menegaskan
77
Saudara
78
Berkunjung
79
Kejutan baru
80
Tawaran
81
Bimbang
82
Niat pergi
83
Berpisah
84
Penjelasan Irma
85
Ruko untuk Ayu
86
Hari pertama
87
Layyana Shop
88
Wejangan untuk Ikram
89
Lima tahun kemudian
90
Menginap
91
Kejutan
92
Rencana menikah
93
Pertemuan di kantor
94
Masa depan
95
Pujian untuk Ayu
96
Hari pernikahan
97
Kecelakaan
98
Sadar
99
Menjelaskan
100
Tak akan goyah
101
Orang suruhan
102
Detik-detik
103
Mengenang masa lalu
104
Sah
105
Pertama kali
106
Setengah
107
Pesta terakhir
108
Malam pertama
109
Hari pertama
110
Semakin akrab
111
Semakin cantik
112
Jalan keluar
113
Mengungkap perasaan
114
Berakhir ranjang
115
Resah
116
Kepergok
117
Bukti, bukan janji
118
Putus
119
Mantan
120
Diam nya Ayu
121
Akur
122
Sedikit aneh
123
Kemungkinan
124
Positif
125
Pertemuan orang tua
126
Berubah fikiran
127
Menerima dengan lapang
128
Harapan Baru
129
Kembar
130
Bantuan
131
Berkumpul
132
Lamaran
133
Pendarahan
134
Mencari Memet
135
Tertangkap
136
Mengubah nasib
137
Impian yang terwujud
138
Pengumuman

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!