Tegas

Hari terus berganti. Ayu sudah terbiasa diselimuti kesibukan yang bertumpuk. Menjadi ibu sekaligus ayah bukanlah hal yang mudah, namun ia sudah bisa melewatinya hampir lima bulan. Segala bentuk kesabaran ia kerjakan demi membuat anak-anaknya nyaman dan hangat berada di dekatnya. 

Hari ini adalah weekend, meskipun tak bisa membawa mereka menikmati indahnya luar, Ayu mampu membuat bahagia dengan caranya sendiri. 

Hanan sibuk mengerjakan tugas. Semenjak masuk ke sekolah yang baru ia lebih rajin, dan tidak akan bermain sebelum menyelesaikan pekerjaannya. 

Ayu mendekatinya, mengusap punggung Hanan dengan pelan. "Makan dulu, Nak." Mengingatkan sekali lagi. 

"Nanti, Ma." Entah yang ke berapa jawaban itu meluncur dari bibir mungil si sulung, Ayu pun tak mau mengganggunya yang terlihat serius. 

Ayu tertunduk lesu. Mengusir segala keraguan yang memenuhi dadanya. Harus bisa membuat mereka sukses dan meraih cita-cita yang tinggi. Setelah tersakiti oleh Ikram, ia tak mungkin mengecewakan mereka lagi. 

"Mama suapin ya," tawar Ayu.

Hanan menoleh ke arah Ayu yang tersenyum tipis. Lalu memeluknya dengan erat. "Pasti Mama kesusahan merawatku dan adik-adik. Aku janji, suatu saat nanti akan membahagiakan Mama. Jangan sedih, Ma."

Buliran bening luruh begitu saja membasahi pipi Ayu. Ia tak ingin terlihat lemah di mata anak-anak. Namun, setiap mendengar ucapan Hanan, ia tak mampu meredam tangisannya. 

Sungguh, keadaan ini benar-benar membuatnya menjadi wanita tangguh dan bisa melakukan hal yang di luar dugaan. 

"Lihat, Ma!" Alifa memberikan selembar kertas pada Ayu. 

Semakin gemuruh saja dada Ayu melihat gambar yang ada di kertas itu. Tak kuasa menahan gejolak di dada yang sangat menyakitkan. Tanpa dijelaskan Ayu sudah paham maksud Alifa, hingga hatinya kembali tersayat. 

"Ini gambar siapa, Dek?" Hanan menunjuk gambar yang paling pinggir. 

"Ini gambar papa," jawab Alifa menarik tangan Sang Kakak yang hampir mencoret wajah gambar itu. 

"Jangan, Kak. Kasihan papa," protesnya dengan bibir bergetar. 

"Kalau yang ini gambar siapa?" tanya Ayu dengan bibir bergetar. 

"Ini gambar Mama. Kalau yang ini aku, ini kakak, dan ini dek Diba."

Hanan memunggungi Alifa, kesal melihat gambar Ikram yang harus bersanding dengan mereka. 

"Sekarang Alifa main lagi, ya." 

Alifa kembali ke tempat semula. Ayu menarik kursi nya hingga bisa lebih dekat dengan Hanan. 

"Kakak gak boleh benci sama papa," tutur Ayu dengan suara lirih. 

"Sampai kapanpun aku akan tetap membenci papa, Ma. Dia sudah tega mengusir kita dan memilih menikah dengan perempuan lain."

Ayu tercengang. Selama ini ia memang sudah bercerita pada Hanan tentang perceraian nya, namun tidak pernah mengatakan bahwa Ikram akan menikah lagi. Lantas, darimana Hanan tahu. 

"Kamu tahu darimana, Kak?" tanya Ayu memutar badan Hanan hingga berhadapan dengannya. 

Ada kilatan amarah di kedua bola matanya. Garis kebencian semakin terpancar jelas saat Ayu bertanya penuh penekanan.

"Tadi aku lihat di tv, papa akan menggelar pesta besar-besaran."

Hanan beranjak memeluk Ayu dengan erat, menguatkan. 

"Mulai hari ini aku akan menjaga mama, aku akan menjadi pengganti papa. Mama jangan takut."

Ayu tersenyum di balik goresan luka yang teramat parah. 

Akhirnya kini putra sulungnya itu sudah paham dengan apa yang terjadi. 

"Semangat ya, Ma. Nanti kalau aku sudah menjadi pilot, pasti aku akan membelikan pesawat untuk Mama."

Terdengar mengharukan di telinga seorang ibu. Terlebih, Hanan begitu antusias. 

Mama akan terus berjuang untuk kamu dan adik-adik. 

Pintu diketuk membuyarkan suasana. Ayu mengusap air matanya dan melangkah ke arah pintu. 

Membukanya dengan pelan. Menatap pria yang berdiri di teras nya. 

"Calvin, ngapain kamu ke sini?" Ayu tak menyambut sang tamu dengan ramah. 

"Aku hanya ingin minta maaf, karena __" 

Ayu mengangkat tangannya memotong ucapan Calvin. 

"Maaf, Vin. Mulai sekarang aku mohon jangan datang ke sini lagi, aku gak mau dianggap merebut suami orang," ucap Ayu dengan tegas. 

Beberapa tetangga yang melintas menatap Ayu dan Calvin yang terlihat serius. Dalam hati menerka-nerka apa yang terjadi pada mereka, dan apa hubungannya? 

"Pasti Devi yang bilang seperti itu." 

"Cukup!" sergah Ayu menutup pintu hingga ketiga anaknya tak terlihat. 

"Aku tidak mau menyalahkan siapapun. Tolong hargai permintaanku. Hidupku sudah cukup rumit, jadi jangan menambah beban. Terima kasih karena kamu sudah berbaik hati dan peduli." Ayu menangkupkan kedua tangannya. "Tapi aku mohon, mulai hari ini jangan lagi datang ke sini."

Calvin menundukkan kepalanya. Ucapan Ayu bukan lagi permintaan, namun perintah yang harus ditunaikan. 

Ayu masuk dan menutup pintu. Mengabaikan Calvin yang belum juga pergi. 

"Maafkan aku, Vin. Bukan aku benci, tapi ini demi kebaikan anak-anakku."

Terdengar mobil mendesing dan mulai menjauh. Ayu menyingkap gorden memastikan bahwa Calvin benar-benar sudah pergi dari rumahnya.

Ayu mengambil ponselnya yang ada di meja. Memeriksa karya yang beberapa hari lalu diajukan kontrak. 

Tak sesuai ekspektasinya yang akan diterima, Ternyata pengajuannya ditolak karena tidak memenuhi kriteria platform. Namun, bukan Ayu jika putus asa. Ia tersadar jika karyanya memang tak sebagus milik penulis yang sudah famous.

"Ma, ajarin pelajaran matematika." Hanan datang membawa buku di tangannya. Ayu Menghentikan aktivitasnya. Beralih menerangkan pada sang putra cara-cara mengisi pertanyaan dengan benar. 

Kata terimakasih diucapkan Hanan untuk sang mama yang sudah membantunya. 

Hampir saja menyentuh ponselnya lagi, Alifa datang menghampirinya dan meminta Ayu untuk membuatkan gambar pulau. Disusul Adiba yang membawa botol susu, pertanda minta dibuatkan minuman. 

 "Siap, Nak. Sebentar ya."

Ayu bergegas ke belakang setelah meminta Hanan untuk menjaga kedua adiknya. 

Jam sudah menunjukakn pukul 11 siang. Akhirnya anak-anak tertidur di kamar masing-masing. 

Ayu tak mau membuang waktu, ia mengambil ponselnya lalu membaca karya milik penulis yang sudah memiliki jutaan viewers, bahkan karyanya pun diangkat menjadi sebuah film pendek. 

Patut diacungi jempol bagi mereka yang sudah menciptakan karya-karya terbaiknya. Pasti semua itu butuh proses yang sulit digambarkan dengan kata-kata.

Sedikit demi sedikit ia mulai paham mana yang harus direvisi dan mana yang harus ditulis ulang. Tak ada kata lelah,  bayangan wajah anak-anak terus melintas seolah menjadi kekuatan super yang bisa membuatnya semangat.

Semoga setelah ini berhasil.

Disaat menekan tanggal, tiba-tiba Ayu teringat sesuatu.

Itu artinya sebentar lagi Hanan ulang tahun yang ke sepuluh.

Menatap nanar sang buah hati yang meringkuk di balik selimut. Jika selama ini dirayakan dengan meriah, tidak kali ini yang hanya sederhana.

Semoga Hanan mengerti keadaanku. Dan semoga dia tidak meminta kado yang mahal.

Terpopuler

Comments

Isabela Devi

Isabela Devi

💪💪💪🙏🙏🙏

2024-04-20

0

Thewie

Thewie

hidup janda..semangat ayu..

2024-02-24

1

Neulis Saja

Neulis Saja

Ayu, never get tired of fighting 💪

2024-02-19

0

lihat semua
Episodes
1 Perdebatan
2 Single Mom
3 Pergi
4 Kehidupan baru
5 Keberanian Ayu
6 Hanan sakit
7 Jalan-jalan
8 Menulis
9 Belum berhasil
10 Salah paham
11 Gagal
12 Ponsel baru
13 Tegas
14 Lembur
15 Ulang tahun Hanan
16 Musibah lagi
17 Penolakan Ikram
18 Pusat perhatian
19 Bab 19. Datang ke pernikahan
20 Percaya diri
21 Berubah
22 Bohong
23 Minta sekolah
24 Fitnah
25 Benci
26 Kesempatan
27 Kemarahan Harini
28 Ke rumah Ayu
29 Mengembalikan
30 Rencana Rani
31 Misi Harini
32 Julid
33 Salah paham
34 Mengintai
35 PDKT
36 Menolak
37 Hadiah dari Angga
38 Awal perjuangan
39 Bujukan Angga
40 Mempermalukan Ikram
41 Panggilan Papa
42 Melamar
43 Tidak setuju
44 Sandiwara
45 Ketahuan
46 Datang ke kantor
47 Penjelasan Angga
48 Mencari pilihan
49 Panik
50 Memperkenalkan diri
51 Mendekatkan
52 Cemburu
53 Kekesalan Angga
54 Datang ke rumah
55 Pendekatan
56 Kekecewaan Ikram
57 Tragedi
58 Rumah sakit
59 Amnesia
60 Uang tahun Adiba
61 Hadiah dari Angga
62 Menjenguk
63 Curiga
64 Pendapat Om Surya
65 Tumbang
66 Sikap Rani
67 Marah
68 Berubah
69 Cemburu berat
70 Masakan khas
71 Janji
72 Terlambat
73 Nonton ala Angga
74 Rencana
75 Terbongkar
76 Menegaskan
77 Saudara
78 Berkunjung
79 Kejutan baru
80 Tawaran
81 Bimbang
82 Niat pergi
83 Berpisah
84 Penjelasan Irma
85 Ruko untuk Ayu
86 Hari pertama
87 Layyana Shop
88 Wejangan untuk Ikram
89 Lima tahun kemudian
90 Menginap
91 Kejutan
92 Rencana menikah
93 Pertemuan di kantor
94 Masa depan
95 Pujian untuk Ayu
96 Hari pernikahan
97 Kecelakaan
98 Sadar
99 Menjelaskan
100 Tak akan goyah
101 Orang suruhan
102 Detik-detik
103 Mengenang masa lalu
104 Sah
105 Pertama kali
106 Setengah
107 Pesta terakhir
108 Malam pertama
109 Hari pertama
110 Semakin akrab
111 Semakin cantik
112 Jalan keluar
113 Mengungkap perasaan
114 Berakhir ranjang
115 Resah
116 Kepergok
117 Bukti, bukan janji
118 Putus
119 Mantan
120 Diam nya Ayu
121 Akur
122 Sedikit aneh
123 Kemungkinan
124 Positif
125 Pertemuan orang tua
126 Berubah fikiran
127 Menerima dengan lapang
128 Harapan Baru
129 Kembar
130 Bantuan
131 Berkumpul
132 Lamaran
133 Pendarahan
134 Mencari Memet
135 Tertangkap
136 Mengubah nasib
137 Impian yang terwujud
138 Pengumuman
Episodes

Updated 138 Episodes

1
Perdebatan
2
Single Mom
3
Pergi
4
Kehidupan baru
5
Keberanian Ayu
6
Hanan sakit
7
Jalan-jalan
8
Menulis
9
Belum berhasil
10
Salah paham
11
Gagal
12
Ponsel baru
13
Tegas
14
Lembur
15
Ulang tahun Hanan
16
Musibah lagi
17
Penolakan Ikram
18
Pusat perhatian
19
Bab 19. Datang ke pernikahan
20
Percaya diri
21
Berubah
22
Bohong
23
Minta sekolah
24
Fitnah
25
Benci
26
Kesempatan
27
Kemarahan Harini
28
Ke rumah Ayu
29
Mengembalikan
30
Rencana Rani
31
Misi Harini
32
Julid
33
Salah paham
34
Mengintai
35
PDKT
36
Menolak
37
Hadiah dari Angga
38
Awal perjuangan
39
Bujukan Angga
40
Mempermalukan Ikram
41
Panggilan Papa
42
Melamar
43
Tidak setuju
44
Sandiwara
45
Ketahuan
46
Datang ke kantor
47
Penjelasan Angga
48
Mencari pilihan
49
Panik
50
Memperkenalkan diri
51
Mendekatkan
52
Cemburu
53
Kekesalan Angga
54
Datang ke rumah
55
Pendekatan
56
Kekecewaan Ikram
57
Tragedi
58
Rumah sakit
59
Amnesia
60
Uang tahun Adiba
61
Hadiah dari Angga
62
Menjenguk
63
Curiga
64
Pendapat Om Surya
65
Tumbang
66
Sikap Rani
67
Marah
68
Berubah
69
Cemburu berat
70
Masakan khas
71
Janji
72
Terlambat
73
Nonton ala Angga
74
Rencana
75
Terbongkar
76
Menegaskan
77
Saudara
78
Berkunjung
79
Kejutan baru
80
Tawaran
81
Bimbang
82
Niat pergi
83
Berpisah
84
Penjelasan Irma
85
Ruko untuk Ayu
86
Hari pertama
87
Layyana Shop
88
Wejangan untuk Ikram
89
Lima tahun kemudian
90
Menginap
91
Kejutan
92
Rencana menikah
93
Pertemuan di kantor
94
Masa depan
95
Pujian untuk Ayu
96
Hari pernikahan
97
Kecelakaan
98
Sadar
99
Menjelaskan
100
Tak akan goyah
101
Orang suruhan
102
Detik-detik
103
Mengenang masa lalu
104
Sah
105
Pertama kali
106
Setengah
107
Pesta terakhir
108
Malam pertama
109
Hari pertama
110
Semakin akrab
111
Semakin cantik
112
Jalan keluar
113
Mengungkap perasaan
114
Berakhir ranjang
115
Resah
116
Kepergok
117
Bukti, bukan janji
118
Putus
119
Mantan
120
Diam nya Ayu
121
Akur
122
Sedikit aneh
123
Kemungkinan
124
Positif
125
Pertemuan orang tua
126
Berubah fikiran
127
Menerima dengan lapang
128
Harapan Baru
129
Kembar
130
Bantuan
131
Berkumpul
132
Lamaran
133
Pendarahan
134
Mencari Memet
135
Tertangkap
136
Mengubah nasib
137
Impian yang terwujud
138
Pengumuman

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!